10 Hewan Paling Terancam Punah di Dunia, Ada Badak Jawa dan Orangutan Tapanuli

Ketika masyrakat modern semakin intensif mengelola sumber daya, ternyata alam dan jumlah satwa menyusut dan menurun.

oleh Linda Sapira diperbarui 12 Feb 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2023, 09:00 WIB
Hadiah HUT ke-76 RI, 2 Anak Badak Jawa Terekam Kamera Pemantau Taman Nasional Ujung Kulon
Anak badak Jawa terekam kamera pemantau di Taman Nasional Ujung Kulon. (dok. Balai TN Ujung Kulon)

Liputan6.com, Jakarta - Ketika masyarakat modern semakin intensif mengelola sumber daya, ternyata alam dan jumlah satwa menyusut dan menurun.

Menurut laporan tahun 2022 tentang living planet, populasi satwa liar secara global mulai anjlok, rata-rata sebesar 67% sejak tahun 1970.

Meskipun ada kesuksesan dan cerita satwa liar yang luar biasa dan inspiratif di luar sana, banyak hewan masih terancam punah, sebagian besar karena aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan. Saat ini, dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), lebih dari 41.000 spesies telah dinilai berada di bawah ancaman kepunahan. 

Melansir dari wwf.org.uk, Sabtu (11/2/2023), berikut daftar 10 hewan paling punah di dunia yang ada di alam liar.

1. Badak Jawa

Pernah ditemukan di seluruh Asia Tenggara, badak Jawa telah mengalami penurunan jumlah yang mengejutkan karena perburuan dan hilangnya habitat alami mereka. 

Populasi badak Jawa di alam liar merupakan salah satu spesies badak yang paling langka. Dan ada sekitar 75 individu yang hanya dapat ditemukan di pulau Jawa, Indonesia.

Taman Nasional Ujung Kulon, merupakan situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO, adalah tempat perlindungan terakhir badak Jawa yang tersisa. 

Tetapi daerah itu juga kekurangan makanan bagi badak, karena pohon Arenga tidak tumbuh subur, dan hal ini meninggalkan badak dengan lebih sedikit makanan untuk dimakan dan lebih sedikit habitat untuk dijelajahi. 

Selain itu, populasi badak Jawa yang kecil juga sangat rentan terhadap kepunahan karena bencana alam, penyakit, perburuan liar, dan potensi perkawinan sedarah.

2. Macan Tutul Amur

Macan tutul Amur adalah salah satu kucing besar terlangka di dunia, dengan hanya tersisa sekitar 100 individu di alam liar. Meskipun populasi liar mereka tampaknya stabil dan meningkat, subspesies macan tutul ini masih terancam punah sejak tahun 1996.

Ada alasan bagus bahwa, Macan tutul Amur hanya dapat ditemukan di wilayah yang relatif kecil di Timur Rusia dan Timur Laut China saat ini. 

Macan tutul Amur yang tersisa menghadapi banyak ancaman terhadap kelangsungan hidup mereka, termasuk hilangnya dan fragmentasi habitat, kelangkaan mangsa, dan infrastruktur transportasi seperti jalan raya. 

Namun, ada harapan hidup untuk kucing besar langka ini. Sekitar 75% wilayah jelajah mereka terletak di kawasan lindung di Rusia dan China, mereka juga pindah ke habitat yang sesuai di luar kawasan lindung ini.

3. Harimau Sunda Island

Erni Suyanti Simanis Penyelamat Harimau Sumatra Yang Hampir Punah
Dokter Yanti, Medik Veteriner atau dokter hewan di BKSDA Bengkulu, harus berkutat melakukan penyelamatan Harimau yang terus diburu oleh tangan rakus manusia (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Harimau Pulau Sunda atau Harimau Sumatra adalah subspesies harimau terkecil di dunia dengan berat mencapai 140kg. Sebagai referensi, harimau yang hidup di wilayah Amur adalah harimau yang terbesar dari semua kucing besar, di mana jantan dapat mencapai berat hingga dua kali berat harimau Pulau Sunda. 

Harimau ini juga sangat langka, diperkirakan ada sekitar 600 ekor di alam liar, dan hanya ditemukan di pulau Sumatra, Indonesia. 

Sejak tahun 1980-an, populasi manusia di Asia Tenggara meningkat hampir dua kali lipat dari 357 juta menjadi sekitar 668 juta pada tahun 2020. Dan hal ini berdampak pada jumlah harimau yang semakin menyusut seiring dengan habitatnya. 

Berkembangnya pemukiman manusia di wilayah tersebut, menyebabkan harimau Pulau Sunda semakin mungkin bertemu dengan manusia, yang dapat menyebabkan perburuan harimau lebih lanjut. Perburuan harimau dan perdagangan ilegal menjadi perhatian serius bagi kelangsungan hidup mereka.

4. Gorila Gunung

Gorila gunung adalah subspesies dari gorila timur, yang hidup dalam dua populasi terisolasi di hutan dataran tinggi gunung berapi, daerah pegunungan di Republik Demokratik Kongo, Rwanda & Uganda, juga di Taman Nasional Bwindi Impenetrable di Uganda.

Lanskap Virunga memiliki sejarah ketidakstabilan politik seiring dengan tingginya tingkat kemiskinan di wilayah tersebut. Hal ini menimbulkan ancaman besar bagi jumlah gorila gunung.

Karena manusia telah pindah ke daerah yang lebih dekat dengan kera besar ini untuk mencari makan, tempat berlindung, dan tempat tinggal. Lebih dari 500.000 orang tinggal di dekat habitat gorila gunung saat ini. 

Meskipun demikian, gorila gunung membuat pemulihan yang menjanjikan dengan upaya konservasi dan intervensi dari mitra lokal dan internasional serta WWF melalui Program Konservasi Gorila Internasional. Saat ini, gorila gunung terdaftar sebagai spesies yang terancam punah, dengan lebih dari 1.000 individu di alam liar.

 5. Orangutan Tapanuli

Orangutan Tapanuli adalah spesies orangutan yang baru dideskripsikan, terdaftar sebagai spesies yang berbeda pada tahun 2017. Hanya ada satu populasi orangutan Tapanuli yang terisolasi di alam liar, yang terbatas pada hutan tropis ekosistem Batang Toru di pulau Sumatra Indonesia. 

Saat ini, primata penghuni pohon ini sangat terancam punah dengan kurang dari 800 individu di alam liar, menjadikan mereka spesies kera besar yang paling terancam punah di dunia. 

Hilangnya habitat adalah salah satu ancaman utama bagi kelangsungan hidupnya karena hutan tropis digantikan oleh pertanian, pertambangan, dan pengembangan pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi. 

Antara tahun 1985 dan 2007, lebih dari 40% hutan di Provinsi Sumatera Utara, tempat ditemukannya orangutan Tapanali, hilang.

6. Lumba-lumba Tanpa Sirip Yangtze

Lumba-Lumba Tanpa Sirip  di Sungai Yangtze
Seekor lumba-lumba tak bersirip terlihat di Sungai Yangtze di Yichang, Provinsi Hubei, China tengah, pada 3 Agustus 2020. Lumba-lumba tak bersirip, spesies endemik di China, menjadi indikator penting untuk ekologi Sungai Yangtze. (Xinhua/Lei Yong)

Lumba-lumba tanpa sirip Yangtze adalah hewan paling aneh dari keluarga lumba-lumba. Karena hewan ini merupakan satu-satunya lumba-lumba air tawar yang masih hidup yang ditemukan di dunia. 

Mamalia air ini tinggal di Sungai Yangtze di Cina dan terdaftar sebagai spesies yang terancam punah. 

Meskipun Sungai Yangtze memainkan peran penting dalam fungsi ekosistem yang sehat, degradasi lingkungan selama bertahun-tahun, dan penangkapan ikan berlebihan. Ternyata polusi air di wilayah tersebut menimbulkan dampak merugikan bagi banyak spesies hewan yang menyebutnya sebagai rumah mereka.

Lumba-lumba Sungai Yangtze dulunya hidup berdampingan dengan lumba-lumba tanpa sirip, tetapi tidak ada penampakan lumba-lumba air tawar selama dua dekade terakhir. 

Sedihnya, ini bisa menjadi pengingat kepunahan, bahwa akan segera terjadi pada banyak spesies yang terancam punah lainnya, termasuk lumba-lumba tanpa sirip Yangtze.

Untuk melindungi spesies ini, China telah meningkatkan lumba-lumba tanpa sirip menjadi "spesies yang dilindungi tingkat pertama" pada tahun 2021. Ini adalah tingkat perlindungan tertinggi yang tersedia di negara tersebut. Pada tahun 2018, jumlahnya masih sekitar 1.000 ekor dan stabil di alam.

 7. Badak Hitam

Antara tahun 1960 dan 1995, populasi badak hitam mengalami penurunan jumlah yang dramatis akibat perburuan besar-besaran. 

Sekitar 2% selamat dari serangan hebat di masa lalu. Saat konservasi badak berlangsung, jumlah mereka meningkat lebih dari dua kali lipat di seluruh Afrika sejak 1990-an. 

Namun, badak hitam masih terdaftar sebagai terancam punah oleh IUCN, dengan sekitar 5.630 individu di alam liar. 

Tiga subspesies badak hitam sekarang bertahan hidup, badak hitam barat dinyatakan telah punah pada tahun 2011. Saat ini, 95% badak hitam ditemukan hanya di empat negara yaitu Kenya, Namibia, Afrika Selatan, dan Zimbabwe. 

Ancaman terbesar bagi populasi yang tersisa yaitu perburuan cula mereka. Dalam 10 tahun terakhir, hampir 10.000 badak Afrika telah dibunuh untuk memasok perdagangan cula badak ilegal.

8. Gajah Hutan Afrika

Gajah Afrika (1)
Petugas kehutanan bernama Chris Leadismo dari badan non-pemerintah Save the Elephants menunjukkan foto-foto pembantaian gajah yang dicuri gadingnya. (Sumber AFP/Anthony Wallace)

Jauh di dalam hutan lebat dan lembab di Afrika Barat dan Tengah, bisa menemukan gajah hutan yang sulit ditangkap, yaitu salah satu dari dua anggota spesies gajah Afrika. 

Jumlah sebenarnya gajah hutan Afrika liar masih belum pasti karena sifatnya yang pemalu, tetapi mereka adalah spesies yang sangat terancam punah dan telah menurun sekitar 86% selama 31 tahun terakhir. Alasan utama di balik penurunan tersebut adalah karena perburuan yang meluas dan intensif, terutama di Afrika Tengah. 

Selain perburuan gajah, hilangnya habitat dan perubahan penggunaan lahan untuk pertanian dan penggunaan lahan lainnya telah mengakibatkan terfragmentasinya habitat.

Saat ini, gajah hutan Afrika menempati sekitar 25% dari wilayah mereka, tersebar di antara 20 negara Afrika yang berbeda, sebagian besar berada di Gabon dan Republik Kongo.

9. Orang Utan Sumatra

Orang utan Sumatra ditemukan secara eksklusif di Pulau Sumatra, Indonesia. Mereka terdaftar sebagai terancam punah oleh IUCN saat ini, dengan kurang dari 14.000 individu di alam liar.

Orang utan Sumatra menghadapi ancaman serupa dengan rekan mereka di Kalimantan dan Tapanuli. Dari penebangan, perkebunan pertanian, dan perluasan pembangunan infrastruktur hingga perdagangan hewan peliharaan ilegal.

Orang utan membutuhkan hutan penghubung yang luas untuk hidup, tetapi antara tahun 1985 dan 2007 kera besar ini kehilangan 60% habitat hutannya. 

Saat ini sebagian besar orangutan ini ditemukan di ujung paling Utara Sumatra di Ekosistem Leuser, lanskap yang mencakup hutan hujan tropis dataran rendah dan rawa gambut beruap.

10. Penyu Sisik

Penyu Sisik adalah salah satu dari tujuh spesies penyu laut yang ditemukan di perairan tropis dan subtropis dekat pantai Atlantik, Hindia, dan Samudra Pasifik. Jumlah mereka diyakini antara 20.000 dan 23.000 penyu bertelur. Meskipun sulit untuk memperkirakan jumlah populasi mereka yang sebenarnya, karena penyu adalah pengembara lautan sejati. 

Dalam 30 tahun terakhir, populasi penyu sisik di seluruh dunia telah berkurang setidaknya 80% sebagai konsekuensi dari penangkapan yang tidak disengaja oleh alat tangkap, degradasi habitat persarangan, kerusakan terumbu karang dan perdagangan ilegal cangkang dan produk penyu sisik.

Ancaman lain yang dipimpin manusia seperti polusi plastik, perubahan iklim, dan naiknya permukaan laut dapat berkontribusi lebih jauh terhadap penurunan spesies ini di masa depan. Saat ini, penyu sisik terdaftar sebagai hewan terancam punah.

 

 

 

 

 

 

Infografis Pohon-Pohon Endemik Indonesia yang Terancam Punah
Daftar sejumlah pohon endemik Indonesia yang terancam punah. (dok. Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya