Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan gagal menempatkan satelit tiruan ke orbit setelah peluncuran pertama roket Nuri yang dikembangkan di dalam negeri.
"Sayangnya, kami belum dapat mencapai tujuan itu dengan sempurna, tetapi ini adalah pencapaian yang luar biasa untuk percobaan pertama," kata Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
"Kami masih memiliki tujuan yang belum terpenuhi, yaitu mengirim satelit tiruan ke orbit dengan aman," tambahnya, demikian dikutip dari CNN, Jumat (22/10/2021).
Advertisement
Baca Juga
Moon mengatakan, roket itu tetap menyelesaikan semua urutan penerbangan, mencapai ketinggian 700 kilometer (435 mil) di atas Bumi, dengan mengatakan, "Saya sangat bangga akan hal itu."
Moon menambahkan bahwa Korea Selatan akan meluncurkan roket Nuri lima kali lagi hingga 2027, dengan peluncuran berikutnya dijadwalkan pada Mei 2022.
Korea Selatan telah menginvestasikan hampir 2 triliun won untuk membangun Nuri tiga tahap sejak 2010.
Jika misi tersebut berhasil, Korea Selatan akan menjadi negara ketujuh di dunia yang telah mengembangkan kendaraan peluncuran ruang angkasa yang dapat membawa satelit lebih dari 1 ton, setelah Rusia, Amerika Serikat, Prancis, China, Jepang, dan India, menurut Institut Penelitian Dirgantara Korea (KARI).
Negara ini telah berjuang untuk bersaing dengan tetangganya di Asia dalam perlombaan soal ruang angkasa. Dua roket pembawa pertama Korea Selatan diluncurkan pada 2009 dan 2010, menggunakan mesin yang dikembangkan Rusia, keduanya gagal mencapai orbit.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bantuan AS dan Rusia
Pada 2013, Korea Selatan akhirnya berhasil mengirim roket pembawa ke orbit rendah Bumi -- tetapi ini juga dikembangkan menggunakan teknologi Rusia.
Nuri berarti "dunia" dalam bahasa Korea, adalah roket buatan Korea Selatan pertama yang menggunakan teknologinya sendiri, membuka pintu ke berbagai satelit dan misi masa depan.
Peluncuran misi ruang angkasa telah lama menjadi masalah sensitif di Semenanjung Korea, di mana Korea Utara menghadapi sanksi atas program rudal balistik bersenjata nuklirnya.
Rencana misi ruang angkasa Korea Selatan termasuk meluncurkan berbagai satelit militer yang dapat melakukan pengawasan, navigasi dan komunikasi di masa depan.
Sejauh ini, Korea Selatan hampir sepenuhnya bergantung pada AS untuk intelijen satelit bagi negara tetangganya, Korea Utara.
Advertisement