Liputan6.com, Amsterdam - Seorang politisi Belanda yang anti-Islam, Geert Wilders, pada hari Kamis 30 Agustus 2018 mengatakan bahwa ia telah membatalkan rencana untuk mengadakan kontes kartun karikatur Nabi Muhammad.
Dalam pernyataannya, Wilders menyebut bahwa risiko kekerasan terhadap orang-orang yang tidak bersalah terlalu besar.
Baca Juga
Wilders mengatakan, dia tidak akan pernah secara pribadi menghentikan kampanye melawan Islam, tetapi ia tak ingin orang-orang yang tidak bersalah terkena imbasnya dan terjadi serangan terhadap Belanda sebagai akibat dari kontes tersebut.
Advertisement
"Poin saya tentang sifat alami Islam yang intoleran (tidak toleran) telah kembali terbukti dalam hal ini," tandasnya, seperti dilansir dari VOA Indonesia, Minggu (2/9/2018).
Awal pekan ini, polisi Belanda menangkap seorang pria 26 tahun yang diduga mengeluarkan ancaman untuk menyerang Wilders.
Sementara itu, di Pakistan ribuan orang berdemonstrasi menentang kontes kartun Nabi Muhammad. Ratusan orang berarak ke jalan raya menyerukan kepada pemerintah dan negara-negara Islam lainnya untuk memutuskan hubungan dengan Belanda. Aksi unjuk rasa itu sendiri diselenggarakan oleh partai Tehreek-e-Labbaik.
Di Afghanistan, kelompok militan Taliban mendesak tentara Afghanistan agar menyerang pasukan Belanda yang bertugas dalam misi pimpinan NATO. Mereka mengklaim bahwa ini adalah pembalasan terhadap penghinaan dan permusuhan yang diciptakan oleh Negeri Kincir Angin tersebut.
Pernyataan Taliban ini dikeluarkan tidak lama sebelum Wilders memutuskan untuk membatalkan kontes.
Di sisi lain, Geert Wilders memang kerap cari sensasi.
Stijn van Kessel, seorang ilmuwan politik di Queen Mary University of London, menyatakan kepada Al Jazeera, kompetisi itu adalah taktik Wilders untuk mendapatkan perhatian media dalam menghadapi berkurangnya dukungan publik terhadapnya.
"Wilders tidak benar-benar tertarik pada kontes kartun itu, tetapi ini adalah caranya untuk memancing perhatian media. Ia berharap perlombaan tersebut akan membuahkan suara baginya," ungkap Kessel.
Â
* Saksikan keseruan Upacara Penutupan Asian Games 2018 dan kejutan menarik Closing Ceremony Asian Games 2018 dengan memantau Jadwal Penutupan Asian Games 2018 serta artikel menarik lainnya di sini.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dikecam Indonesia
Pemimpin oposisi anti-Islam di Belanda, Geert Wilders, telah membatalkan kompetisi menggambar kartun Nabi Muhammad setelah dikecam keras oleh banyak orang, terutama masyarakat Pakistan dan Indonesia.Â
Setelah pembatalan lomba tersebut, politisi sayap kanan kontroversial ini --yang dikenal karena kerap menyuarakan protes terhadap imigrasi dan Islam-- mengatakan pada hari Kamis, 30 Agustus 2018, bahwa ia tidak ingin orang lain terancam karena kontes yang rencananya akan ia gelar pada November nanti.
"Untuk mencegah jatuhnya korban bila terjadi kerusuhan, saya memutuskan untuk membatalkan lomba tersebut," katanya dalam pernyataan tertulis, setelah dirinya mengklaim telah menerima ancaman pembunuhan. Demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat 31 Agustus 2018.
Mendengar kebenaran tentang lomba menggambar itu, masyarakat di Pakistan murka dan menggelar demonstrasi besar-besaran. Sebuah ancaman pembunuhan juga dilakukan oleh seorang pria berusia 26 tahun --diduga warga negara Pakistan-- namun ia telah ditangkap di Den Haag pada Selasa kemarin.
Sebelumnya pada hari Kamis, seorang hakim Belanda memperpanjang penahanan seorang lelaki selama dua minggu. Ia diduga akan menyerang Wilders. Jaksa mengatakan --melalui sebuah pernyataan-- bahwa hakim investigasi menyelidikinya atas tuduhan ancaman, membuat persiapan untuk pembunuhan dan hasutan.
Â
Sementara itu, Indonesia melalui pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri RI, mengecam rencana pelaksanaan kontes kartun bertema Nabi Muhammad yang akan dilakukan oleh anggota Parlemen Belanda tersebut.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi telah berkomunikasi dengan Menlu Belanda, Stephanus Abraham Blok, untuk menyampaikan keprihatinan mendalam dan mengecam rencana pelaksanaan kontes tersebut.
"Menlu RI menegaskan bahwa rencana tersebut merupakan tindakan provokatif dan tidak bertanggungjawab. Kegiatan tersebut membahayakan upaya bersama dalam menciptakan perdamaian, stabilitas dan toleransi antar agama dan peradaban," tulis pernyataan Kemenlu RI yang dikeluarkan pada Kamis, 30 Agustus.
Indonesia menekankan bahwa kebebasan berekspresi adalah suatu yang harus dihormati, akan tetapi tidak tanpa batas. Semua pihak berkewajiban untuk senantiasa memegang teguh prinsip toleransi untuk saling menghormati.
Advertisement