Donald Trump Menerima Surat Misterius dari Putin pada 2013, Apa Isinya?

Surat itu diberikan Putih setelah Donald Trump berhasil menggelar acara kontes Miss Universe di Moskow.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 09 Mar 2018, 20:40 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2018, 20:40 WIB
KTT G20-Donald Trump-Vladimir Putin
Presiden AS, Donald Trump (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin saling bertatapan saat bertemu di KTT G20, di Hamburg, Jerman (7/7). Keduanya dikabarkan ingin memperbaiki hubungan kedua negara. (AFP Photo/Soul Loeb)

Liputan6.com, Washington, DC - Sebuah buku terbaru tentang kedekatan Donald Trump dan Vladimir Putin baru-baru ini terbit.

Buku berjudul Russian Roulette: The Inside Story of Putin's War on America and the Election of Donald Trump ditulis oleh wartawan investigasi Yahoo, Michael Isikoff dan jurnalis Mother Jones, David Corn.

Dalam buku itu menjelaskan bahwa pada 2013, Presiden Donald Trump dilaporkan pernah menerima surat dari Presiden Vladimir Putin sebagai hadiah. Namun, hingga kini, isinya masih jadi misterius.

Dikutip dari Business Insider pada Jumat (9/3/2018), hadiah itu diberikan setelah Trump menggelar acara kontes Miss Universe di Moskow. Sebelumnya, Putin berharap Trump Tower bisa bediri di ibu kota Rusia.

Setelah kontes usai, putri seorang oligarki Rusia, Aras Agalarov, mengantarkan sebuah paket untuk Donald Trump ke kantor Miss Universe di New York City.

Paket itu rupanya merupakan hadiah yang telah disetujui Putin, berisi kotak hitam yang dipoles yang berisi surat tertutup dari presiden Rusia itu sendiri. Isi surat itu tetap tidak diketahui sampai hari ini.

Menurut "Roulette Rusia", Agalarov secara tidak langsung bertanggung jawab untuk mengatur akomodasi untuk kontes Trump di Moskow dengan persetujuan Putin, dan Trump sangat senang menerima tawaran sebagai jalan masuk ke pasar real estate Rusia.

Usai kontes tersebut, sepertinya ada banyak hal yang dinanti Trump di ibu kota Rusia.

"Saya memiliki akhir pekan yang hebat dengan Anda dan keluarga Anda," kicau Trump di Twitter kepada Agalarov pada bulan November 2013. "Anda telah melakukan pekerjaan yang fantastis. TRUMP TOWER-MOSCOW berikutnya. EMIN adalah WOW!"

Emin adalah putra Agalarov, seorang penyanyi Azerbaijan yang pernah tampil di kontes Miss Universe Donald Trump di Moskow, Rusia. 

Trump mencoba untuk mendapatkan izin pembangunan Trump Tower di Moskow, setidaknya sejak 1987, tapi selalu gagal. Dia berharap bahwa kali itu akan berbeda. Trump dan Agalarov mulai merencanakan untuk membangun menara, yang kemungkinan berada di samping salah satu properti milik Agalarov.

Kesepakatan bisnis semacam ini di Rusia hanya bisa dilakukan jika Putin menyetujuinya, tulis Isikoff dan Corn.

Sehubungan dengan acara Miss Universe, seorang pejabat kontes kemudian mengatakan bahwa gala itu hanya bisa terjadi dengan persetujuan Putin.

"Kami semua tahu bahwa acara tersebut disetujui oleh Putin," kata pejabat tersebut. "Anda tidak bisa melakukan hal seperti ini di Rusia kecuali jika Putin mengatakan tidak apa-apa."

Akan tetapi, harapan Donald Trump dan Agalarov pupus pada tahun 2014 ketika AS memberlakukan sanksi terhadap Rusia atas intervensi di Krimea tahun itu, dan sebagai hasilnya, rencana Trump Tower pun tak terwujud. 

 

 

Hubungan Berlanjut

Vladimir Putin dan Donald Trump
Vladimir Putin dan Donald Trump melakukan pertemuan tertutup disela-sela KTT G20 yang diadakan di Hamburg, Jerman (7/7/2017). (AP Photo/Evan Vucci)

Benang merah antara keberlanjutan proyek Trump Tower di Rusia hingga Trump jadi presiden AS masih samar. 

Menurut The Washington Post, rencana untuk membangun menara tersebut ditunda sejak Trump memulai masa kampanye presiden pada 2016.

Akan tetapi, tahun lalu, The Post melaporkan bahwa Felix Sater, seorang pengembang real estate dengan masa lalu yang buruk, mengirim sebuah email kepada Executive Vice President Trump Organization Michael Cohen pada bulan November 2015. Dalam email itu, dia menunjukkan rencana untuk membangun sebuah Trump Tower di Moskow dilanjutkan. 

Sater membual bahwa mereka akan segera merayakan sesuatu, bukan hanya selesainya menara, melainkan juga kemenangan Trump dalam pemilihan presiden.

Meski demikian, kesepakatan pembangunan, seperti yang pernah dilakukan Trump sebelumnya, tidak pernah membuahkan hasil.

Namun, Agalarov muncul kembali di kampanye presiden AS. Dia dilaporkan sebagai salah satu yang mengarahkan pengacara Rusia Natalia Veselnitskaya untuk bertemu dengan anggota kampanye Trump pada bulan Juni 2016. Tujuan pertemuan itu adalah untuk membahas informasi negatif tentang Hillary Clinton, kandidat Partai Demokrat dalam Pilpres 2016. 

Setelah kemenangan Trump dalam pemilihan tersebut, ia dilaporkan mengirim pesan dengan tulisan tangan kepada Agalarov.

"Setelah Trump terpilih, dia tidak melupakan teman-temannya," kata Agalarov kepada Forbes pada bulan Maret 2017.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya