Liputan6.com, Canberra - Pemerintah Australia mendesak pembebasan segera seorang pengungsi Bahrain yang berbasis di Melbourne dari tahanan Thailand, di tengah kekhawatiran pemuda itu terancam disiksa jika permintaan ekstradisi yang diajukan oleh pemerintah Bahrain dilaksanakan.
Hakeem Ali al-Araibi - seorang warga negara Bahrain - ditahan di Bandara Bangkok pada bulan November lalu dan tetap ditahan meski telah dibebaskan untuk pulang, setelah Pemberitahuan Interpol yang digunakan untuk menahannya dicabut.
Amnesty International sebelumnya juga telah mendesak pembebasan Hakeem Ali al-Araibi dan mengatakan bahwa sebagai pengungsi yang diakui, dia seharusnya tidak pernah ditahan di Thailand atas permintaan Bahrain.
Advertisement
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan Pemerintah Australia prihatin dengan penahanan al-Araibi dan menyerukan agar pemuda itu "segera kembali" ke Australia.
Baca Juga
"Saya telah mengangkat masalah ini dengan mitra saya dari Thailand, Yang Mulia Bapak Don Pramudwinai, dan meminta agar Thailand mengizinkan al-Araibi untuk kembali ke Australia secepat mungkin," kata Senator Payne, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Senin (10/12/2018).
"Mengembalikan al-Araibi ke Bahrain, negara dari mana ia melarikan diri, akan melanggar hak-haknya di bawah hukum hak asasi manusia internasional."
Dia mengatakan para pejabat dari kedutaan Australia di Bangkok telah mengunjungi al-Araibi untuk memeriksa kesejahteraannya dan mereka secara teratur berhubungan dengan pengacaranya.
Hakeem Ali al-Araibi adalah mantan anggota tim sepak bola nasional Bahrain, dan telah mengkritik keluarga kerajaan di negara asalnya itu.
Setelah dia diduga disiksa oleh otoritas Bahrain pada tahun 2012 dan melarikan diri dari negara itu dua tahun kemudian, al-Araibi diberikan suaka di Australia tahun lalu.
Pemain sepak bola itu ditahan di Thailand setelah Bahrain mengeluarkan peringatan internasional melalui Interpol, dan menuduhnya telah melakukan perusakan pada kantor polisi di negaranya.
Hakeem al-Araibi membantah tuduhan itu dan mengatakan dia telah disarankan oleh pejabat Australia bahwa statusnya sebagai pengungsi akan membuatnya aman baginya untuk melakukan perjalanan pulang ke Australia.
Hakeem al-Araibi mengatakan dirinya disiksa di Bahrain, yang mendorongnya untuk melarikan diri ke Australia pada tahun 2014.
Dukungan dari Dunia Olahraga
Kasus al-Araibi telah menarik perhatian FIFA, yang telah mendesak Federasi Sepakbola Australia untuk segera melobi Pemerintah Australia untuk meminta bantuan.
"FIFA mengharapkan situasi al-Araibi dipecahkan sesuai dengan standar internasional yang berlaku," katanya dalam sebuah pernyataan.
"FIFA mendukung seruan agar Pemerintah Thailand mengizinkan al-Araibi kembali ke Australia."
Klub Sepak Bola Pascoe Vale, tempat al-Araibi bermain, telah menulis surat kepada Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-ocha, yang sangat mendesak Pemerintah Thailand untuk melindungi hak-hak dasarnya terhadap kebebasan dan keamanan.
"Ia seharusnya tidak dipaksa kembali ke Bahrain, negara tempat ia melarikan diri dari penganiayaan dan ketakutan akan kembali," bunyi pesan itu.
"al-Araibi pertama mulai bermain dengan Pascoe Vale FC pertengahan musim tahun lalu, dan benar-benar menunjukkan nilainya sebagai kekuatan bertahan."
"Al Araibi adalah pemain yang sangat termotivasi, tangguh dan dalam semua aspek, seorang pemain tim dan dihormati di dunia sepakbola di Australia."
Simak video pilihan berikut:
Permintaan Bahrain Dikabulkan Thailand
Pengadilan Thailand telah menerima permohonan untuk mengekstradisi Hakeem Ali al-Araibi, yang berarti kasusnya akan disidang untuk memutuskan apakah ia akan dikirim ke Bahrain.
Hakeem Ali al-Araibi mengatakan ia takut dirinya akan disiksa dan dibunuh jika ia dikirim ke Bahrain karena ia telah mengkritik seorang kerabat dari keluarga kerajaan.
Mantan pemain tim sepak bola nasional Bahrain ini melarikan diri dari tanah airnya pada tahun 2015, dan pemerintah memvonisnya secara absen karena merusak perkantoran polisi - tuduhan yang sangat disangkal al-Araibi.
Seorang petugas mengatakan kepada ABC bahwa Pengadilan Pidana Bangkok telah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi al-Araibi setelah seorang jaksa mengajukan permintaan pada Jumat 7 Desember 2018 pagi.
Para pekerja hak asasi manusia menegaskan bahwa permintaan ekstradisi Bahrain akan dipertimbangkan oleh pengadilan.
Pejabat tinggi polisi imigrasi Thailand, Mayor Jenderal Surachet Hakpal, mengatakan akan ada sidang untuk menentukan apakah ekstradisi akan dilanjutkan.
Hakeem al-Araibi mengatakan kepada ABC bahwa ia takut akan keberlangsungan hidupnya.
"Masih menunggu, tidak ada yang memberi tahu saya apa pun ... Saya sangat khawatir sekarang," kata al-Araibi kepada ABC pada hari Jumat (7/12/2018).
"Saya sangat lelah sekarang dan tidak tahu apa yang akan terjadi."
Istri al-Araibi bersamanya di pusat imigrasi tetapi tidak ditahan.
Thailand bukan penandatangan Konvensi Pengungsi PBB, dan memiliki catatan buruk ketika mendeportasi pengungsi dan pencari suaka kembali ke negara-negara di mana mereka menghadapi bahaya.
"Fakta bahwa Pemerintah Thailand bahkan mempertimbangkan permohonan ekstradisi dari Pemerintah Bahrain itu sangat disayangkan," kata Sussi Prapakranant, staf program di Asia Pacific Refugee Rights Network (APRRN).
"Mengembalikan al-Araibi ke Bahrain hampir pasti akan membawa konsekuensi buruk, dan melanggar kewajiban Pemerintah Thailand di bawah hukum kebiasaan internasional."
Advertisement