Liputan6.com, Ankara - Salah seorang WNI di Ankara, Azriel Farrel menceritakan kondisi terkini Turki usai gempa berkekuatan magnitudo 7,8.
Azriel juga bercerita pengalamannya saat gempa pertama terjadi di Ankara, Turki.Â
Baca Juga
"Di depan apartemen saya, sudah banyak runtuhan," ungkap Azriel dalam siaran langsung program Liputan6 Update pada Jumat 10 Februari 2023,Â
Advertisement
"Banyak anak kecil yang meminta tolong. Itu sangat traumatis," tambahnya.
Azriel juga mengungkap bahwa ada bantuan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara.Â
Pihak KBRI datang dan membantu proses evakuasi, khususnya pada warga negara Indonesia (WNI) di sana.
"Setelah gempa, satu hari kemudian, ada pihak KBRI yang langsung datang ke tempat kejadian," kata Azriel.Â
Menurutnya, bantuan dari KBRI sudah cukup baik. KBRI membawa berbagai bantuan mulai dari pakaian, makanan, minuman, dan lainnya.Â
Para WNI pun dipindahkan ke wisma yang difasilitasikan oleh KBRI. "Ada sekitar 85 orang lebih di wisma KBRI saat ini," tutur Azriel.
Azriel juga mengatakan bahwa para mahasiswa WNI telah hadir semua di wisma itu untuk berlindung dan berobat.
Antisipasi dan penanggulangan pun juga sudah dilakukan oleh pemerintah Turki.
Turki mempersiapkan banyak personel pencarian dan pertolongan di zona yang dilanda gempa.
Namun, dengan kerusakan yang begitu luas, banyak korban yang masih menunggu bantuan. Azriel mengatakan bahwa pemerintah Turki mengevakuasi anak-anak dan bayi menggunakan helikopter agar mereka jauh dari tempat kejadian. Hal ini untuk mengantisipasi gempa susulan yang mungkin terjadi.
Sudah 20 Ribu Lebih Tewas
Sudah lebih dari 20.000 orang dilaporkan telah meninggal dunia dalam insiden gempa di Turki pada Senin (6/2/2023).
Tidak hanya Turki, tetapi jumlah korban juga termasuk di Suriah.
Tim penyelamat masih mencari korban selamat dari puing-puing, tetapi harapan memudar, setelah hampir 100 jam sejak gempa terjadi.
Kondisi dingin juga mengancam nyawa ribuan orang yang selamat yang kini tanpa tempat berlindung, air dan makanan.
Presiden Turki menyebut ini adalah insiden gempa besar abad ini.
Upaya dan bantuan internasional terus mengalir. Pada Kamis (9/2/2023), Bank Dunia menjanjikan bantuan 1,78 miliar dolar Amerika Serikat (AS) ke Turki termasuk pembiayaan segera untuk membangun kembali infrastruktur dasar dan untuk mendukung mereka yang terkena dampak gempa bumi.
Namun, upaya 100.000 atau lebih personel penyelamat di lapangan terhambat oleh sejumlah rintangan logistik termasuk kekurangan kendaraan dan jalan yang rusak.
Advertisement
KBRI Ankara Kirim Tim Penyelamat ke 6 Titik
Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk memastikan bahwa kondisi WNIÂ yang terdampak gempa Turki dan Suriah berada dalam kondisi aman.
Sebelumnya, KBRI melakukan sweeping oleh tim pertama di empat titik. Kemudian, pihaknya telah berhasil mengevakuasi 123 WNI, termasuk dua warga negara Malaysia dan satu warga negara Myanmar ke Ankara.
Kini, KBRI kembali mengirim tim penyelamatan ke enam titik yakni ke Hatay, Kahranmaras, Gaziantep, Sanli Urfa, Diyarbakir, dan Adana.
Dalam prosesnya, perjalanan tim tersebut menuju lokasi terdampak sangat tidak mudah dikarenakan cuaca yang dingin dan padatnya jalur menuju lokasi karena bersamaan dengan bantuan lain.
"Tugas tim kedua ini memastikan bahwa tidak ada WNI kita yang tidak tertolong, serta memberikan paket logistik berupa bahan makanan, jaket, selimut hingga keperluan bayi," ujar Dirjen Pelindungan WNI dan BHI Judha Nugraha dalam konferensi pers, Jumat (10/2/2023).
Kemenkes RI Akan Kirim 6,8 Ton Logistik Kesehatan untuk Korban Gempa Turki-Suriah
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) juga akan ikut serta membantu.
Kemenkes RI akan mengirimkan 6,8 ton logistik kesehatan untuk membantu korban gempa yang terjadi Turki dan Suriah. Utamanya, obat-obatan dan alat logistik kesehatan lain yang dibutuhkan dalam penanganan korban bencana gempa.
Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono menyampaikan, keberangkatan 6,8 ton logistik kesehatan disesuaikan dengan masa tanggap darurat bencana gempa di Turki dan Suriah. Hal ini terbagi menjadi pengiriman untuk minggu pertama dan kedua masa tanggap darurat.
Untuk minggu pertama, layanan yang paling penting adalah gawat darurat dan prosedur bedah karena korban gempa banyak yang patah tulang dan pelru dioperasi karena luka.
Kemudian, untuk minggu kedua, adalah penanganan penyakit menular dan penyakit kronik yang berkaitan dengan situasi kondisi tempat pengungsian yang tidak higienis.
Advertisement