16 Petugas Pelabuhan Beirut Ditahan Terkait Tragedi Ledakan Lebanon

Tragedi ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon pada 4 Agustus menewaskan 137 orang dan melukai hampir 5.000 lainnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Agu 2020, 13:28 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2020, 13:28 WIB
FOTO: Kondisi Pelabuhan Beirut Sebelum dan Setelah Ledakan
Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan pelabuhan Beirut dan daerah sekitarnya di Lebanon pada Rabu, 5 Agustus 2020, sehari setelah ledakan besar yang membuat seluruh blok kota diselimuti kaca dan puing-puing. (© 2020 Maxar Technologies via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Tragedi ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon pada 4 Agustus menewaskan 137 orang dan melukai hampir 5.000 lainnya. Atas insiden itu, 16 petugas Pelabuhan Beirut telah ditangkap dan ditahan.

Komisaris Pemerintah untuk Hakim Pengadilan Militer Fadi Akiki mengungkap, lebih dari 18 orang telah diinterogasi terkait ledakan yang disebabkan timbunan amonium nitrat itu. 

Di antara mereka yang telah diperiksa itu termasuk juga pejabat pelabuhan dan bea cukai serta orang-orang yang bertanggung jawab atas pemeliharaan di gudang tempat 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan selama bertahun-tahun.

Sementara itu, Hakim Penyelidik Pertama Beirut Ghassan Oueidat mengeluarkan larangan bepergian untuk tujuh orang petugas pelabuhan, seperti dilansir Xinhua, Jumat (7/8/2020), mengutip Kantor Berita Nasional Lebanon NNA.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Pemilik Amonium Nitrat Ditangkap

Penampakan Kapal Besar yang Hancur Akibat Ledakan di Beirut
Sebuah kapal besar yang hancur setelah ledakan besar di pelabuhan Kota Beirut, Lebanon (5/8/2020). Dua ledakan besar melanda pelabuhan Beirut, menewaskan sedikitnya 78 orang dan ribuan luka-luka. (AFP Photo/STR)

Ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon, disebabkan karena timbunan 2.750 ton amonium nitrat. Bahan Kimia itu disita dari kapal bernama Rhosus milik Igor Grechushkin, seorang pria berkebangsaan Rusia yang tinggal di Siprus.

Otoritas Siprus menyatakan berhasil menangkap dan menginterogasi seorang pria Rusia yang diduga sebagai pemilik kapal yang mengangkut kargo amonium nitrat terbengkalai di Beirut dan menyebabkan ledakan dahsyat.

Juru bicara Kepolisian Siprus, Christos Andreou mengatakan, pria yang namanya dirahasiakan telah diinterogasi di rumahnya di Siprus pada Kamis 6 Agustus malam waktu setempat.

"Ada permintaan dari Interpol Beirut untuk melacak orang ini dan menginterogasinya dengan sejumlah pertanyaan terkiat kargo tersebut," kata Andreou.

Kronologi Penyitaan Amonium Nitrat di Beirut

Pandangan Udara dari Pelabuhan Beirut Usai Ledakan
Dalam gambar drone ini, silo yang hancur berada di antara puing-puing setelah ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020). Ledakan di kawasan pelabuhan itu mengguncangkan seluruh ibu kota, mengguncang bangunan, dan menebarkan kepanikan di antara warganya. (AP Photo/Hussein Malla)

Dilansir The Moscow Times, pada 2013, Kapal Rhosus terdampar di Beirut akibat mengalami kerusakan. Kapal berbendera Moldova itu berangkat dari Georgia menuju Mozambik.

Ketika kapal masih berada di Beirut, Igor Grechhukshin menyatakan bangkrut, akibatnya kapal Rhosus beserta krunya sempat terlantar di Beirut. 

The Siberian Times menyebut penyitaan itu akibat kurangnya dokumen dan persyaratan transportasi. Kru kapal itu terdiri atas delapan warga Ukraina dan dua warga Rusia. 

Kru kapal sempat mengeluhkan aksi Igor Grechuskhin yang menelantarkan kru dan tidak memberikan uang. Saat itu, kru kapal meminta tolong pemerintah Ukraina dan organisasi internasional agar bisa pulang.

Selanjutnya pada 2014, otoritas Lebanon menyita 2.750 amonium nitrat di kapal itu. Amonium nitrat itulah yang lantas ditaruh di gudang dekat pelabuhan dan mengakibatkan ledakan.

Kronologi itu sesuai dengan versi Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab yang berkata amonium nitrat telah tersimpan selama enam tahun di gudang yang meledak. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya