Lapisan Es Antartika Seluas 4 Kali Wilayah Prancis Meleleh dalam Waktu Singkat

Sebuah penelitian baru mengungkap bahwa lapisan es Antartika meleleh seluas empat kali wilayah Prancis hanya dalam beberapa tahun.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 03 Jul 2019, 12:18 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2019, 12:18 WIB
Ilustrasi melelehnya  lapisan es di perairan Antartika (AFP/Vanderlei Almeida)
Ilustrasi melelehnya lapisan es di perairan Antartika (AFP/Vanderlei Almeida)

Liputan6.com, New York - Setelah meluasnya kehilangan permukaan es Antartika secara misterius selama beberapa dekade, kini lapisan terkait dilaporkan meleleh empat kali lebih besar dari wilayah Prancis.

Ironisnya, melelehnya lapisan luas es Antartika itu terjadi hanya dalam beberapa tahun, dan sekarang berada pada rekor terendah, lapor sebuah studi ilmiah yang diterbitkan pada Senin 1 Juli.

Dikutip dari The Straits Times pada Rabu (3/7/2019), ilmuwan sudah tahu Antartika mencair dengan kecepatan yang meningkat, seperti Kutub Utara, karena percepatan pembuangan dari gletser dan sungai-sungai es, yang mendorong perlahan-lahan ke pantai.

Tetapi antara tahun 1979 dan 2014, mereka mengamati sebuah fenomena yang menarik sekaligus meyakinkan: lapisan es laut mengembang.

Dari 2014 hingga 2017, "Antartika kehilangan lapisan es hampir sebanyak Kutub" selama sekitar 40 tahun, kata klimatolog NASA Claire Parkinson kepada kantor berita AFP, dan tren ini terus berlanjut sejak itu.

Dari daerah puncak 12,8 juta kilometer persegi, lapisan es laut surut dua juta kilometer persegi karena alasan yang belum diketahui.

"Ini meningkat dari level tertinggi 40 tahun pada tahun 2014, dan terus turun pada tahun 2017 ke level terendahnya dalam 40 tahun," kata Parkinson, yang temuannya dipublikasikan dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences (PNAS).

Tim itu menganalisis pengukuran gelombang mikro dari satelit NASA dan militer selama periode tersebut, untuk membangun gambar yang paling tepat dari lapisan es laut bersejarah di Antartika, di mana hanya mengukur area tetapi bukan ketebalan.

Belum Ada Hipotesis yang Bagus

Es Persegi Panjang Antartika
Operasi IceBridge dari NASA menangkap fenomena aneh, yakni gunung es berbentuk persegi panjang yang mengambang di antara lautan es di Semenanjung Antartika utara (Jeremy Harbeck / NASA)

Baik alasan untuk ekspansi sebelumnya maupun penurunan saat ini belum bisa dipahami dengan baik.

Ada hipotesis yang bersaing, menyematkan perubahan pada segala sesuatu mulai dari lubang di lapisan ozon hingga angin yang bergeser dan arus laut, tetapi itu jauh dari fakta yang tampak di Antartika saat ini.

"Tidak ada hipotesis yang bagus menurut saya," kata Douglas Martinson, seorang ahli kelautan dari Columbia University, salah satu rekan pemantau dalam ekspedisi terkait.

Namun, Martinson memperingatkan agar tidak mencoba menerapkan temuan dari Kutub Utara ke Antartika, dengan mengatakan itu akan "seperti membandingkan apel dengan truk tentara."

Arktik adalah lautan yang dikelilingi oleh daratan, sedangkan Antartika adalah benua yang dikelilingi oleh lautan, di mana gunung es tidak terlalu dibatasi.

Tetap Menjadi Tempat Terdingin di Bumi

Pegunungan Es Antartika
Pandangan udara kondisi pegunungan es di Semenanjung Antartika (3/11). Berbagai riset mengatakan fenomena ini disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti emisi dari gas rumah kaca. (Mario Tama/Getty Images/AFP)

Sementara sebagian Antartika barat mengalami pemanasan, benua itu tetap menjadi tempat terdingin di Bumi, serta sumber air tawar terbesarnya.

Gunung-gunungnya yang tertutup es mampu meningkatkan permukaan lautan hingga 57 meter, menurut sebuah studi tahun 2013.

Chris Rapley, seorang ilmuwan iklim dari University College of London, mengatakan kenaikan sebelumnya sama sekali tidak merusak tesis pemanasan global.

"Ini hanya menunjukkan bahwa dalam sistem yang kompleks dan saling berhubungan, hasil kontra-intuitif dapat terjadi, setidaknya untuk sementara waktu," ujar Rapley.

"Kami memiliki kecenderungan untuk mencari penjelasan sederhana tentang sebab dan akibat, ketika dalam kenyataannya situasinya jauh lebih rumit," lanjutnya prihatin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya