4-12-1977: Kaisar Bokassa, Kisah Diktator Gila dari Afrika yang Diduga Kanibal

Jean-Bédel Bokassa mengangkat dirinya sendiri jadi kaisar Afrika Tengah. Ia korup, dituding kanibal, namun rakyatnya terjebak dalam nostalgia.

oleh Elin Yunita KristantiHappy Ferdian Syah Utomo diperbarui 04 Des 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 04 Des 2018, 06:00 WIB
Simbol kekaisaran Afrika Tengah yang pernah dipimpin Jean-Bédel Bokassa
Simbol kekaisaran Afrika Tengah yang pernah dipimpin Jean-Bédel Bokassa (Wikimedia Commons/CC BY-SA 3.0)

Liputan6.com, Bangui - Ia menyebut dirinya sebagai Kaisar Afrika Tengah atau Central African Republic (CAR). Lainnya menjulukinya sebagai Butcher of Bangui alias Jagal dari Bangui.

Jean-Bédel Bokassa, namanya, mengambil alih kekuasaan di negerinya lewat kudeta yang dilancarkan pada 31 Desember 1965. Ia kemudian menjabat sebagai presiden. Namun, itu saja tak cukup. Tujuh tahun kemudian, eks tentara tersebut mengangkat dirinya sebagai pemimpin seumur hidup.

Itu juga belum dianggap memuaskan.

Klimaksnya, pada 4 Desember 1977, ia menobatkan diri sebagai Kaisar Afrika Tengah. Seperti dikutip dari Irish Times, upacara penobatan digelar di hadapan 5.000 orang yang memenuhi sebuah stadion olahraga yang berada di pinggir hutan.

Bokassa juga mengangkat Catherine Denguiade sebagai permaisuri. Perempuan itu adalah yang ketiga dari 17 istri-istrinya, yang ia culik ketika masih siswi sekolah menengah berusia 14 tahun.

Bokassa ingin upacara penobatannya sebagai kaisar dikagumi seluruh dunia. Ia tampil bak Napoleon Bonaparte, duduk di singgasana emas berbentuk burung elang yang sedang membentangkan sayap. Musik Mozart diperdengarkan, bercampur dengan irama drum tradisional.

Sang kaisar memakaikan sendiri mahkota berbahan emas yang nilainya dilaporkan sebesar US$ 5 juta. Kemudian, ia memasuki aula tempat para tetamu berada, di bawah kawalan tentara yang membawa pistol semiotomatis.

Jamuan mewah disiapkan untuk para tamu. Total biaya, termasuk untuk makanan, dekorasi, hiburan, dan lain-lain menghabiskan hingga US$ 20 juta. Singgasana berhias berlian dan mahkota dari emas bertabur permata diimpor dari Paris, Prancis. Juga 60 ribu botol champagne dan burgundy, pakaian merek Cardin untuk dirinya sendiri dan busana Lanvin untuk sang istri.

Biaya penobatan tersebut setara dengan semua bantuan pembangunan dari Prancis pada tahun itu. Juga setara dengan sepertiga anggaran negara tahun itu. Republik Afrika Tengah yang sudah miskin sontak bangkrut.

Menurut orang dekatnya, penobatan tersebut bertujuan menarik investor ke negara miskin yang terkurung di daratan itu.

"Di hadapan rakyat dan sejarah untuk menjaga konstitusi," demikian sumpah yang ia ucapkan, seperti dikutip dari The New York Times.

Korup dan Kanibal

Awalnya, pemerintahan eks serdadu dalam Perang Dunia II itu didukung penuh Prancis. Namun, belakangan, pihak Paris dibikin resah menyusul laporan negatif terkait Bokassa yang dituding brutal, korup, bahkan kanibal.

Meski selalu mengatasnamakan rakyat, sejak awal kekuasaan, Bokassa menggunakan dan menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperkaya dirinya sendiri. Ia bertitah agar semua murid sekolah menggunakan seragam yang diproduksi pabrik milik salah satu istrinya.

Banyak siswa yang tak mampu membeli seragam mahal itu. Mereka pun protes. Pasukan pemerintah menanggapi aksi demonstrasi dengan kekerasan bahkan pembantaian. Setidaknya 100 murid meninggal dunia di tengah kerusuhan di Bangui.

Bokassa juga dilaporkan menghabisi musuh-musuh politiknya, memasak jasad mereka, dan konon menghidangkannya di acara jamuan kenegaraan.

Media Parish Match pernah mempublikasikan foto yang diklaim menunjukkan bagian tubuh diduga seorang anak kecil di dalam sebuah kulkas yang ada di istana milik Bokassa.

Sementara itu, seperti dikutip dari The Economist, setelah Prancis kehilangan kesabaran dan menggulingkan kekuasaannya, jasad seorang guru matematika juga ditemukan di lemari pendingin miliknya.

Bokassa selalu membantah tuduhan kanibalisme. Ia juga tak pernah diputus bersalah terkait itu.

Meski demikian, dalam sebuah jamuan kenegaraan, ini yang ia katakan pada seorang diplomat Prancis, "Anda mungkin tak sadar, Anda sudah makan daging manusia." Tak jelas bagaimana reaksi lawan bicaranya kala itu. 

Bokassa meninggal pada tahun 1996. Anehnya, popularitasnya melonjak drastis setelah dia jadi mendiang. 

Pada 2016 kelompok pengagumnya memulihkan singgasananya. Lapisan emas yang telah terkelupas diganti cat kuning. Kursi kebesaran itu dipamerkan selama beberapa hari di jalanan sibuk ibu kota.

"Kami ingin singgasana ini dipamerkan dan dipelihara dalam museum untuk menghormati Jean-Bédel Bokassa," kata Heritier Doneng, salah satu pemimpin Patriotes Centrafricains, yang mengagumi Bokassa.

Pada 2010, Presiden Afrika Tengah Francois Bozize telah memberikan pengampunan. Alasannya, ia telah melakukan pembangunan untuk negaranya.

 

Kecelakaan Pesawat Haji Indonesia

Ilustrasi Kecelakaan Pesawat (2)
Ilustrasi Kecelakaan Pesawat

Tak hanya penobatan Kaisar Afrika Tengah atau Central African Republic (CAR), sejumlah peristiwa menarik dalam sejarah juga terjadi pada tanggal 4 Desember.

Pada 4 Desember 2006, seekor cumi-cumi raksasa atau giant squid (Architeuthis dux) tertangkap kamera di dekat Kepulauan Ogasawara, 1.000 kilometer selatan Tokyo.

Makhluk laut itu berenang dekat permukaan. Kulitnya merah, mata besar, dan tentakel yang panjang. Benar-benar mirip cumi-cumi. Dalam versi raksasa.

Ilmuwan dari Museum Sains Jepang kemudian menangkap dan membawanya ke permukaan. Cumi-cumi tersebut ternyata berjenis kelamin betina. Panjangnya mencapai 24 kaki atau 7,3 meter.

Sementara, pada 4 Desember 1974, pesawat Martinair Penerbangan 138 jatuh di dataran tinggi Sri Lanka.

Pesawat milik maskapai Belanda tersebut kala itu dicarter Garuda Indonesia untuk mengangkut calon jemaah haji Indonesia.

Sebanyak 191 orang yang ada di dalamnya, termasuk 182 calon jemaah haji meninggal dunia.

Seperti dikutip dari The New York Times, kapal terbang itu mengudara dari Surabaya ke Jeddah, Arah Saudi.

Pesawat menabrak bukit dan terbakar. Padahal hanya sekitar 15 menit lagi, Maritinair direncanakan mendarat di Bandara Bandaranaike.

Tak hanya itu, pada Minggu 4 Desember 1977, pesawat Malaysia Airlines Penerbangan 653 mengalami nahas.

Penerbangan jarak pendek dari Penang menuju Kuala Lumpur itu jadi korban pembajakan.

Pesawat tak sempat mendarat di Kuala Lumpur, pilot menginformasikan Boeing 737-200 itu langsung mengarah ke Bandara Paya Lebar Singapura. Pihak menara kontrol kemudian memberikan izin mendarat pukul 20.45 waktu setempat. Namun, MH635 tak pernah menyentuh landasan. Suara tembakan terdengar, komunikasi putus.

Sekitar pukul 20.30, penduduk Kampong Ladang, Tanjong Kupang mendengar suara ledakan keras. Api membumbung di atas rawa. Dari badan pesawat MH635 yang bercerai berai dan hangus.

Sebanyak 100 orang di dalamnya tewas seketika, jasad mereka sulit diidentifikasi. Termasuk yang kehilangan nyawa adalah Menteri Pertanian Malaysia, Dato' Ali Haji Ahmad, Kepala Departemen Pekerjaan Umum Malaysia, Dato' Mahfuz Khalid, dan Duta Besar Kuba untuk Jepang, Mario Garcia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya