Bersiap Mendarat di Planet Mars, NASA Menguji Sistem Parasut Canggih

NASA menguji sistem parasut untuk pendaratan pesawat ruang angkasa di planet Mars.

oleh Afra Augesti diperbarui 06 Sep 2018, 09:01 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2018, 09:01 WIB
Pecahkan 'Misteri' Gas, Eropa Siap Luncurkan Misi ke Mars
Ilustrasi satelit mengorbit di Planet Mars. (NASA)

Liputan6.com, New York - Sistem parasut yang dirancang NASA untuk mendaratkan pesawat ruang angkasa di Mars akan diuji pada minggu ini di lepas pantai Virginia, Amerika Serikat. Demikian seperti dikutip dari ABC News, Rabu (5/9/2018).

Peluncuran akan dilakukan pada Jumat, 7 Agustus 2018, dari Wallops Flight Facility milik NASA di lepas pantai timur Virginia. Ini adalah ketiga kalinya sistem parasut diuji coba oleh lembaga antariksa milik pemerintah AS itu.

NASA mengatakan dalam siaran pers bahwa sistem tersebut dirancang untuk pesawat ruang angkasa yang mendarat di Planet Merah dengan kecepatan supersonik.

Parasut serupa digunakan pada tahun 2012 untuk mendaratkan Mars Science Laboratory milik NASA.

Ilmuwan NASA berharap bahwa parasut tersebut bisa berfungsi lebih baik setelah dua kali diperbaiki. Sedangkan roket yang membawa sistem parasut tersebut diperkirakan mencapai ketinggian 32 mil (51,5 kilometer). 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Butuh Bantuan Warga Dunia

planet Mars
planet Mars (iStockPhoto)

Sebelumnya, NASA menawarkan sebuah sayembara berhadiah uang tunai dalam jumlah fantastis terkait Mars. Badan antariksa milik pemerintah Amerika Serikat ini akan memberikan US$ 750 ribu (Rp 11,2 miliar) bagi siapa saja yang mampu menemukan cara untuk mengubah karbon dioksida ke dalam unsur yang bermanfaat di Planet Merah.

Perlombaan bertema "CO2 Conversion Challenge" ini disebut NASA sebagai bentuk dorongan agar masyarakat dunia ikut berpartisipasi dalam penelitian para ilmuwan.

"Mereka (peneliti) perlu bantuan untuk mengubah karbon dioksida menjadi berbagai unsur yang bermanfaat, sehingga membuat perjalanan ke Mars menjadi mudah," kata pihak NASA, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (5/9/2018).

Karbon dioksida adalah zat yang banyak ditemukan di dalam atmosfer Mars. Para periset NASA mengatakan, astronaut yang berusaha melakukan perjalanan ke Mars tidak bisa membawa semua kebutuhan ke planet itu. Jadi, mereka harus mencari jalan keluar dengan memanfaatkan sumber-sumber setempat untuk menciptakan apa yang mereka butuhkan.

"Memberdayakan kehidupan manusia di planet lain membutuhkan banyak sekali sumber dan kita tidak mungkin membawa semua yang kita perlukan. Kita harus kreatif," kata Monsi Roman, manajer program Centennial Challenges dari NASA.

Karbon, bersama oksigen, adalah unsur-unsur molekular yang membentuk gula. Di Bumi, tanaman secara mudah bisa mengubah karbon dioksida dan air menjadi gula. Tetapi, kata ilmuwan, pendekatan seperti ini sulit untuk diaplikasikan di antariksa karena sumber energi dan air terbatas.

Sayembara ini dibagi ke dalam dua tahap.

Pada tahap pertama, orang atau tim menyerahkan desain dan uraian dari proposal mereka kepada NASA. Tim atau individu yang dianggap oleh NASA mampu melahirkan ide terkait tema perlombaan, maka ia tau mereka bisa mendapatkan US$50 ribu (Rp 747 juta). NASA akan menyeleksinya menjadi total 5 (sudah termasuk tim dan individu).

Pada tahap kedua, mereka yang masuk final akan membangun dan menyajikan sebuah peragaan proposal mereka, mempresentasikannya di hadapan para ilmuwan NASA. Pemenangnya akan memperoleh hadiah senilai US$ 750 ribu (Rp 11,2 miliar).

Mereka yang berminat harus mendaftar paling lambat pada 24 Januari 2019 dan memulainya pada 28 Februari 2019. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya