Ini Ukuran Alat Swab Anal yang Dipakai China untuk Tes COVID-19

Metode usap anal atau swab anal tak jauh berbeda dari tes PCR, namun bedanya alat dimasukkan ke dalam rektrum.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 29 Jan 2021, 12:57 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2021, 12:57 WIB
Petugas Medis Tangani Pasien Virus Corona di Ruang ICU RS Wuhan
Han Yi, petugas medis dari Provinsi Jiangsu, bekerja di bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Liputan6.com, Beijing - China telah mulai menggunakan metode uji COVID-19 swab anal atau lewat anus. Lewat tayangan televisi China diberitakan, otoritas mengambil usapan di anal dari penduduk di Beijing pada pekan lalu, kata penyiar CCTV.

Dikutip dari laman Forbes, Jumat (29/1/2021) alat tes untuk swab anal tersebut tidak jauh berbeda dengan tes PCR COVID-19.

Ukuran alat tes ini sekitar 2 inchi atau 5 sentimeter yang di ujungnya terdapat lapisan kapas. Kemudian, alat ini akan dimasukkan ke dalam rektrum (anus).

Metodenya juga sama akan diusap, sama seperti tes yang dilakukan melalui tenggorokan atau hidung. Nantinya alat ini akan diuji apakah mengandung virus atau tidak.

Tes usap anus bisa lebih akurat dari pada tes hidung atau tenggorokan, kata Li Tongzeng, wakil direktur departemen penyakit pernapasan dan infeksi di Rumah Sakit You An, Beijing dalam sebuah wawancara dengan media pemerintah.

Li mengatakan, penelitian menunjukkan bahwa virus bertahan lebih lama di anus atau kotoran daripada di saluran pernapasan.

Tes swab anal bisa lebih baik dalam mengidentifikasi penyakit dalam kasus ringan atau tanpa gejala.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak video pilihan di bawah ini:

Langkah Ekstrem Basmi COVID-19

FOTO: Lockdown Berakhir, Kereta Kembali Beroperasi di Wuhan
Penumpang yang mengenakan pakaian pelindung berkumpul di luar Stasiun Hankou, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Rabu (8/4/2020). Setelah 11 minggu lockdown, layanan kereta di kota yang menjadi titik awal pandemi virus corona COVID-19 ini kembali beroperasi. (AP Photo/Ng Han Guan)

China bersedia mengambil tindakan ekstrem untuk menghentikan penyebaran COVID-19 di perbatasannya, mengunci seluruh kota atau bahkan provinsi untuk menahan wabah.

Selain itu, mereka juga mengkarantina pendatang baru untuk jangka waktu yang lama dan ada laporan pengujian paksa. Namun, pendekatan tersebut tampaknya sebagian besar berhasil, dan negara terpadat di dunia telah berhasil menghindari beban kasus yang tinggi dibanding angka kematian yang terlihat di negara lain.

Kehidupan di Wuhan, tempat virus pertama kali terdeteksi lebih dari setahun yang lalu, sebagian besar kembali normal.

Kasus-kasus mulai meningkat lagi dan pihak berwenang meningkatkan upaya untuk mengatasi wabah dan memvaksinasi jutaan orang menjelang Tahun Baru Imlek yang akan datang, di mana jutaan diperkirakan akan melakukan perjalanan ke seluruh negeri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya