Rusia Tolak Cerai Diplomatik dengan Ukraina di Tengah Krisis

Rusia tidak mau putus hubungan diplomatik dengan Ukraina.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 23 Feb 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2022, 08:00 WIB
Vladimir Putin
Presiden Rusia, Vladimir Putin berpose ketika menghabiskan waktu di kawasan hutan pegunungan Siberia, pada 6 Oktober 2019. Kremlin merilis gambar Presiden Vladimir Putin saat merayakan hari ulang tahun ke-67 pada Senin (7/10/219). (Alexey DRUZHININ / Sputnik / AFP)

Liputan6.com, Moskow - Pemerintah Rusia menolak bercerai secara diplomatik dari Ukraina di tengah krisis diplomatik yang terjadi. Rusia membuat heboh dunia internasional setelah mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis Ukraina: Donetsk dan Luhansk. 

Pada 2014, Rusia juga mencaplok Semenanjung Krimea milik Ukraina. Namun, Rusia menilai pemutusan hubungan diplomatik bisa membuat situasi makin rumit.

"Tentunya, pemutusan hubungan-hubungan diplomatik akan menjadi skenario yang luar biasa tidak diinginkan yang hanya akan membuat segalana elbih sulit, tidak hanya untuk negara-negaranya, tetapi juga untuk masyarakatnya," ujar sekretaris pers presiden Rusia, Dmitry Peskov, dikutip Kantor Berita Rusia TASS, Rabu (23/2/2022). 

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku disarankan oleh Kementerian Luar Negeri negaranya untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia. 

Kemlu Ukraina berkata siap menggunakan jalur diplomatik dan menolak perang, akan tetapi turut meminta dunia memberikan sanksi berat kepada Rusia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Minta Sanksi Berat dari Dunia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. (source: AP)

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengecam keputusan Rusia untuk mengakui kedaulatan di wilayah separatis Donetsk dan Luhansk. Tindakan Rusia dianggap melanggar aturan internasional, piagam PBB, dan melanggar kedaulatan.

"Pihak Ukraina memahami niat-niat Rusia dan tujuannya untuk memprovokasi Ukraina. Kami mempertimbangan semua risiko dan tidak akan jatuh pada provokasi-provokasi sebagaimana kami tetap berkomitmen kepada penyelesaian politik-diplomatis dari konflik bersenjata Rusia-Ukraina," ujar pernyataan Kemlu Rusia melalui situs resminya, dikutip Selasa (22/2/2022). 

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky disebut memberikan instruksi agar memakai semua instrumen diplomasi untuk menghindari konflik bersenjata.

Ukraina turut menyerukan kepada komunitas global untuk memberikan sanksi keras kepada Rusia secara bersama-sama. Hal itu dinilai bisa mempengaruhi tindakan Rusia.

"Keputusan-keputusan dan gerakan-gerakan selanjutnya dari Federasi Rusia sangat tergantung pada reaksi-reaksi global pada perkembangan hari ini. Kami maka dari itu bersikeras pada penerapan sanksi-sanksi keras terhadap Rusia untuk mengirimkan sebuah sinyal jelas agar tak ada eskalasi lebih jauh," ujar Kemlu Ukraina.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya