Bukan Pemilihan Langsung, Ini 7 Fakta Sistem Pilpres AS yang Digelar Hari Ini 3 November

Sistem Pilpres AS tak langsung bergantung ke siapa yang mendapat suara terbanyak.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Nov 2020, 15:33 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2020, 09:03 WIB
Presiden Donald Trump dan mantan Wakil Presiden Joe Biden di debat perdana capres AS 2020.
Presiden Donald Trump dan mantan Wakil Presiden Joe Biden di debat perdana capres AS 2020. Dok: C-Span

Liputan6.com, Washington, D.C. - Rakyat Amerika Serikat akan memutuskan apakah Presiden Donald Trump layak mendapat periode kedua. Pilpres AS digelar pada Selasa (3/11/2020).

Sebelumnya perlu diketahui bahwa sistem pilpres AS tidak sama dengan Indonesia. Di Indonesia, presiden otomatis terpilih dengan suara terbanyak, tetapi itu tak berlaku di AS. 

Pilpres AS menganut sistem electoral college. Artinya, pemilih harus memenangkan elektor di negara bagian masing-masing. 

Berikutnya, para elektor itu akan memilih presiden sesuai pemenang di negara bagian mereka.

Agar bisa mengikuti serunya drama politik di AS, berikut 7 fakta pilpres AS: 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

1. Bukan Pemilihan Langsung

Donald Trump menjawab pertanyaan ketika capres dari Partai Demokrat Joe Biden mendengarkan selama debat presiden kedua dan terakhir pada Kamis (22/20/2020) di Nashville. (Morry Gash / Pool / AP)
Donald Trump menjawab pertanyaan ketika capres dari Partai Demokrat Joe Biden mendengarkan selama debat presiden kedua dan terakhir pada Kamis (22/20/2020) di Nashville. (Morry Gash / Pool / AP)

Bagi rakyat Indonesia, pemenang pilpres adalah calon dengan suara terbanyak. Namun, berbeda dengan sistem pemilu AS.

Pilpres AS memiliki sistem pemilihan tidak langsung (indirect election). Artinya, ketika masyarakat AS datang ke tempat pemungutan suara, mereka sebenarnya memilih orang-orang yang bakal duduk dalam electoral college.

Para elektor inilah yang membawa amanat negara bagian mereka untuk kemudian memilih capres.

2. Electoral College

FOTO: Donald Trump Sampaikan Pidato di Konvensi Nasional Partai Republik
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump saat menghadiri hari keempat Konvensi Nasional Partai Republik di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (27/8/2020). (AP Photo/Evan Vucci)

Di tempat pemungutan suara, pemilih tidak hanya memberikan suara untuk calon presiden, tapi juga calon elektor. Di surat suara, nama mereka biasanya muncul di bawah nama kandidat presiden. Namun ada juga negara bagian yang tidak mencetak nama calon elektor.

Total anggota electoral college berjumlah 538 orang. Setiap negara memiliki jumlah elektor yang berbeda berdasarkan jumlah perwakilan mereka di Kongres (anggota DPR dan senator). Perhitungan itu berdasarkan sensus setiap 10 tahun.

Kadang ada elektor yang berkhianat (faithless elector) tetapi itu tak sering terjadi.

3. Faktor 270

Joe Biden dan Kamala Harris
Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Partai Demokrat, Joe Biden dan Kamala Harris melepaskan masker saat berbicara di atas podium di Alexis Dupont High School di Wilmington, Rabu (12/8/2020). Keduanya tampil perdana di depan publik sebagai pasangan capres-cawapres. (AP Photo/Carolyn Kaster)

Capres perlu mendapatkan total 270 suara elektor di pilpres AS agar bisa menang.

Sebagai contoh, situs pemilu 270ToWin menyebut bahwa California memiliki 55 elektor. Angka itu berasal dari 53 anggota DPR plus dua senator California di Kongres.

Contoh lain, Texas memiliki 38 elektor, sebab ada 36 anggota DPR di Texas plus dua senator.

Apabila Donald Trump menang di Texas, maka ia mendapat 36 dukungan dari elektor. Bila Trump kalah di California, maka ia kehilangan 53 suara.

4. Negara Bagian dengan Elektor Terbanyak

Trump Tower di Manhattan, New York. (AFP)
Trump Tower di Manhattan, New York. (AFP)

Empat negara dengan populasi tertinggi memiliki elektor terbanyak, seperti California (55 elektor), Texas (38 elektor), serta Florida dan New York (29 elektor).

48 negara bagian menganut sistem winner-take-all. Contoh, bila capres A menang di California, maka semua elektor di sana berkomitmen memilih orang tersebut (jika tak ada faithless elector).

Dua negara bagian seperti Maine dan Nebraska tidak menganut sistem itu, tetapi membagikan suara elektor ke level distrik. Alhasil, bisa saja elektor dari Maine tak memilih satu capres.

5. Suara Terbanyak Tak Jamin Kemenangan

Hillary Clinton, mantan ibu negara AS yang juga eks rival Donald Trump
Hillary Clinton, mantan ibu negara AS yang juga eks rival Donald Trump (AP)

Perlu diketahui, presiden AS yang mendapat suara total tertinggi tetap akan kalah ketimbang capres yang mendapat suara elektor terbanyak.

Hal itu jarang terjadi karena biasanya capres yang mendapat suara terbanyak juga mendapat elektor terbanyak.

Tetapi, hal langka itu terjadi pada pilpres 2016. Hillary Clinton sebetulnya unggul 3 juta suara tapi tetap kalah di pilpres AS.

6. Clinton Vs Trump dan Bush Vs Gore

20170121-Pelantikan-Donald-Trump-AS-Hillary-Clinton-AP
Mantan calon presiden dari partai Demokrat, Hillary Clinton bersama mantan Presiden AS, George Bush saat menghadiri upacara pelantikan Donald Trump menjadi Presiden AS ke-45 di Washington, DC, AS, (20/1). (Win McNamee/Pool Photo via AP)

Hillary Clinton menang besar di California yang punya populasi tinggi dan jumlah elektor terbanyak, namun Donald Trump berhasil menyapu bersih elektor di negara-negara dengan populasi sedikit seperti North Dakota, South Dakota, Oklahoma, Arkansas, dan Iowa.

Donald Trump juga menang di Texas dan Florida, sehingga kemenangannya seimbang di negara bagian dengan populasi tinggi dan rendah.

Akhirnya, Trump mendapat 304 suara elektor dan terpilih menjadi presiden. Contoh lainnya adalah Presiden George W. Bush yang kalah di suara populer, tetapi unggul di suara elektor.

7. Bisa Memilih Lebih Awal

Calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, memberi isyarat saat berbicara selama debat capres AS 2020 pertama pada Selasa (29/9/2020), di Case Western University dan Cleveland Clinic, Cleveland, Ohio. (Foto AP/Patrick Semansky)
Calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, memberi isyarat saat berbicara selama debat capres AS 2020 pertama pada Selasa (29/9/2020), di Case Western University dan Cleveland Clinic, Cleveland, Ohio. (Foto AP/Patrick Semansky)

Donald Trump dan Joe Biden sudah memilih lebih awal. Itu bisa terjadi di sistem AS. Hal itu disebut absentee voting atau mail-in voting.

Situs Vote.org menjelaskan bahwa absentee voting dapat dilakukan jika seseorang tak bisa mencoblos pada Hari-H baik itu karena sakit, tinggal di luar negeri, atau faktor pekerjaan.

Mereka bisa datang langsung untuk mencoblos atau meminta mendapat surat suara agar dikirim lewat pos. Perlu diketahui bahwa tiap negara bagian punya aturan berbeda mengenai ini.

Absentee voting dan mail-in voting ini menjadi polemik di tengah pandemi COVID-19.

Donald Trump menyebut pencoblosan lewat surat berpotensi mengakibatkan kecurangan. Ia juga membedakan antara absentee dan mail-in voting sebagai hal yang berbeda, meski sebetulnya sama.

Peta Hasil Pemilu AS 2020

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya