Liputan6.com, Washington D.C. - Donald Trump bukanlah presiden AS yang mendapatkan dukungan internasional. Semasa kepemimpinannya, ia telah membuat beberapa kontroversi yang mengejutkan dunia.
Trump secara terbuka menghina separuh dunia dengan menyebut para pemimpin Eropa lemah, menggambarkan orang Meksiko sebagai pemerkosa dan beberapa kali menyinggung orang Afrika.
Baca Juga
Namun, bagi sebagian negara di Asia, kepemimpinan Trump dianggap dapat membawa keuntungan bagi mereka. Trump dianggap dapat membatasi pengaruh China pada negara-negara di Asia.
Advertisement
Dikutip dari BBC, Sabtu (31/10/2020), berikut negara dan wilayah di Asia yang mendukung Trump untuk kembali menjadi Presiden AS:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1. Hong Kong Butuh Trump untuk Memukul Partai Komunis China
Hong Kong telah mengalami tindakan keras keras oleh Beijing setelah protes besar-besaran pro-demokrasi dan anti-China. Sebuah undang-undang keamanan baru telah diterapkan untuk menghukum siapa pun yang dianggap separatis atau merusak aturan Beijing.
"Ketika Donald Trump terpilih empat tahun lalu, saya pikir AS sudah gila, saya selalu menjadi pendukung Demokrat. Sekarang, saya mendukung Trump bersama dengan banyak pengunjuk rasa Hong Kong," imbuh Erica Yuen, seorang aktivis dan pengusaha.
Ia mengatakan bahwa prioritas Hong Kong adalah mendapatkan seorang presiden AS yang akan memukul keras Partai Komunis China (PKC), itulah satu-satunya yang diharapkan para pengunjuk rasa Hong Kong. Harapan ini dipicu oleh kritik vokal presiden AS terhadap China, khususnya yang berkaitan dengan Hong Kong.
Di bawah masa jabatannya, Kongres telah mengeluarkan undang-undang yang mencabut status khusus Hong Kong, yang memberikan perlakuan ekonomi preferensial kepada negara karena mereka mengatakan Hong Kong tidak lagi "otonom". Sanksi juga dijatuhkan kepada kepala eksekutif Hong Kong Carrie Lam dan 10 pejabat tinggi lainnya dari Hong Kong dan China daratan.
Yuen juga berpendapat bahwa Joe Biden memang memberikan janji bahwa akan "menghukum China" dan menyebut Xie Jinping sebagai "preman". Namun, Pemerintahan Trump sudah terbukti menentang PKC dan mengatakan bahwa partai tersebut merugikan dunia.
"Saya tidak tahu mengapa pemerintahan Obama dan Clinton tidak menyadarinya. Mereka terlalu naif dan berpikir PKC akan memilih jalan demokrasi dan menjadi masyarakat modern. Tapi itu terbukti tidak benar," tambahnya.
Meskipun dia mengatakan mayoritas aktivis, terutama yang muda juga memiliki pandangan yang sama, namun jajak pendapat menunjukkan bahwa Trump mendapat ulasan yang cukup beragam di negara tersebut.
Dalam survei baru-baru ini, hampir setengah dari mereka yang disurvei memberinya peringkat "buruk", dengan banyak yang mengatakan bahwa penanganan COVID-19 oleh Washington telah memengaruhi reputasinya.
Advertisement
2. Taiwan Menyebut Trump Sebagai
Ketegangan antara China dan pulau Taiwan telah meningkat. Keduanya terpecah selama perang saudara pada 1940-an, tetapi Beijng bersikeras pulau itu akan direklamasi di beberapa titik, dengan kekerasan jika perlu.
Washington mengatakan resolusi apa pun dari perpisahan panjang mereka harus dilakukan dengan damai.
"Sikap Donald Trump baik untuk kami dan bagus untuk memiliki sekutu seperti itu. Kami memberikan kepercayaan lebih dalam hal urusan luar negeri seperti militer dan perdagangan, ia adalah kakak laki-laki yang bisa kami andalkan," imbuh Victor Linh, seorang yang bekerja di e-commerce.
Trump jelas telah memperluas jangkauannya ke Taiwan. Selama beberapa bulan terakhir, kedua pemerintah telah membuat langkah besar untuk menyelesaikan kesepakatan perdagangan bilateral.
Kesepakatan perdagangan seperti itu dengan AS akan memungkinkan Taiwan untuk menjauh dari ketergantungannya yang besar pada China dan mungkin akan secara aktif mengundang perusahaan-perusahaan besar Taiwan untuk mendirikan pabrik di AS.
Linh khawatir bahwa Biden tidak akan mengambil langkah seperti ini dalam menghadapi kemarahan Beijing. Biden pernah dikenal terlibat dengan China.
Meskipun ia telah mengubah pendiriannya baru-baru ini, hal itu belum sampai ke telinga banyak orang Taiwan yang khawatir "invasi" China mungkin akan terjadi. Tindakan Trump untuk mendukung Taiwan secara militer juga telah memberi ketenangan bagi rakyat Taiwan.
Faktanya, jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa Taiwan menginginkan Trump untuk kembali memimpin AS daripada Biden. Namun, Beijing telah bereaksi keras, memperingatkan AS untuk tidak mendukung Taiwan karena dapat menimbulkan kerusakan parah pada hubungannya dengan China.
3. Vietnam Menganggap Trump
Baik Washington dan Beijing, keduanya telah berperang di tanah Vietnam dalam 50 tahun terakhir, namun negara tersebut sepertinya sudah mulai memaafkan AS. Tapi negara Asia Tenggara itu masih takut dengan "ancaman China".
Penggemar Trump di Vietnam menjadi dua kelompok, menurut analis politik dan vlogger Linh Nguyen.
Mereka yang menyukainya hanya karena hiburan dan mereka yang "mati-matian pendukung Trump" serta mengikuti politik AS karena mereka percaya seperti banyak orang di Hong Kong dan Taiwan, nahwa dialah satu-satunya benteng melawan pemerintah Komunis di China dan Vietnam.
Baik Trump maupun Biden tidak menjelaskan strategi Vietnam, namun Trump telah mengatakan dengan sangat jelas bahwa dia tidak akan terburu-buru untuk campur tangan dalam konflik dan perselisihan di negara lain.
Namun beberapa aktivis politik seperti Vinh Huu Nguyen percaya bahwa hanya seseorang seperti Trump yang berani bahkan sembrono dan bahkan agresi sehingga benar-benar dapat membuat perbedaan.
"Dan itulah yang membedakannya dari para pendahulunya. Berurusan dengan China membutuhkan orang-orang seperti itu," imbuh Nguyen.
Nguyen mengatakan dia merasa dunia pada akhirnya akan sadar akan bahaya China dan bentuk baru dari kapitalisme negara komunis. Tapi kemudian ada juga keinginan untuk reformasi ekonomi dan politik di Vietnam, jauh dari kekuasaan satu partai komunis.
Secara pribadi, dia berharap sikap AS yang kuat terhadap PKC mungkin memiliki efek di seluruh wilayah hingga akhirnya mencapai Hanoi.
Advertisement
4. Jepang: Ini Tentang Keamanan Nasional Kita
Jepang telah lama dianggap sebagai mitra dan sekutu yang berharga bagi AS, tetapi ketika Trump terpilih, banyak orang khawatir tentang dampak kebijakannya yang pertama di Amerika pada hubungan.
Dia membatalkan kesepakatan perdagangan multilateral trans-Pasifik segera setelah menjabat dan menegaskan Jepang harus membayar lebih banyak uang untuk mendukung pasukan AS yang ditempatkan di sana.
"Donald Trump adalah sekutu kami. Untuk Jepang, alasan terbesar kami mendukungnya adalah keamanan nasional," kata Yoko Ishii, seorang YouTuber yang membuat vlog dengan nama Random Yoko.
Hal ini merujuk pada gangguan yang sering dilakukan oleh pesawat dan kapal militer China ke wilayah udara dan perairan Jepang. Sebagian besar berpusat di sekitar Kepulauan Senkaku yang disengketakan, diklaim oleh Tokyo dan Beijing.
"Kami benar-benar menginginkan seorang pemimpin dari AS yang dapat melawan China secara agresif. Saya tidak berpikir siapa pun bisa begitu blak-blakan dan memiliki kehadiran yang kuat, itu benar-benar harus Donald Trump," imbuh Ishii.
Tetapi meskipun dia sangat mendukung Trump untuk tetap berada di Gedung Putih, pendukung vokal seperti dia adalah minoritas di Jepang. Meskipun secara umum, pandangan positif tentang AS diterima oleh mayoritas, hanya seperempat orang Jepang yang memiliki kepercayaan pada Presiden Trump.
Beberapa pendapat lainnya berharap kepada Biden, yang mereka pandang sebagai seseorang yang akan terlibat dengan sekutunya dengan cara yang tidak dilakukan Trump. Mereka percaya Biden akan kembali memasuki proses Kemitraan Trans-Pasifik dan terlibat lebih dekat dengan Tokyo secara ekonomi dan militer.
Reporter: Ruben Irwandi