Menko Luhut Klaim Kesembuhan Pasien COVID-19 di RI Tertinggi, Apa Benar?

Faktanya tingkat kesembuhan COVID-19 di Indonesia termasuk rendah dari negara-negara lain.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 31 Agu 2020, 16:17 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2020, 15:32 WIB
20160517- Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan-Jakarta- Herman Zakharia
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan saat wawancara khusus di SCTV Tower, Jakarta, Selasa (17/5) Luhut berbagi cerita tentang masalah komunis, Poso dan pemilihan Ketua Partai Golkar. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa peringkat kesembuhan Virus Corona (COVID-19) termasuk tertinggi di dunia. Tingkat kesembuhan di Indonesia mencapai 72 persen. 

"Kita tidak boleh pesimistis, tingkat kesembuhan COVID-19 kita ini tertinggi mencapai 72 persen. Kita lebih tinggi dari negara-negara lain atau rata-rata dunia yang mencapai 69 persen," katanya dalam webinar yang digagas oleh Bank Indonesia pada hari Minggu kemarin. 

Ucapan Luhut tidak sepenuhnya tepat, sebab banyak negara lain yang tingkat kesembuhannya sudah tembus 90 persen. Tingkat kesembuhan COVID-19 di Indonesia juga masih kalah dari Malaysia. 

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Malaysia, Singapura, Djibouti, Qatar, Kamboja, Thailand, Islandia, Bahrain, Oman, Uzbekistan, Madagaskar, Azerbaijan, Pantai Gading, Arab Saudi, Selandia Baru, Kazakhstan, Turki, Kamerun hingga Kuwait memiliki tingkat sembuh di atas 90 persen.

Ada lebih banyak lagi negara dengan tingkat kesembuhan di atas 80 persen, contohnya Denmark, Ekuador, Finlandia, Kanada, Jerman, Estonia, Norwegia, Uni Emirat Arab, Uruguay, Afrika Selatan, Armenia, Iran, Tajikistan, Swiss, Austria, Brasil, Latvia, Guatemala, Meksiko, Australia, Jepang, Rusia, Israel, Irlandia, hingga Burundi.

Tingkat kesembuhan di Hong Kong mencapai 89 persen, sementara di Taiwan bahkan hampir 95 persen.

Negara yang tingkat sembuh dari COVID-19 di atas 75 persen juga tak sedikit, yakni Korea Selatan Slovenia, Zimbabwe, Sierra Leone, Italia, Suriname, India, Afganistan, Maroko, hingga Monako. 

Negara-negara yang tingkat kesembuhan COVID-19 saat ini berada di bawah Indonesia yakni seperti Filipina dan Vietnam yang berada di kisaran 60 persen.

Sebelumnya, Menko Luhut pernah berkata COVID-19 tidak kuat dengan cuaca Indonesia. Akan tetapi, pekan lalu kasus baru di Indonesia memecahkan rekor hingga 3.308 kasus sehari.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Faisal Basri: Soal Covid-19, Pemerintah Lebih Peduli Ekonomi Dibanding Kesehatan

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Ekonom Senior Faisal Basri menjelaskan, pemerintah terlalu fokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 ini. Perhatian ke ekonomi ini justru lebih tinggi dibandingkan dengan kesehatan yang menjadi asal mula pandemi ini.

Faisal pun mengingatkan, agar pemerintah tidak mengabaikan jumlah kasus Covid-19 terjadi di Tanah Air. Apalagi kasus per hari sudah tembus mencapai 3.000-an. 

"Saya takut respons pemerintah itu makin tidak peduli dengan Covid-19, peduli dengan pemulihan ekonomi yang tercermin di dalam Perpres (82/2020)," kata dia dalam diskusi bersama dengan Komisi VI DPR RI, secara virtual di Jakarta, Senin (31/8/2020).

Di Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional terlihat unsur kesehatan di dalamnya hanya satu yakni Kementerian Kesehatan. Selebihnya ekonomi dan politik pertahanan.

"Kalau dulu gugus tugas di bawah presiden sekarang dibawah menteri BUMN betul-betul penanganan virus ini lebih ke arah ekonomi dan narasinya yang selalu disampaikan oleh ketua pelaksana adalah sekarang nunggu vaksin. Jadi sebelum vaksin datang kita tidak tahu apa yang dilakukan pemerintah tidak ada strategi," jelas dia.

Dia menyebut, pemerintah ingin seolah-olah kasus Covid-19 naik, namun pertumbuhan ekonomi juga ikut naik. Padahal tidak demikian. Jika pemerintah bisa kendalikan jumlah kasus Covid-19, maka pertumbuhan ekonomi naik dengan sendirinya.

"Jadi kita harus kendalikan dulu yang merah itu kasusnya sehingga turun otomatis tanpa disuruh pun ekonomi akan naik ujung-ujungnya sangat mempengaruhi kinerja ekonomi kita utamanya BUMN yang di bawah Komisi VI," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya