India Bantah Minta AS untuk Jadi Penengah Konflik Kashmir

Pemerintahan PM Narendra Modi membantah jika India meminta AS jadi penengah konflik dengan Pakistan di Kashmir.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 23 Jul 2019, 15:34 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2019, 15:34 WIB
Sambangi Donald Trump, PM India Bahas Kelompok Militan di Perbatasan
Perdana Menteri India Narendra Modi berpelukan dengan Presiden Donald Trump usai berpidato di Gedung Putih, Washington (26/6). Pertemuan itu membahas kemitraan strategis yang semakin erat antara AS dan India. (AP Photo/Susan Walsh)

Liputan6.com, Washington DC - Pemerintah India membantah bahwa Perdana Menteri Narendra Modi meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menengahi konflik Kashmir, yang sudah berlangsung lama dengan Pakistan.

Kementerian luar negeri India mengatakan "tidak ada permintaan seperti itu" dibuat, menambahkan bahwa semua masalah dengan Pakistan "hanya dibahas secara bilateral".

Sebelumnya, sebagaimana dikutip dari BBC pada Selasa (23/7/2019), Trump mengklaim dirinya diminta pemerintah India untuk menengahi konflik Kashmir ketika menerima kunjungan PM Pakistan Imran Khan di Gedung Putih.

Hingga saat ini, baik India maupun Pakistan, sama-sama mengklaim keseluruhan wilayah Kashmir, namun sepakat untuk satu sama lain mengendalikan sebagian saja.

Kedua negara telah berperang dua kali di wilayah Kashmir yang didominasi penduduk Muslim, dan ketegangan meletus lagi pada Februari lalu, di mana mengarah pada serangan udara lintas batas.

Kebuntuan militer Februari lalu meningkatkan ketegangan di kawasan terkait, ketika India memerintahkan serangan pencegahan terhadap sebuah titik, yang disebutnya sebagai kamp pelatihan teroris di Pakistan.

Itu terjadi setelah serangan teror di area Kashmir India, di mana seorang pembom bunuh diri menewaskan 44 polisi paramiliter negara itu.

Pakistan Menyetujui Ide Mediator

Jabat tangan Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan (kiri) di Gedung Putih pada Senin 22 Juli 2019 (AFP/Nicholas Kamm)
Jabat tangan Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan (kiri) di Gedung Putih pada Senin 22 Juli 2019 (AFP/Nicholas Kamm)

Donald Trump melakukan pertemuan tatap muka pertamanya dengan PM Imran Khan pada hari Senin di Oval Office, kantor resmi presiden AS. 

Setelah itu mereka berbicara kepada wartawan untuk membahas berbagai topik.

Ketika Khan ditanya apakah AS dapat membantu dalam perselisihan 70 tahun antara India dan Pakistan di Kashmir, ia mengatakan: "Hanya negara yang paling kuat yang dipimpin oleh Presiden Trump yang dapat menyatukan kedua negara."

Trump kemudian menambahkan: "Jadi saya dengan Perdana Menteri Modi, dua pekan lalu, kami berbicara tentang hal ini dan dia benar-benar berkata, Apakah Anda ingin menjadi mediator, atau penengah?"

"Saya bilang 'di mana?' Dia berkata: 'Kashmir', karena ini telah berlangsung selama bertahun-tahun," lanjutnya.

"Jika saya dapat membantu, saya ingin menjadi mediator," pungkas Trump.

Klarifikasi oleh India

Bendera India
Bendera India (iStock)

Pakistan menyambut mediasi oleh pihak ketiga di Kashmir, sementara India mengatakan semua masalah seharusnya hanya dibahas secara bilateral

"Kami telah melihat pernyataan (Trump) kepada pers, tidak ada permintaan seperti itu telah dibuat," kata Raveesh Kumar, juru bicara kementerian luar negeri India dalam sebuah twit pada hari Selasa.

"Sudah menjadi posisi konsisten India bahwa semua masalah besar dengan Pakistan hanya dibahas secara bilateral."

"Setiap keterlibatan dengan Pakistan akan membutuhkan diakhirinya terorisme lintas-perbatasan."

Politikus India Shashi Tharoor mengkritik pernyataan Trump, mengatakan presiden AS ke-45 itu tidak memiliki "gagasan sedikit pun tentang apa yang ia bicarakan".

"Dia entah belum diberi pengarahan atau tidak mengerti apa yang dikatakan Modi," katanya di Twitter.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya