Liputan6.com, Seoul - Kasus COVID-19 di Korea Selatan tembus 70 ribu kasus dalam dua hari berturut-turut. Sub-varian Omicron BA.5 disebut menular sangat cepat sejak akhr Juni 2022.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Korea Selatan, Rabu (20/7/2022), ada 76.402 kasus dalam 24 jam terakhir. Sebanyak 12 pasien meninggal dan 96 dalam keadaan parah.
Advertisement
Baca Juga
Totalnya ada 18,9 juta kasus COVID-19 di Korea Selatan yang tercatat selama pandemi, dan 24 ribu meninggal. Pemerintah Korea Selatan belum mengambil kebijakan untuk memperketat lagi aturan mobilitas sosial.
Yonhap melaporkan bahwa varian BA.5 menyebar dengan cepat sejak awal liburan musim panas. Kasus harian mencapai 10 ribu pada 29 Juni, sebelum tembus 20 ribu pada 9 Juli, kemudian naik jadi 40 ribu pada 13 Juli, dan kini mencapai 76 ribu.
Berikut 10 negara dan wilayah di dunia dengan kasus COVID-19 tertinggi dalam 28 hari terakhir, serta total kasus selama pandemi, berdasarkan data Johns Hopkins University:Â
1. Amerika Serikat: 3,2 juta kasus baru (total 89,8 juta)
2. Prancis: 2,8 juta kasus baru (total 33,3 juta)
3. Jerman: 2,5 juta kasus baru (total 29,8 juta)
4. Italia: 2,2 juta kasus baru (total 20,2 juta)
5. Brasil: 1,5 juta kasus baru (total 33,3 juta)
6. Jepang: 1,2 juta kasus baru (total 10,4 juta)
7. Australia: 1 juta kasus baru (total 8,8 juta)
8. Taiwan: 952 ribu kasus baru (total 43 juta)
9. Inggris: 581 ribu kasus baru (total 23,2 juta)
10. Korea Selatan: 572 ribu kasus baru (total 18,8 juta)
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Epidemiolog: Booster Penting untuk Cegah Keparahan Covid-19
Sebelumnya dilaporkan, epidemiolog Dicky Budiman mendorong pemerintah untuk terus mengejar target capaian vaksinasi booster. Dia menegaskan, booster penting untuk mencegah keparahan, bahkan kematian akibat Covid-19.
"Vaksin dosis ketiga itu penting, meskipun kita tahu bahwa BA.5, BA.4, BA.2.75 lebih resisten menurunkan efikasi antibodi. Tapi itu menurun dalam artian kemampuan memproteksi diri terinfeksi. Namun, dalam efektifitas mencegah keparahan dan kematian itu tetap tinggi," kata Dicky, Selasa 19 Juli 2022.Â
Dicky mengatakan, banyak masyarakat belum mendapatkan vaksin dosis lengkap. Padahal, efektivitas booster mencegah dampak parah akibat Covid-19 sudah terbukti di berbagai negara. Data Satgas Covid-19 menyebutkan baru 53.126.957 orang yang sudah divaksin booster dari total target 208.265.720.
"Meski capaian dosis satu dan dua cukup besar, tapi itu tidak cukup untuk mencegah BA.5. Untuk itulah vaksin booster ini harus kita capai, setidaknya 50% dari total populasi. Tapi di kelompok rentan seharsunya di atas 70%," ujar Dicky.
Â
Menurut dia, sentra vaksinasi harus lebih banyak di area publik untuk meningkatkan capaian vaksinasi. Selain itu, masyarakat juga harus mendapatkan edukasi mengenai risiko, manfaat, bahkan kontra indikasi dari vaksin. Dicky menilai selama ini komunikasi pemerintah masih kurang tepat dan efektif.
"Komunikasi yang disampaikan lebih sering menebar optimisme, sehingga masyarakat menganggap pandemi sudah selesai. Saya rasa literasi pandemi masih minim. Ini harus kita bangun dengan menyampaikan apa adanya," kata Dicky.
Advertisement
Masih dalam Ancaman Covid-19
Sementara, anggota Komisi IX DPR Darul Siska berharap selain mengampanyekan pentingnya vaksin, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan protokol kesehatan juga harus jadi perhatian semua pihak.
"Mengubah pola pikir itu penting bahwa kita masih dalam ancaman Covid-19. Kebersihan harus jadi gaya hidup," kata Darul.
Menurut Darul, semua kalangan dari mulai pemerintah sampai tingkat RT, tokoh masyarakat, tokoh agama, harus terlibat dalam penyampaian pesan yang menekankan pentingnya hidup sehat dan menjaga kebersihan. Ini jadi pekerjaan cukup berat karena sekarang kondisi masyarakat cenderung abai.
"Masyarakat semakin abai, merasa Covid-19 sudah lewat karena sekolah sudah boleh, fasilitas umum sudah dibuka. Masalahnya kalau aktivitas masyarakat tidak dibuka, ekonomi tidak bergerak," ujar Darul.
Kemenag: Vaksin Booster Melindungi Jemaah Haji dari Covid-19
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Hilman Latief mengatakan, vaksinasi dan booster menjadi salah satu syarat dalam mengikuti pelaksanaan ibadah haji 2022. Dengan adanya booster, jemaah terlindungi dari paparan Covid-19.
"Kita kan sudah syaratkan, ini pentingnya kita ikut protokol kesehatan yang diterapkan, baik oleh Kemenkes, Kemenag, maupun Saudi dengan dua kali vaksin dan sebagian juga sudah dapat booster. Insyaallah itu cukup melindungi, kemarin kami berdiskusi dengan beberapa tenaga kesehatan di sektor-sektor, itu relatif tidak banyak yang kedapatan sakit parah," kata Hilman di Kantor Daker Makkah, Selasa (19/7).
Dia mengatakan, jemaah haji yang batuk atau pilek diberikan obat selama di Tanah Suci. Sakit yang diderita ini pun dinilai tidak perlu dikhawatirkan karena jemaah Indonesia sudah cukup disiplin dan ketat melaksanakan protokol kesehatan.
"Kedua, negara lain juga mengirimkan jemaah dengan mengikut protokol sama, jadi insyaallah ikhtiar ini bisa batasi orang yang kena Covid," ujar Hilman.
Â
Hilman pun mengingatkan kepada jemaah yang akan kembali ke Indonesia untuk menyiapkan energi. Jemaah haji diminta jangan terlalu kelelahan dan memforsir diri dengan banyak kegiatan. Sebab nantinya akan lelah dan imunitas menurun.
"Apalagi kita tahu untuk ke bandara butuh waktu mobilisasi, ketika di bandara juga masih harus tunggu 1-2 jam setengah. Itu juga cukup menyita energi. Hal-hal ini kita harapkan harus siap siaga untuk semua petugas dan terutama jemaah," tandas Hilman.
Advertisement