China Makin Kuat, Jadi Tantangan Baru Bagi Pemerintahan Presiden AS Joe Biden

Kekuatan baru China menjadi tantangan tersendiri untuk pemerintahan baru Joe Biden di AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Feb 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2021, 12:00 WIB
FOTO: Joe Biden Batalkan Larangan Transgender Masuk Militer AS Era Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Joe Biden setelah menandatangani Perintah Eksekutif yang membatalkan larangan bagi transgender untuk masuk militer AS pada era Donald Trump di Kantor Oval Gedung Putih, Washington, Senin (25/1/2021). (AP Photo/Evan Vucci)

Beijing - Pemerintahan baru Amerika Serikat menghadapi tantangan tersendiri ketika peran China yang makin besar dan menjadikan China sebagai negara berpengaruh di kawasan itu.

Mengutip VOA Indonesia, Sabtu (6/2/2021), pemerintahan Biden sedang berupaya memulihkan sejumlah kebijakan era Presiden Obama, mulai dari persetujuan nuklir dengan Iran hingga perundingan antara Israel-Palestina.

China telah menjadi mitra dagang negara-negara Arab terbesar pada semester pertama 2020. Nilai perdagangan antara kedua negara mencapai lebih dari $115 miliar. China telah membina kemitraan strategis atau memiliki Kemitraan Strategis Komprehensif dengan 12 negara Arab.

Sebuah survei baru-baru ini Arab Barometer di kawasan itu mendapati bahwa China lebih disukai dibandingkan Amerika. Arab Barometer adalah sebuah unit peneliti di Princeton University, yang melakukan jajak pendapat di enam negara Timur Tengah, yaitu di Aljazair, Jordania, Lebanon, Libya, Maroko, dan Tunisia, guna mengetahui sikap mereka terhadap China dan Amerika.

“Hasil survei jelas menunjukkan publik Arab lebih menyukai China,” kata organisasi tersebut.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Pendekatan AS ke China

Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Pemerintah China telah menjadikan inisiatif “Belt and Road” atau proyek BRI-nya bagian penting dari pendekatannya di kawasan itu.

Meskipun Amerika terus mengkritik rencana untuk memberi pinjaman kepada beberapa negara yang kesulitan membayarnya kembali, 18 negara telah bergabung dalam inisiatif itu, termasuk Israel, sekutu Amerika yang paling erat di kawasan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya