Liputan6.com, Paris - Total kasus COVID-19 di dunia mencapai 256 juta kasus. Dalam 28 kasus terakhir, kasus baru mencapai 13,1 juta kasus, padahal sebelumnya sudah sempat turun jadi 11 juta kasus.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, Jumat (19/11/2021), lima negara dengan kasus harian COVID-19Â tertinggi adalah:
Baca Juga
1. Amerika Serikat: 2,1 juta kasus
Advertisement
2. Inggris: 1 juta
3. Rusia: 1 juta
4. Jerman: 824 ribu
5. Turki: 732 ribu
Tak hanya itu, Prancis juga sudah mencatat lonjakan kasus virus corona sejak awal November 2021. Ini artinya semua negara superpower di Eropa sedang menghadapi lonjakan kasus.
Salah satu aspek yang dinilai mempengaruhi lonjakan kasus adalah datangnya musim dingin di belahan bumi utara.
Jerman kini kembali memperketat aturan untuk membatasi mobilisasi orang-orang yang belum divaksin. Saat ini ada 116,2 juta dosis vaksin COVID-19Â yang disalurkan di Jerman yang memiliki 86 juta populasi.Â
Secara global, ada 7,6 miliar dosis vaksin yang disuntik ke populasi.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Risiko Gelombang Ketiga di Indonesia
Di dalam negeri, berbagai upaya untuk menghindari munculnya gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia terus dilakukan. Namun, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengungkapkan potensi gelombang baru ini sebenarnya berbeda dengan yang sebelumnya.
"Saya belum melihat sebenarnya ada kemungkinan untuk gelombang ketiga, kenapa? Karena kondisi hari ini berbeda dengan kondisi tahun lalu. Kalau kita menggunakan data tahun lalu, memang terlihat ada potensi gelombang ketiga. Tapi ada yang berbeda lho," ujar Masdalina pada Health Liputan6.com, Jumat (19/11/2021).
Masdalina menjelaskan, perbedaan kondisi tersebut berkaitan dengan vaksinasi yang telah dilakukan di Indonesia. Tahun lalu, Indonesia belum memiliki capaian vaksinasi COVID-19 sebanyak saat ini. Tahun lalu pun testing dan tracing juga belum dilakukan dengan baik.
"Tahun lalu kondisi kita belum terkendali sesuai dengan indikator pengendalian yang ada sekarang, karena indikator yang ada sekarang baru ada mulai bulan Juni 2021 ya. Jadi menurut kami, sebenarnya tidak ada risiko untuk terjadinya gelombang ketiga," kata Masdalina.
Â
Â
Advertisement
Perbatasan
Namun Masdalina menjelaskan bahwa kondisi akan berbeda jika pintu perbatasan dibuka dengan selebar-lebarnya. Gelombang ketiga juga berpotensi terjadi apabila varian terbaru AY.4.2 masuk ke Indonesia.
"Yang saat ini kita sedang waspadai kan AY.4.2. Nah kalau dia masuk, ada kemungkinan untuk terjadinya gelombang ketiga. Sepanjang itu tidak masuk, enggak ada risiko untuk gelombang ketiga," ujar Masdalina.
Hal inipun berkaitan dengan rencana Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 jelang libur Natal dan tahun baru (Nataru). Menurutnya, upaya tersebut tentu bisa membantu mengurangi mobilitas dan potensi kenaikan kasus aktif di Indonesia.
"PPKM Level 3 itu kan sebenarnya bukan berarti ditutup. Tetapi aktivitas dikurangi gitu ya. Aktivitas sebenarnya tetap bisa berlangsung. Tetapi aktivitasnya dikurangi," kata Masdalina.
"Jam buka tutupnya dikurangi, yang biasanya bisa sampai jam 21.00 malam, ini dikurangi sesuai Level 3 yaitu jam 19.00 malam. Tetapi tetap masyarakat boleh beraktivitas, tentu saja dengan protokol kesehatan yang ketat," tambahnya.
Infografis COVID-19:
Advertisement