Liputan6.com, Sucre - Pemerintah sementara Bolivia dan para legislator dari partai pemimpin tersingkir Evo Morales mencapai kesepakatan, Kamis malam 14 November 2019 waktu setempat, untuk melangsungkan pemilu baru.
Pada sebuah sidang larut malam di Senat Bolivia, para anggota memilh ketua Senat yang baru, dan kemudian menggarap kesepakatan itu, yang berpotensi membantu menyelesaikan krisis politik di negara Amerika Selatan itu, setelah berpekan-pekan protes dan kekerasan yang mengakibatkan mundurnya Morales.
Dilansir dari VOA Indonesia, Sabtu (16/11/2019), Presiden sementara Bolivia Jeanine Anez, yang mengambil alih posisi pemimpin sayap kiri itu mengatakan, Morales tidak akan diterima bila mencalonkan diri sebagai kandidat presiden.
Advertisement
Mantan Presiden Bolivia Evo Morales ingin kembali ke Bolivia dari Meksiko tetapi pemilu baru dapat diselenggarakan tanpa dia, katanya kepada kantor berita Reuters, Jumat 15 November.
Baca Juga
Morales mengundurkan diri Minggu 10 November dan melarikan diri ke Meksiko setelah berpekan-pekan aksi demonstransi yang mempersoalkan dugaan penipuan pemilu bulan lalu, yang diklaim telah dimenangkan Morales untuk keempat kalinya.
Anez memiliki waktu 90 hari untuk melangsungkan pemilu setelah mulai berkuasa pekan ini. Sejauh ini, belum ada pengumuman kapan pemilu baru itu akan diselenggarakan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Morales Pergi ke Mexico Atas Keinginan Sendiri
Pada hari Jumat, Anez membantah klaim Morales bahwa ia mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu karena tekanan militer dan ancaman kekerasan terhadap kolaborator dekatnya. Demikian dikutip dari Al Jazeera.
"Evo Morales melakukannya sendiri. Tidak ada yang mengusirnya," katanya dalam konferensi pers.
Dia mengatakan dia bebas untuk kembali, tetapi harus "menjawab keadilan atas penipuan pemilu".
"Keadilan harus melakukan tugasnya tanpa tekanan politik," tambahnya.
Pada hari Kamis, Anez mengatakan dia ingin memperbaiki jembatan dengan MAS, dan mengadakan pemilihan baru. Tetapi dia mengatakan bahwa Morales tidak akan diterima sebagai kandidat.
Beberapa politisi dari partai Morales dan legislator dari pemerintah, sementara Anez telah mengindikasikan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan politik untuk membawa perdamaian ke negara itu juga membuka jalan menuju pemungutan suara baru dalam 90 hari.
Tetapi Anez mengatakan pada hari Jumat bahwa kesepakatan awal telah gagal, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Morales mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat bahwa ia tidak tahu siapa yang akan menjadi kandidat MAS. Orang-orang akan memutuskan, katanya.
Advertisement
Pendukung Morales Tetap Setia
Sebagian besar oposisi terhadap Morales muncul dari penolakannya untuk menerima referendum yang akan melarangnya mencalonkan diri untuk masa jabatan keempat.
Meskipun beberapa pendukung menjadi kecewa dengan desakannya untuk mempertahankan kekuasaan, Morales tetap populer, terutama di kalangan masyarakat adat.
Sejak pengunduran dirinya, para pendukung Morales telah berbaris di jalan-jalan, mendirikan blokade yang memaksa penutupan sekolah dan menyebabkan kekurangan bensin di ibukota.
"Evo: Kawan, orang-orang bersamamu!" teriak sebagian besar pengunjuk rasa pribumi di kota Sacaba pada hari Jumat 15 November.
Banyak pemrotes mengibarkan bendera nasional dan bendera "Wiphala" berwarna-warni yang mewakili masyarakat adat. Mereka mengatakan mereka tidak menerima Anez sebagai presiden sementara.