Kecam Pembunuhan Jamal Khashoggi, Jerman Setop Jual Senjata ke Arab Saudi

Jerman ancam menyetop penjualan senjata kepada Arab Saudi, jika kasus terbunuhnya Jamal Khashoggi tidak diungkap secara transparan.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 23 Okt 2018, 18:03 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2018, 18:03 WIB
Kanselir Jerman Angela Merkel
Kanselir Jerman Angela Merkel (AP Photo/Martin Meissner, File)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Jerman mengumumkan rencana menghentikan pengiriman senjata ke Arab Saudi, menyusul terbunuhnya wartawan Jamal Khashoggi, yang diduga dilakukan oleh Negeri Petro Dolar, tulis laporan kantor berita AFP.

Berbicara kepada wartawan di Berlin pada Minggu 21 Oktober, Kanselir Angela Merkel mengumumkan pembekuan kontrak pengadaan senjata ke Arab Saudi, dan mengatakan Jerman akan terus bekerjasama dengan sekutu internasional untuk mengoordinasikan tanggapan terhadap pembunuhan Jamal Khashoggi.

"Saya setuju dengan semua orang yang mengatakan bahwa ekspor senjata kami seharusnya dihentikan (ke Arab Saudi) karena mereka terlibat dengan masalah serius," ujar Kanselir Merkel, sebagaimana dikutip dari Time.com pada Selasa (23/10/2018).

Bulan lalu, Jerman menyetujui kontrak penjualan senjata ke Arab Saudi senilai 416 juta euro, atau senilai Rp 7,2 triliun, dengan kurs Rp 17.411.

Setelah mengulangi kecaman sebelumnya atas pembunuhan Khashoggi, Merkel mengatakan ada "kebutuhan mendesak untuk membereskan" apa yang terjadi pada jurnalis terkemuka di Saudi.

Jamal Khashoggi hilang setelah dia memasuki konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, untuk mengambil dokumen pernikahan.

Setelah beberapa pekan menyangkal tentang keberadaan Khashoggi, Riyadh mengakui bahwa sang jurnalis telah dibunuh di konsulat.

Namun, klaim Saudi mengatakan kolumnis Washington Post berusia 59 tahun itu meninggal dalam sebuah baku hantam. Hal tersebut bertentangan dengan laporan Turki bahwa Khashoggi disiksa, dibunuh dan dimutilasi oleh anggota rombongan Saudi berisi 15 orang.

Meskipun Khashoggi adalah warga Amerika Serikat, Presiden Donald Trump telah menyiratkan bahwa Gedung Putih enggan menanggung kewajiban untuk menyelidiki insiden tersebut, dan menekankan bahwa sang jurnalis merupakan warga asing.

Trump juga bersikeras bahwa pembunuhan itu tidak mengganggu penjualan senjata AS ke Arab Saudi, mengutip kesepakatan senilai US$ 110 miliar dengan Riyadh pada tahun lalu.

 

Simak video pilihan berikut:

 

PM Malaysia Kecam Pembunuhan Khashoggi

Resmi Dilantik, Mahathir Mohamad menjadi PM Tertua di dunia
Perdana Menteri Malaysia baru, Mahathir Mohamad memberi keterangan saat konferensi pers di Petaling Jaya, Malaysia (10/8). Di usia 92 tahun, pemimpin koalisi oposisi Pakatan Harapan itu menjadi pemimpin terpilih tertua di dunia. (AP Photo / Sadiq Asyraf)

Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, menggambarkan pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi sebagai kezaliman, tirani, yang sangat tidak dapat diterima.

Mahathir juga menyampaikan bahwa Malaysia tidak mendukung tindakan pembunuhan terhadap seorang kritikus pemerintah seperti Jamal Khashoggi.

"Kami memiliki orang-orang yang tidak kami sukai, tetapi kami tidak boleh membunuhnya hanya karena tidak menyukainya," kata Mahathir dalam sebuah program televisi di Malaysia pada 22 Oktober 2018, seperti dikutip dari kantor berita Bernama.

"Dulu banyak juga yang tidak suka terhadap saya. Kalau kita (Malaysia) hidup dalam sistem macam sistem Arab, mungkin saya tidak bisa bercakap-cakap hari ini."

"Alhamdulillah, di negara kita tidak memiliki tirani seperti itu," tambah Mahathir.

Setelah pengakuan tentang terbunuhnya Jamal Khashoggi, komunitas internasional menekan Arab Saudi untuk memberikan transparansi kasus terkait. Selain itu, beberapa negara melaporkan pembatalan partisipasi mereka dalam konferensi investasi yang digagas oleh Putra Mahkota di Riyadh, pekan ini. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya