Krisis di Kawasan, Menlu Retno Dorong Kerja Sama Anggota ASEAN

Retno mengatakan bahwa keketuaan Indonesia tahun ini menyorot sejumlah isu kawasan secara serius.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 09 Mei 2023, 17:33 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2023, 17:33 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membuka pertemuan ASEAN Foreign Ministers' Meeting sebagai rangkaian acara KTT ke-42 ASEAN 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada 9 Mei 2023. (Foto: Sekjen ASEAN)
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membuka pertemuan ASEAN Foreign Ministers' Meeting sebagai rangkaian acara KTT ke-42 ASEAN 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada 9 Mei 2023. (Foto: Sekjen ASEAN)

Liputan6.com, Labuan Bajo - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengakui bahwa berbagai krisis tengah melanda ASEAN, dan hanya dapat diatasi dengan kerja sama dari negara anggota. 

"ASEAN berada di persimpangan jalan. Krisis demi krisis sedang menguji kekuatan kita sebagai komunitas," ujarnya dalam pembukaan ASEAN Political Security Community Council (APSC) Meeting di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (9/5/2023).

Acara tersebut merupakan rangkaian kegiatan KTT ke-42 ASEAN 2023 yang berlangsung 9-11 Mei 2023. 

Lebih lanjut, Retno mengatakan bahwa keketuaan Indonesia tahun ini menyorot sejumlah isu kawasan secara serius. 

"Dari luar, ada persaingan kekuatan besar yang berpotensi membagi kelompok kita. Pada saat yang sama, kita juga harus berurusan dengan makanan dan krisis energi dan perlambatan ekonomi global," tambahnya. 

Sementara itu, krisis berkepanjangan di Myanmar juga menjadi topik pembahasan yang tak luput dalam pertemuan tersebut. 

Menlu Retno juga turut menyinggung isu perdagangan orang akibat penyalahgunaan teknologi yang belakangan marak terjadi di kawasan Asia Tenggara. Masalah ini berdampak bagi para warga negara anggota ASEAN dan sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI).

"Saya ingin membawa perhatian kita pada proliferasi kejahatan transnasional di wilayah kita, dari terorisme dan narkoba hingga pencucian uang dan perdagangan manusia," tutur Retno.

Masalah tersebut, papar Retno, tidak hanya menghadirkan ancaman bagi perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di wilayah ASEAN, tetapi juga menghambat proses pembangunan masyarakat.


Retno Dorong Negosiasi Perjanjian Ekstradisi ASEAN

Menlu Retno Marsudi bersama Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn dalam rangkaian acara KTT ke-42 ASEAN 2023 yang diselenggarakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Foto: Sekjen ASEAN)
Menlu Retno Marsudi bersama Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn dalam rangkaian acara KTT ke-42 ASEAN 2023 yang diselenggarakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Foto: Sekjen ASEAN)

Demi mengatasi masalah tersebut, Menlu Retno pun mendorong Negosiasi Perjanjian Ekstradisi ASEAN yang sudah lama tertunda. 

"Besok, para pemimpin akan mengadopsi deklarasi terkait isu ini, untuk pendekatan komprehensif, pencegahan, perlindungan korban, serta kolaborasi agar melawan penyalahgunaan teknologi," ucap Retno.

"Untuk melengkapi upaya ini, kami juga perlu membuat kemajuan di ASEAN, salah satunya negosiasi perjanjian ekstradisi yang telah lama tertunda. Perjanjian ini akan mencegah wilayah kita menjadi surga bagi para penjahat dan memperkuat ASEAN," lanjutnya.

Kerja sama antar negara anggota ASEAN, sebut Retno, dapat memastikan APSC tetap adaptif dan responsif terhadap perubahan lingkungan strategis di kawasan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya