Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat (AS) pada Rabu 16 Januari menolak ajakan Rusia untuk menyelamatkan perjanjian penting untuk membuat rudal nuklir keluar dari Eropa, dengan alasan tidak dapat diverifikasi dengan benar.
Hal itu, sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Kamis (17/1/2019), memberi peluang lebih besar bagi AS untuk menarik diri dari pakta terkait, bulan depan.
Setelah pertemuan antara pejabat Kremlin dan Gedung Purtih di Jenewa, Swiss, wakil menteri untuk Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional AS, Andrea Thompson, mengatakan Rusia menolak beri izin inspeksi terhadap sistem rudal terbaru mereka, yang menurut Washington melanggar Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) 1987.
Advertisement
Baca Juga
Perjanjian INF, dinegosiasikan oleh Presiden Ronald Reagan dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev, sepakat menghilangkan persenjataan jarak menengah dari dua kekuatan nuklir terbesar dunia, dan mengurangi kemampuan luncur mereka.
Perjanjian itu melarang kehadiran rudal darat dengan jangkauan antara 500 hingga 5.500 kilometer.
"Kami tidak dapat menemukan jalan baru dengan Rusia," kata Thompson tentang pertemuan yang berlangsung Selasa lalu, dengan para pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Berdasarkan diskusi kemarin dan retorika yang sesuai saat ini, kami tidak melihat indikasi bahwa Rusia akan memilih kepatuhan," katanya kepada wartawan.
AS dan sekutu NATO-nya ingin Rusia menghancurkan sistem rudal jelajah berkekuatan nuklir 9M729, yang menurut Washington dapat memungkinkan Moskow menyerang Eropa dalam waktu singkat.
Tanpa kesepakatan, penarikan AS selama enam bulan dari perjanjian tersebut akan dimulai pada 2 Februari mendatang.
Simak video pilihan berikut:
Membuat Khawatir Negara Anggota NATO
Sementara itu, para negara anggota NATO khawatir tentang penyebaran rudal AS di Eropa. Mereka memperkirakan situasi itu berisiko serupa dengan yang pernah terjadi pada 1980-an, ketika dunia terjebak dalam persaingan nuklir antara Moskow dan Washington.
Penyebaran rudal AS di Eropa dilakukan sebagai tanggapan atas keberhasilan uji coba misil nuklir terbaru milik Rusia, belum lama ini.
"Ini akan menajdi bagian dari pola di mana Rusia berinvestasi untuk memodernisasi, melatih dan menguji senjata nuklir mereka," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
"Saya pikir kondisi saat ini berarti bahwa Rusia mencoba membangun kembali pengaruh, di mana mereka dapat mengintimidasi dan mengendalikan beberapa negara tetangga mereka, lanjutnya.
Di lain pihak, Rusia membantah strategi semacam itu dan menuduh Presiden AS Donald Trump menggunakan Moskow sebagai alasan untuk mundur dari INF.
Sebelumnya pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow siap untuk menyelamatkan pakta tersebut, namun AS belum mempertimbangkan dengan baik proposal yang diajukan Rusia, dalam mencegah perlombaan senjata baru di Eropa.
Rusia juga menegaskan bahwa uji coba nuklirnya berada di luar jangkauan INF, sehingga tidak ada alasan bagi AS untuk menuduh Moskow mengingkari kesepakatan damai pasca Perang Dingin itu.
Advertisement