Pillar of Shame untuk Hong Kong Muncul di Norwegia

Pillar of Shame ini berdiri untuk mengenang korban Tiananmen Square, sebelumnya patung itu dilarang tampil oleh University of Hong Kong (HKU).

oleh Tommy K. Rony diperbarui 27 Mei 2022, 06:54 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2022, 06:31 WIB
Patung 'Pillar of Shame'
Potret menunjukkan 'Pillar of Shame', sebuah patung yang memperingati para korban penumpasan Lapangan Tiananmen 1989 di Beijing, di University of Hong Kong (HKU) di Hong Kong pada 10 Oktober 2021. (Peter PARKS / AFP_

Liputan6.com, Oslo - Monumen Pillar of Shame yang tadinya muncul di University of Hong Kong (HKU) kini muncul di Norwegia. Replika itu muncul usai monumen yang berada di HKU tak lagi dipajang oleh pihak kampus.

Langkah HKU dinilai sebagai bentuk penyerangan terhadap kebijakan berekspresi di Hong Kong. Isu Tiananmen sendiri memang adalah hal sensitif bagi Partai Komunis China dan monumen Pillar of Shame dibungkus oleh pihak HKU ketika pengaruh China di Hong Kong sedang meningkat.

Dilaporkan CNN, Jumat (27/5/2022), replika monumen itu muncul di University of Oslo. Pengesahan monumen itu dihadiri oleh anggota parlemen Norwegia, aktivis Hong Kong, dan seniman China bernama Badiucao yang terkenal atas karya politiknya yang berani.

Monumen itu adalah replika utuh dan berdiri setinggi 8 meter.

"Pesannya adalah menunjukkan kepada dunia bahwa kita masih berbicara kepada Hong Kong dan tidak akan lupa apa yang China lakukan kepada Hong Kong," ujar seniman yang membuat monumen itu, Jens Galschiøt.

Ketika mengetahui Pillar of Shame dilarang tampil di Hong Kong pada Desember 2021, Jens Galschiøt berjanji bahwa simbolisme dari monumen itu akan terus hidup.

Acara di Norwergia dikoordinasikan antara Amnesty Internasional dan Hong Kong Committee di Norwegia. Patung ini akan dipamerkan di Univesity of Oslo hingga Juni mendatang. 

Sejatinya, pilar yang menampilkan jeritan manusia ini bukan hanya untuk memperingati pembantaian di Tiananmen Square, namun isu lainnya seperti kelaparan. Akibat tindakan HKU, monumen itu menjadi lebih diasosiasikan dengan Tiananmen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pillar of Shame

Patung 'Pillar of Shame'
Para pekerja memindahkan bagian dari 'Pillar of Shame', sebuah patung karya seniman Denmark Jens Galschiot yang memperingati para korban penumpasan Lapangan Tiananmen 1989 di Beijing, menuju sebuah container di Universitas Hong Kong (HKU) di Hong Kong pada 23 Desember , 2021. Yan ZHAO / AFP

Sebelumnya dilaporkan, kehadiran patung ini telah lama dianggap sebagai penentu sensor artistik di Hong Kong. Patung "Pillar of Shame" dibongkar pada 23 Desember 2021 lalu. Pembongkaran patung bagi beberapa siswa menjadi tanda lain dari cengkeraman Beijing yang semakin ketat. 

 

"Dengan membongkar pilar ini, kita bisa melihat bahwa kebebasan kita direnggut, sedikit demi sedikit, hari demi hari," kata seorang mahasiswa di kampus keesokan paginya.

"Ini mengingatkan saya bahwa (Partai Komunis China) adalah rezim yang tidak sah," lanjut mahasiswa lainnya.

CNN tidak mengungkap nama mahasiswa yang diwawancara karena beberapa dari mereka takut akan pembalasan dari pihak berwenang. Namun, profesor emeritus HKU, John Burns, lebih terbuka dalam kritiknya.

Menghilangkan tugu peringatan atas tindakan keras militer berdarah terhadap sebagian besar pengunjuk rasa mahasiswa yang tidak bersenjata menunjukkan "erosi lebih lanjut dari otonomi relatif HKU dari negara China," katanya melalui email.

"HKU bukan departemen pemerintah dan tidak perlu berlangganan propaganda resmi tentang insiden Tiananmen," tambah Burns. "Sejauh ini belum. Namun, pemindahan patung itu membuat HKU dan Hong Kong semakin dekat dengan status amnesia resmi tentang Tiananmen."


Demokrasi di Hong Kong

Jelang HUT China, Demo Hong Kong Kian Panas
Polisi menembakkan gas air mata ke arah demonstran di Hong Kong, Minggu (29/9/2019). Berawal dari penolakan RUU Ekstradisi, demonstrasi Hong Kong berkembang hingga menggaungkan tuntutan agar Carrie mundur dan melepaskan Hong Kong dari China. (AP Photo/Kin Cheung)

John Lee, kepala keamanan berhaluan garis keras yang memimpin penumpasan gerakan pro-demokrasi Hong Kong, terpilih sebagai chief executive atau kepala eksekutif Hong Kong pada hari Minggu 8 Mei 2022. Dalam pemungutan suara oleh sebuah komite yang mayoritas pro-Beijing.

Mengutip VOA Indonesia, Senin (9/5/2022), John Lee diketahui merupakan satu-satunya calon kepala eksekutif Hong Kong. Ia memenangkan lebih dari 99% suara, di mana hampir semua anggota komite yang berjumlah 1.500 orang disaring secara hati-hati oleh pemerintah pusat di Beijing.

Penunjukannya secara luas dilihat sebagai langkah oleh pemerintah China untuk memperketat cengkeramannya di kota itu, demikian seperti dikutip dari BBC.

Dikenal sebagai pendukung setia Beijing, Lee mengawasi tindakan keras yang kadang-kadang keras terhadap demonstran pro-demokrasi pada tahun 2019.

Dia akan menggantikan pemimpin saat ini, Carrie Lam, pada 1 Juli.

Jabatan Lam selama lima periode diwarnai dengan unjuk rasa pro-demokrasi besar-besaran yang menuntut pengunduran dirinya, penumpasan oleh pihak keamanan yang membungkam hampir semua pembangkangan, serta pandemi COVID-19.

Penumpasan itu telah memperlemah reputasi Hong Kong sebagai pusat bisnis internasional dengan kebebasan yang setara dengan negara-negara Barat.


Dukungan Carrie Lam

Carrie Lam, kepala eksekutif Hong Kong terpilih
Carrie Lam yang sempat menjabat jadi kepala eksekutif Hong Kong (Kin Cheung/AP)

Carrie Lam memberi ucapan selamat kepada Lee dalam sebuah pernyataan dan akan menyerahkan hasil pemilihan itu kepada Beijing.

Pemilihan itu diselenggarakan menyusul perubahan besar pada undang-undang pemilihan umum Hong Kong tahun lalu demi menjamin hanya “para patriot” yang setia kepada Beijing yang boleh menjabat.

Parlemen Hong Kong juga dirombak sehingga membungkam suara pihak oposisi.

Pengaturan secara teliti seputar hasil ini mencerminkan demokrasi yang diinginkan oleh Beijing demokrasi untuk masa depan.

Anggota komite memberikan suara secara rahasia dan 1.416 suara yang diraih Lee merupakan dukungan tertinggi yang pernah diperoleh seorang calon kepala eksekutif Hong Kong.

Kantor penghubung pemerintah China di Hong Kong memberi selamat kepada Lee dan mengatakan, pemilihan telah diselenggarakan secara "jujur, adil, dan tertib sesuai dengan UU dan peraturan."

Infografis Ayo Dukung Percepatan Vaksinasi Covid-19, Bantu Mereka yang Belum. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ayo Dukung Percepatan Vaksinasi Covid-19, Bantu Mereka yang Belum. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya