5 Jurus Denmark Cabut Aturan COVID-19 dan Hidup Normal

Pemerintah Kerajaan Denmark pilih cabut aturan COVID-19. Apa saja jurusnya?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Feb 2022, 19:10 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2022, 19:10 WIB
Denmark Cabut Semua Pembatasan Covid-19
Pelanggan di pasar ikan di Torvehallerne di Kopenhagen, Denmark, Selasa (1/2/2022). Otoritas Kesehatan Denmark saat ini "merekomendasikan" mereka yang dites positif untuk diisolasi selama empat hari, sementara kasus kontak tidak perlu lagi dikarantina. (Liselotte Sabroe/Ritzau Scanpix via AP)

Liputan6.com, Kopenhagen - Kerajaan Denmark telah mencabut aturan-aturan COVID-19. Ini dilakukan meski kasus COVID-19 sedang naik di Eropa.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Kamis (3/2/2022), ada 967 ribu kasus baru COVID-19 di Denmark selama 28 hari terakhir.

Penasihat pemerintah Denmark, Michael Bang Petersen, mengungkap faktor-faktor yang membuat pemerintah Denmark mencabut aturan ketat COVID-19. Faktor tersebut mulai dari angka vaksinasi, serta risiko dari lockdown berkepanjangan.

Berikut rangkuman dari penjelasan publik Petersen di Twitter mengenai keputusan pemerintah Denmark untuk hidup normal di tengah COVID-19.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Vaksinasi Tinggi

Denmark Cabut Semua Pembatasan Covid-19
Penumpang berdiri di Stasiun Metro Noerreport di Kopenhagen, Selasa (1/2/2022). Ini adalah kedua kalinya Denmark mencoba kembali ke kehidupan normal setelah pada 10 September 2021 membatalkan semua pembatasannya, sebelum menerapkan kembali pada awal November. (Liselotte Sabroe/Ritzau Scanpix via AP)

Denmark memiliki sekitar 5,8 juta populasi. Hampir semua warganya telah divaksinasi COVID-19, bahkan lebih dari 50 persen sudah dapat booster.

"Sebab warga Denmark memiliki tingkat vaksinasi yang tinggi, dan data kami menunjukkan bahwa mereka punya kepercayaan tinggi pada vaksin. 81% dari seluruh populasi telah divaksinasi dan 61% populasi telah mendapatkan vaksin booster. Vaksin tersedia bagi usia 5 tahun ke atas," ujar Petersen.


2. Perlu Keseimbangan

Denmark Cabut Semua Pembatasan Covid-19
Pelanggan di pasar ikan di Torvehallerne di Kopenhagen, Denmark, Selasa (1/2/2022). Pemerintah Denmark memutuskan COVID-19 tidak lagi dikategorikan sebagai penyakit ancaman sosial setelah 31 Januari 2022, dan telah mencabut pembatasan COVID-19. (Liselotte Sabroe/Ritzau Scanpix via AP)

Menunggu hingga COVID-19 benar-benar hilang dinilai memiliki risiko tersendiri. Pencabutan restriksi saat ini dinilai lebih bijak untuk kondisi Denmark. 

Petersen menyebut menunggu juga punya harganya sendiri. Ia lantas menampilkan data bahwa rakyat kini lebih khawatir pada lockdown ketimbang kesehatan. Mereka tak khawatir karena mayoritas sudah divaksin.

"Haruskah Denmark menunggu hingga semua kekhawatiran telah dibereskan? Mungkin. Tetapi menunggu tidak gratis. Itu punya biaya dalam hal ekonomi, kesejahteraan diri, dan hak demokrasi. Menyeimbangkan hal tersebut adalah bagian eksplisit dalam strategi Denmark," ujar Petersen.


3. Rakyat Disiplin, Pemerintah Bisa Dipercaya

Denmark Cabut Semua Pembatasan Covid-19
Seorang pelanggan keluar dari supermarket di Kopenhagen, Selasa (1/2/2022). Denmark mencabut pembatasan covid-19 dengan pertimbangan mengandalkan tingkat vaksinasi yang tinggi untuk mengatasi varian Omicron yang diyakini lebih ringan dampaknya. (Liselotte Sabroe/Ritzau Scanpix via AP)

Hal lain yang disorot Petersen adalah rakyat Denmark yang disiplin ketika pembatasan masih ada. Ini dinilai tanda bahwa pemerintah juga dipercaya rakyat. 

Ketika pemerintah memutuskan melonggarkan aturan COVID-19, masyarakat pun sudah paham risikonya. 

Alhasil, masyarakat juga tetap termotivasi untuk menjaga agar lansia dan kelompok rentan tak terpapar virus corona, meski aturan sudah dicabut. 

"Orang-orang peduli dan akan terus mengambil tindakan berjaga-jaga," ujar Petersen. 


4. Ruang ICU Tak Penuh

Denmark Cabut Semua Pembatasan Covid-19
Penumpang berdiri di Stasiun Metro Noerreport di Kopenhagen Denmark, Selasa (1/2/2022). Mulai 1 Februari, negara Skandinavia itu sekali lagi menyingkirkan masker wajah, kartu covid, dan jam buka terbatas untuk bar dan restoran. (Liselotte Sabroe/Ritzau Scanpix via AP)

Petersen mengakui bahwa kasus di Denmark sedang naik, akan tetapi ia menyorot bahwa ruang ICU tidaklah penuh. 

"Kasus-kasus sangatlah tinggi, hospitalisasi juga naik dan kematian perlahan naik. Tetapi, masyarakat di ICU menurun," ujarnya. 


5. Booster Berhasil Redakan Omicron

Denmark Cabut Semua Pembatasan Covid-19
Penumpang di halte bus di Kopenhagen, Denmark, Selasa (1/2/2022). Denmark pada Selasa menjadi negara Uni Eropa (UE) pertama yang mencabut semua pembatasan Covid-nya meskipun ada rekor jumlah kasus. (Liselotte Sabroe/Ritzau Scanpix via AP)

Petersen juga menyebut seluruh infeksi COVID-19 di Denmark saat ini adalah varian Omicron. Berkat tingkat booster yang tinggi, keparahan Omnicron berhasil dikurangi. 

"Meski ada angka-angka kasus yang tinggi, tekanan pada rumah sakit lebih rendah ketimbang gelombang-gelombang sebelumnya," jelas Petersen.

Penyebaran Omicron juga diprediksi segera menurun berdasarkan data yang tersedia. 


Infografis COVID-19:

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya