Liputan6.com, Wuhan - Sejumlah warga Wuhan berinisiatif untuk mengenang Dr. Li Wenliang yang meninggal pda 7 Februari 2020 akibat COVID-19. Sang dokter pernah memberi peringatan tentang penyakit "mirip SARS' sebelum wabah menyerang.
Pesan yang disebar Dr. Li Wenliang membuat kesal otoritas Wuhan karena dianggap membuat gaduh. Ia lantas mendapat teguran, namun ternyata wabah benar-benar terjadi.
Advertisement
Baca Juga
Dr. Li Wenliang ikut tertular COVID-19 dan menghembuskan napas terakhirnya di Wuhan dalam usia muda: 34 tahun.
Berdasarkan laporan AP News, Minggu (7/2/2021), warga memberikan simpatinya di Wuhan Central Hospital dengan meninggalkan bunga. Ada pula yang meninggalkan ayat Bible, yakni Matius 5:10.
"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga," demikian bunyi ayat tersebut.
Kematian Dr. Li Wenliang disebut masih topik yang sensitif di China, meski banyak netizen yang mendukungnya. Pihak keluarga masih enggan memberikan wawancara.
Petugas lantas meminta warga memindahkan bunga mereka taman di belakang rumah sakit. Seseorang menuliskan pesan di bunga mereka: "Terima kasih Dr. Li Wenliang."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Wali Kota Wuhan Zhou Xianwang Dikabarkan Lengser
Pada akhir Januari 2021, wali Kota Wuhan, Zhou Xianwang, akhirnya lengser setahun setelah COVID-19 menyebar. Zhou Xianwang sempat dikritik karena kebijakan lockdown mendadak.
Menurut South China Morning Post, Jumat (22/1/2021), pemerintah Wuhan tidak mengumumkan secara resmi kepergian Zhou Xianwang, namun namanya tidak tertulis sebagai wali kota Wuhan pada situs provinsi Hubei.
Pada situs tersebut Zhou Xiangwang hanya ditulis sebagai anggota senior Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Hubei. Tak ada kabar mengenai siapa pengganti Zhou.
Wali kota yang baru harus mendapatkan dukungan dari legislatif di Wuhan sebelum diumumkan.
Zhou Xiangwang menjadi target kemarahan netizen ketika COVID-19 menyerang Wuhan pada awal 2020. Ia sempat memberikan izin kepada pesta Imlek pada Januari 2020 yang dihadiri 40 ribu orang sehingga virus makin menyebar.
Advertisement
Tim WHO Datangi Wuhan
Seorang anggota tim peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berkunjung ke Wuhan mengatakan, ia terkejut dengan kerumitan untuk mengetahui asal usul pandemi COVID-19, sehingga dibutuhkan penelitian selama bertahun-tahun.
Dominic Dwyer, seorang ahli mikrobiologi dan ahli penyakit menular, mengatakan tim WHO yang berkunjung ke Wuhan telah menerima akses yang diminta dari otoritas China ketika mencoba memahami hari-hari awal wabah virus corona baru yang pertama kali diidentifikasi di kota itu.
"Semua orang tahu bagaimana wabah (COVID-19) benar-benar meledak dari pasar Huanan di Wuhan, tetapi saat ini kuncinya adalah, apa yang terjadi sekitar waktu itu dan sebelumnya," kata Dwyer pada Jumat 5 Februari 2021 --Reuters melaporkan, dikutip dari Antara, Sabtu (6/2).
Asal usul virus corona telah menjadi sangat dipolitisasi menyusul tuduhan bahwa China tidak transparan dalam penanganan awal wabah tersebut. Namun, Beijing telah mendorong gagasan bahwa virus itu bisa berasal dari tempat lain.
Dwyer, seorang spesialis HIV/AIDS Australia yang sebelumnya bekerja dengan WHO selama wabah SARS dan flu burung, mengatakan "teka-teki" dari COVID-19 adalah bahwa pembawa asimtomatik awal mungkin tidak tahu bahwa mereka mengidapnya.
"Sangat naif untuk berpikir bahwa kita akan mendapatkan virus zero," kata Dwyer, merujuk pada pengidap pertama virus tersebut.
Lebih lanjut ia menuturkan bahwa kasus-kasus awal teridentifikasi pada November, "tetapi hanya sedikit sebelumnya itulah bagian yang sangat menarik sekaligus bagian yang rumit dan sulit".
Dalam hal ini, Dwyer sependapat dengan rekan setimnya Peter Daszak, seorang ahli zoologi dan ahli penyakit hewan, dalam penekanannya pada kesulitan memahami penyakit COVID-19.
"Bahkan SARS, bahkan Ebola, kami punya beberapa ide bagus, tapi tidak ada yang tahu. HIV pun kami tidak tahu keadaan pastinya," kata Daszak kepada Reuters.
Infografis COVID-19:
Advertisement