Liputan6.com, Damaskus - Istri Presiden Suriah Bashar al-Assad didiagnosis menderita kanker, kata kantor kepresidenan negara tersebut pada Rabu, 8 Agustus 2018.
Saat ini, Asma al-Assad telah melaksanakan pengobatan medis untuk tumor ganas stadium awal tersebut. Demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (9/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Sebuah foto yang menunjukkan Asma dan Assad diunggah ke Twitter oleh akun kantor kepresidenan Suriah, dengan caption berikut.
"Nyonya Asma al-Assad memulai tahap pertama pengobatan untuk tumor payudara ganas yang ditemukan awal .... Kantor Kepresidenan dan timnya berharap Nyonya Asma lekas sembuh."
Tak jelas di mana sang ibu negara Suriah melaksanakan pengobatan.
Â
Simak video pilihan berikut:
Figur Kontroversial
Asma al-Assad merupakan seorang warga negara Inggris dan Suriah yang lahir dan tumbuh besar di London. Ia juga bersekolah, berkuliah, dan bekerja sebagai bankir investasi di kota The Big Ben itu sebelum 2000.
Asma pindah ke Suriah pada 2000 dan menikahi mantan dokter mata Bashar al-Assad. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada Juli 2000, Assad menjadi presiden Suriah, menggantikan ayahnya Hafez Al Assad.
Awalnya, Bashar dan Asma al-Assad digambarkan sebagai pemimpin dan ibu negara yang reformis, serta diharapkan mampu membawa perubahan bagi Suriah dari sisa-sisa pemerintahan yang represif peninggalan presiden-presiden sebelumnya.
Bahkan, pada Februari 2011, majalah gaya hidup ternama Amerika Serikat, Vogue, menyebut Asma al-Assad sebagai perempuan dan ibu negara pertama dari Suriah yang paling segar dan paling bermoral.
Namun, sebulan kemudian, pemerintahan Bashar al-Assad melancarkan operasi represif nan brutal merespons protes di Kota Deraa --memicu konflik atau Perang Saudara Suriah yang telah berlangsung hingga kini.
Vogue pun segera menarik edisi majalah mereka yang memuji Asma al-Assad.
Dalam komentar publik pertamanya tentang kekerasan pada Februari 2012, Nyonya Assad berdiri kokoh di samping suaminya.
"Presiden (Bashar al-Assad) adalah presiden Suriah, bukan fraksi politik, dan Ibu Negara mendukungnya dalam peran itu," kata pernyataan dari kantornya kepada The Times.
Pada tahun yang sama, aktivis merilis ribuan email pribadi yang konon berasal dari presiden Suriag dan istrinya, yang tampaknya menunjukkan bahwa Asma al-Assad terus membeli barang mewah bahkan setelah pemberontakan dimulai. Akibatnya, ia diberi sanksi oleh Uni Eropa.
Asma al-Assad tidak berbicara dengan media asing lagi sampai tahun 2016, ketika dia mengatakan kepada televisi yang didukung negara Rusia bahwa dia sebelumnya menolak tawaran suaka di luar negeri.
Advertisement