Oposisi Gugat Pelantikan Emmerson Mnangagwa sebagai Presiden Zimbabwe

Emmerson Mnangagwa telah secara resmi disumpah dan dilantik sebagai presiden Zimbabwe pada Minggu 26 Agustus 2018 waktu setempat.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 27 Agu 2018, 14:05 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2018, 14:05 WIB
Presiden Emmerson Mnangagwa berhasil memenangkan pemilu presiden Zimbabwe, yang merupakan pertama kalinya pasca-pemerintahan diktator Robert Mugabe. (AFP)
Presiden Emmerson Mnangagwa berhasil memenangkan pemilu presiden Zimbabwe, yang merupakan pertama kalinya pasca-pemerintahan diktator Robert Mugabe. (AFP)

Liputan6.com, Harare - Emmerson Mnangagwa telah secara resmi disumpah dan dilantik sebagai presiden Zimbabwe pada Minggu 26 Agustus 2018 waktu setempat, di hadapan ribuan penonton dan pendukung di stadion nasional di ibu kota Harare.

Pelantikannya sebagai presiden dilakukan di tengah tentangan keras dari kelompok oposisi yang menolak hasil pemilu yang berlangsung Juli lalu, menuduhnya sarat akan kecurangan dan manipulasi dari pihak Mnangagwa dan partai pengusungnya. Tuduhan itu sendiri telah dibantah, baik oleh Mnangagwa, komisi pemilu, dan pengadilan konstitusi.

Sadar akan adanya tentangan dari pihak oposisi, Mnangagwa mengatakan, "Inilah saatnya untuk maju bersama," ujar sang presiden, yang kini berusia 75 tahun, dalam pidato pelantikannya, demikian seperti dikutip dari Voice of America, Senin (27/8/2018).

Mnangagwa memenangkan pemilu bulan lalu setelah mengalahkan penantang utamanya Nelson Chamisa, kandidat oposisi Gerakan Perubahan Demokratis (MDC).

Mnangagwa meraih 50,8 persen suara, tetapi pelantikannya sempat ditangguhkan karena adanya keberatan yang diajukan Nelson Chamisa ke pengadilan. Kelompok oposisi mengatakan bahwa Chamisa yang secara resmi meraih 44 persen suara, sebenarnya memenangkan pemilu itu.

Pihak oposisi juga mendesak Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan kemenangan Mnangagwa setelah Komisi Pemilihan Zimbabwe dua kali merevisi hasil pemilihan presiden 30 Juli.

Namun, Mahkamah Konstitusi Zimbabwe pada Jumat 24 Agustus 2018 mengeluarkan putusan yang memperkuat kemenangan tipis Mnangagwa.

"Kita semua orang Zimbabwe, apa yang menyatukan kita lebih besar dari apa pun yang memisahkan kita," lanjut sang presiden Zimbabwe dalam pidato pelantikannya, meski MDC tak hadir dalam acara itu setelah mengutarakan pemboikotan.

"Biarkan saya meyakinkan Anda bahwa besok lebih cerah daripada kemarin. Mari kita menantikan perjalanan ke depan, bekerja bersama sebagai satu orang. Orang yang bersatu. Bersama-sama mari kita menjelajahi batas-batas baru di setiap aspek dan lingkup ekonomi dan masyarakat kita."

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut:

 

Oposisi Akan Membawa Protes ke Uni Afrika

Emmerson Mnangagwa merupakan mantan tangan kanan Robert Mugabe. Ia dikenal dengan julukan 'The Crocodile'.
Emmerson Mnangagwa merupakan mantan tangan kanan Robert Mugabe. Ia dikenal dengan julukan 'The Crocodile'. ( AP Photo/Tsvangirayi Mukwazhi, FILE)

Pihak MDC sendiri dikabarkan akan membawa protes mereka ke Uni Afrika yang dipimpin oleh Paul Kagame dari Rwanda, Presiden Cyril Ramaphosa dari Afrika Selatan, Edgar Lungu dari Zambia, Joseph Kabila dari Republik Demokratik Kongo --di mana mereka adalah sejumlah pemimpin negara Afrika yang menghadiri pelantikan Mnangagwa di Harare.

Sekretaris Jenderal MDC, Douglas Mwonzora mengatakan bahwa sumpah Mnangagwa tidak menyelesaikan perselisihan politik.

"Itu berarti solusi politik tetap ada dan ada banyak solusi yang dapat ditemukan," katanya.

"Apa pun yang akan kita lakukan, kita akan melakukan hal-hal ini di dalam hukum. ... Solusi hukum tidak hanya pergi ke pengadilan. Ini berarti memperjuangkan hak-hak kami dalam kerangka konstitusi Zimbabwe, dan kami juga memiliki hak untuk berdemonstrasi secara damai. Ada solusi politik lain yang dapat ditemukan untuk masalah Zimbabwe karena masalah Zimbabwe belum hilang."

Pemilu Zimbabwe kerap ditandai dengan isu kecurangan. Pengamat pemilu internasional dan kelompok-kelompok HAM menuduh mantan presiden Mugabe menggunakan kekerasan dan penipuan untuk memenangkan beberapa pemilu, terutama pemilu tahun 2008, setelah capres MDC Morgan Tsvangirai memenangkan pemilu putaran pertama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya