Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier ke Indonesia, Kunjungi Jakarta dan Yogyakarta

Presiden Republik Federal Jerman Frank-Walter Steinmeier akan mengadakan kunjungan kenegaraan ke Republik Indonesia pada 15-17 Juni 2022. Berikut ini agendanya selama di Indonesia.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 15 Jun 2022, 12:12 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2022, 11:50 WIB
Batik Jokowi Saat Temui Menlu Jerman
Pertemuan Presiden Jokowi dan Frank Walter Steinmeier saat masih menjabat sebagai Menlu Jerman pada 3 November 2014. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Republik Federal Jerman Frank-Walter Steinmeier akan mengadakan kunjungan kenegaraan ke Republik Indonesia pada 15-17 Juni 2022.

Di ibu kota Indonesia, Jakarta, Presiden Steinmeier akan disambut oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan untuk perbincangan politik. Selain itu juga akan bergabung dalam pertemuan dengan para pakar berbagai topik yang mencakup upaya Indonesia dibidang lingkungan hidup, iklim, dan energi.

"Presiden Steinmeier juga akan mengunjungi Taman Makam Pahlawan Kalibata untuk upacara peletakan rangkaian bunga di sana," ujar pihak Kedutaan Jerman di Indonesia dalam keterangan tertulisnya yang diterima Rabu (15/6/2022).

Dalam kunjungan ke Jakarta, Presiden Jerman juga diagendakan mengunjungi Deutsche Schule Jakarta (Sekolah Jerman Jakarta), dan berbincang dengan pelajar sejumlah sekolah yang tergabung dalam inisiatif PASCH ("Sekolah: Mitra menuju Masa Depan") serta komunitas bisnis Indonesia dan Jerman di Pusat Industri 4.0 Indonesia.

Presiden Jerman kemudian akan bertolak ke Yogyakarta, mengeksplorasi warisan kebudayaan Indonesia.

"Presiden Steinmeier akan mengawali kunjungan ke Kawasan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, untuk mengenal proses restorasi yang telah didukung oleh Jerman. Presiden juga akan berinteraksi dengan akademisi Universitas Gadjah Mada dan pelaku seni modern di Indonesia melalui pengenalan proyek seni kolektif "Monumen Antroposen" di Museum Nasional Jogja," jelas pihak kedutaan.

Selain itu, beliau akan bertemu dan berbincang dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Sri Sultan Yogyakarta Hamengkubawono X. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

 

Ke Indonesia Usai dari Singapura

Frank-Walter Steinmeier, mantan menlu yang terpilih jadi presiden Jerman
Frank-Walter Steinmeier, mantan menlu yang terpilih jadi presiden Jerman (AP)

Sebelum ke Indonesia, Presiden Steinmeier menjalankan kunjungan ke Singapura terlebih dahulu pada tanggal 13-15 Juni.

Di Jakarta, Frank-Walter Steinmeier akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Di Singapura ia berbicara dengan Preisden Halimah Yacob, Menteri Luar Negeru Vivian Balakrishnan dan Wakil Perdana Menteri Lawrence Wong.

Tahun ini, Indonesia memegang kepemimpinan G20, perkumpulan 20 perekonomian terbesar di dunia. Pada saat bersamaan, Jerman dan Indonesia merayakan 70 tahun hubungan diplomatik pada tahun 2022 ini.

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier sudah tiba di Singapura hari Selasa 14 Juni dalam rangka lawatan empat hari ke Singapura dan Indonesia.

Dikutip dari laman DW Indonesia, Rabu (15/6/2022), ia mengatakan, bukan kebetulan jika lawatan panjang pertamanya ke luar negeri dalam masa jabatan kedua ditujukan ke kedua negara di kawasan.

"Singapura dan Indonesia adalah mitra erat dan terpercaya Jerman dan Eropa", kata Steinmeier kepada kantor berita Jerman DPA. Mereka, seperti juga kami, ingin mengembangkan perdagangan yang adil berbasis kesepakatan internasional dan berpartisipasi aktif dalam badan-badan internasional.

Lalu dia menambahkan: kedua negara juga secara jelas mengambil sikap menentang invasi Rusia ke Ukraina.

Frank-Walter Steinmeier akan berada di Singapura hari Selasa dan Rabu, lalu bertolak ke Indonesia. Ini adalah lawatan luar negeri panjang yang pertama pada masa jabatannya yang kedua.

"Saya sengaja memilih kawasan Indo-Pasifik untuk kunjungan jauh yang pertama saya. Ini kawasan yang penting untuk perdagangan dunia, dan pada saat yang sama kawasan yang dalam aspek politik keamanan berada di bawah tekanan, terutama ketika China tampil makin otoriter".

Jerman Ketua G7

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi Terima Kunjungan Menlu Jerman
Menteri Retno LP Marsudi dan Frank Walter Steinmeir saat masih menjadi Menlu Jerman pada Senin (3/11/2014). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jerman saat ini menjadi ketua kelompok G7, sedangkan Indonesia tahun ini memegang presidensi G20. Itu sebabnya, Jerman telah mengundang Indonesia untuk hadir dalam KTT G20 akhir Juni nanti.

Presiden Steinmeier mengatakan, dia ingin berdiskusi bagaimana menghadapi berbagai ketegangan politik dan militer saat ini.

"Apa artinya perubahan era ini untuk tata internasional, untuk globalisasi ekonomi dan untuk perekonomian kita yang saling berjaringan?"

Ia menekankan, baginya tidak ada alternatif untuk globalisasi, sekalipun saat ini muncul masalah ketergantungan Jerman dan Eropa pada energi dari Rusia, dan keterkaitan erat perekonomian dengan Cina juga sekarang dilihat sebagai faktor risiko.

"Kita harus memikirkan ulang globalisasi, tapi tidak menghilangkannya", kata Steinmeier. Keterbukaan dan pertukaran adalah pilar penting bagi kemamuran Jerman. "Kita harus belajar untuk memperhitungkan risiko politik lebih baik lagi dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi," ujarnya. Tujuannya adalah untuk memperluas jaringan dan mengurangi ketergantungan dari satu negara saja.

Peran Penting Jerman-Indonesia

Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)
Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)

Presiden Frank-Walter Steinmeier menerangkan, Indonesia sebagai ketua G20 dan Jerman sebagai ketua G7 tahun ini mengemban tanggung jawab besar untuk kerja sama internasional. "Perdagangan dan investasi, transisi energi, keamanan pangan dan keberlanjutan – itulah tema-tema penting di mana kita bersama-sama bisa mencapai banyak."

Jerman harus bisa terus mencari kemitraan baru.

"Kami tidak tertarik pada pembentukan blok-blok baru," jelasnya.

"Demokrasi adalah sebuah proyek terbuka, tanpa arah angin tertentu, tanpa batas-batas geograif, tanpa warna kulit". Itu sebabnya Jerman berupaya terus meningkatkan hubungan dengan negara-negara seperti Indonesia.

Sebagai Menteri Luar Negeri, Frank-Walter Steinmeier tahun 2008 berkunjung ke Jakarta dan ketika itu memuji langkah Indonesia, yang berhasil keluar dari era diktatur dan membangun sistem demokrasi.

Infografis Wanti-Wanti Euforia Boleh Lepas Masker
Infografis Wanti-Wanti Euforia Boleh Lepas Masker (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya