WNI di AS: Rasisme Makin Terasa Sejak Pemerintahan Donald Trump

Para WNI di Amerika Serikat mengakui bahwa rasisme di sana semakin terasa sejak Donald Trump berkuasa.

diperbarui 02 Jun 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2020, 11:00 WIB
Demo Kematian George FLoyd Masih Berlanjut di AS
Para pengunjuk rasa berbaris di sepanjang Embarcadero San Francisco (31/5/2020). Demonstrasi yang meluas telah meluas di seluruh Wilayah menyusul kematian George Floyd setelah dijepit di leher oleh seorang petugas kepolisian Minneapolis. (AP Photo/Nuh Berger)

Minnesota - Unjuk rasa dan kerusuhan yang terjadi di berbagai kota di Amerika Serikat memasuki hari keenam sebagian disebabkan karena kebijakan dan berbagai penyataan Presiden Donald Trump sebelumnya.

Mengutip ABC Indonesia, Senin (1/6/2020), pengamatan tersebut disampaikan oleh Didi Prambadi, wartawan senior asal Indonesia yang tinggal di kota Philadelphia, Amerika Serikat.

"Sikap rasialis makin terasa di kalangan rakyat biasa sejak Trump berkuasa," kata Didi yang sekarang mengelola penerbitan bernama Indonesian Lantern, majalah online dalam bahasa Indonesia untuk komunitas Indonesia di sana.

"Pernyataan yang dikeluarkan Trump selalu memberi angin bagi kaum supremasi putih. Dan menyudutkan warga kulit hitam dan minoritas," tambah Didi yang pernah juga menjadi koresponden majalah Tempo. Aksi protes dan kerusuhan yang berlangsung sekarang bermula dari tindakan polisi berkulit putih, Darek Chauvin di kota Minneapolis, yang dituduh menyebabkan kematian George Floyd.

Saat kejadian kaki Darek menekan leher George dan membuatnya tidak bisa bernapas dan meninggal.

Kejadian itu direkam oleh beberapa orang dan terlihat George sempat memohon beberapa kali untuk dilepaskan karena dia tidak bisa bernapas, sebelum kemudian terkulai lemah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Donald Trump Picu Isu Rasisme

Demo Kematian George FLoyd Masih Berlanjut di AS
Seorang pria memegang skateboard bertuliskan nama George Floyd ketika berunjuk rasa dalam mendukung Floyd dan Regis Korchinski-Paquet dan protes terhadap rasisme, ketidakadilan dan kebrutalan polisi, di Vancouver (31/5/2020). (Darryl Dyck/The Canadian Press via AP)

Dicontohkan oleh Didi, awalnya Presiden Trump mengatakan George Floyd patut diperlakukan dengan adil.

"Belakangan Trump bilang kalau perusuh masih marak, tembak saja. Ini seakan menyulut bensin lagi, makin tersulut dan tak terkendali," tambah Didi lagi.

Dalam observasi Didi yang sudah tinggal lebih dari 20 tahun di Amerika Serikat, sikap rasialis masih terasa di kalangan rakyat biasa sejak Trump berkuasa, dengan adanya berbagai konflik di supermarket atau Mcdonald yang makin banyak.

"Olok-olok apalagi bullying makin menjadi-jadi. Warga kulit hitam yang merasa tertekan oleh putih makin menekan kalangan Asia dan China," katanya.

"Di kereta subway ada warga kulit hitam menyemprotkan cairan disinfektan ke penumpang Asia,""Kulit hitam juga ada yang tidak mau duduk dekat warga Asia atau ada yg tak mau dilayani pelayan Asia," katanya lagi.

Didi tinggal di kota Philadelphia di negara bagian Pennsylvania yang juga menyaksikan adanya gelombang protes dan kerusuhan selama beberapa hari terakhir.

Sejauh ini menurut Didi, keadaan di kota tersebut cukup aman, setelah diberlakukan larangan keluar rumah dan juga diturunkannya ratusan polisi untuk menjaga keamanan.

"Secara umum begitulah keadaan umumnya di kota-kota besar di Amerika," katanya.

"Sebenarnya tidak ada serangan fisik ke pihak tertentu. Mereka hanya menjarah toko-toko sepatu, pakaian. Mungkin memanfaatkan keadaan," kata Didi lagi.

Kepolisian Philadelphia hingga saat ini dilaporkan telah menahan 270 orang.

"Sejauh ini tidak ada korban tewas. Hanya luka-lika ringan karena jatuh diburu polisi atau saling dorong dengan petugas," ujarnya.


Trump Sempat Diamankan

FOTO: Kematian Pria Kulit Hitam Picu Kerusuhan di Minneapolis
Polisi menyingkirkan barikade yang dibuat demonstran saat unjuk rasa atas kematian George Floyd oleh polisi di luar Third Police Precinct, Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Rabu (27/5/2020). Kematian George Floyd memicu kerusuhan di Minneapolis. (Kerem Yucel/AFP)

Hari Minggu unjuk rasa di Amerika Serikat terus berlanjut, mulai dari Boston sampai ke San Francisco, dengan adanya laporan penjarahan terhadap beberapa toko-toko di siang hari, termasuk di Philadelphia dan Santa Monica, Kalifornia.

Di ibukota Washington DC, para pengunjuk rasa melakukan pembakaran di dekat Gedung Putih.

Menurut kantor berita Associated Press, sejauh ini sudah 4.100 orang ditahan dalam aksi selama beberapa hari terakhir.

Kantor berita tersebut juga melaporkan Agen Rahasia telah mengamankan Presiden Trump ke bunker bawah tanah di Gedung Putih ketika terjadi unjuk rasa, hari Jumat kemarin.

Protes tersebut membuat sistem peringatan keamanan ditingkatkan ke titik tertinggi di Gedung Putih sejak serangan 11 September di tahun 2001.

Sabtu kemarin, Presiden Trump di Twitter mengatakan jika para pengunjuk rasa berhasil memasuki halaman Gedung Putih mereka akan disambut dengan anjing penjaga yang paling galak.

Tentara Amerika Serikat yang dikenal dengan nama 'National Guards' sekarang sudah dikerahkan ke beberapa negara bagian untuk mengamankan situasi.

Jam malam sudah diberlakukan di beberapa kota, termasuk Atlanta, Chicago, Denver, Los Angeles, San Francisco dan Seattle.

Sekitar lima ribu 'National Guards' juga sudah diminta mempersiapkan diri di 15 negara bagian.

Di kota asal kejadian, Minneapolis, polisi dan tentara dikerahkan ke beberapa sudut kota untuk menerapkan jam malam yang mulai berlaku pukul 20:00 waktu setempat.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya