Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Ingin Buka Lembaran Baru Bersama Jerman

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaku ingin memperbaiki hubungan antara negaranya dan Jerman, setelah keduanya memanas selama bertahun-tahun.

diperbarui 29 Sep 2018, 17:46 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2018, 17:46 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat menyambangi Trakia Barat, Yunani, pada Desember 2017. (K. Ozer/AFP)

Berlin - Recep Tayyip Erdogan bertandang ke Berlin pada hari Kamis, 27 September 2018 untuk memulai kunjungan kenegaraannya di Jerman. Selama tiga hari di negeri tersebut, presiden Turki ini menyampaikan bahwa ia ingin mengurangi ketegangan dengan "rekan-rekan Jermannya."

Dalam suatu tulisan editorial tamu yang diterbitkan dalam harian Frankfurter Allgemeine Zeitung, Erdogan mendesak agar Jerman dan Turki segera membuka halaman baru, di tengah hubungan kedua negara yang memanas.

"Adalah tanggung jawab kita untuk secara rasional memajukan hubungan, atas dasar kepentingan bersama, terlepas dari ketakutan yang irasional," tulis Erdogan, seperti dikutip dari DW, Sabtu (29/9/2018).

Ia juga menggarisbawahi terkait tindakan yang harus dilakukan oleh pemerintah Jerman untuk meningkatkan hubungan bilateral, termasuk menunjuk gerakan Gulen sebagai organisasi teroris yang dianggap sebagai dalang di balik kudeta 2016 yang gagal.

Tulisan editorial tersebut juga memperingatkan munculnya Islamofobia dan ekstremisme sayap kanan di Jerman.

Hubungan antara kedua negara telah tegang selama bertahun-tahun, di mana Berlin prihatin dengan tendensi otokratis pemerintahan Erdogan dan penangkapan warga Jerman di Turki.

Menurut Kementerian Luar Negeri Jerman, lima warga negaranya saat ini menjadi tahanan politik di Turki.

Tetapi karena Ankara sekarang berhadapan dengan Amerika Serikat terkait masalah Suriah dan mendapat sanksi ekonomi, Turki beralih ke Jerman dan Uni Eropa dengan harapan mendapat dukungan untuk menstabilkan negara.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Memboikot Perjamuan

Angkat Bicara, Pejabat Dunia Kecam Kebijakan Trump Soal Yerusalem
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi keterangan saat menggelar pertemuan di Ankara, Turki (5/12). Karena kebijakan Trump soal Yerusalem, Erdogan akan memutus semua hubungan diplomatik dengan Israel. (Yasin Bulbul / Pool via AP)

Selama kunjungan kenegaraannya, yang terlaksanan karena undangan dari Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, Erdogan diterima dengan upacara kehormatan militer pada hari Jumat di Berlin. diikuti dengan perjamuan negara. Dua pertemuan dengan Kanselir Angela Merkel juga dilaksanakan.

Erdogan juga bertemu dengan kelompok masyarakat Turki di Jerman pada hari Kamis.

Perjamuan itu telah menjadi titik pelik politik dalam beberapa hari terakhir. Sejumlah politisi Jerman tingkat tinggi sebelumnya mengumumkan, mereka akan memboikot acara makan malam --meskipun salah satu kritikus terbesar Erdogan, anggota parlemen Partai Hijau Cem Ozdemir, menyebut akan bergabung.

Di antara politisi Jerman keturunan Turki yang tidak mau hadir adalah Sevim Dagdelen dari Partai Kiri.

"Bagi seseorang yang melakukan politik mafia dalam kebijakan luar negeri, yang mengejar politisi oposisi dan menyerang negara-negara tetangga, karpet merah dengan upacara kehormatan militer dan perjamuan negara benar-benar hal yang tidak dapat diterima," katanya kepada DW.

Sementara itu, kantor kanselir menegaskan bahwa Merkel tidak berada di pesta jamuan makan malam tersebut. Menurut laporan, Merkel memang jarang menghadiri acara seperti itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya