Liputan6.com, Beijing - Duta Besar Republik Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun mengonfirmasi bahwa tidak ada warga negara Indonesia (WNI) terdampak banjir di Chongqing.
"Kedutaan Besar Republik Indonesia telah berkoordinasi dengan otoritas china dan WNI di daerah Chongqing, sejauh ini tidak ada WNI yang terdampak," ujar Djauhari saat dihubungi Liputan6.com pada Rabu (5/7/2023).
Hujan deras yang mengakibatkan banjir menewaskan 15 orang di Chongqing sejak Senin (3/7).
Advertisement
"Empat orang lainnya dinyatakan hilang di Kota Chongqing pada Rabu pukul 07.00 (waktu setempat)," demikian laporan kantor berita Xinhua, seperti dilansir Deutsche Welle.
Banjir Chongqing telah memaksa ribuan orang mengungsi. Sekitar 85.000 terpaksa dievakuasi di tengah hujan lebat.
Pejabat China telah memperingatkan bahwa negara itu akan menghadapi berbagai bencana alam pada Juli, termasuk banjir, angin topan, hingga suhu ekstrem.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping memerintahkan otoritas di semua tingkatan harus memberikan prioritas utama untuk memastikan keselamatan dan harta benda rakyat.
"Presiden Xi Jinping menggarisbawahi bahwa pejabat terkemuka di semua tingkatan harus memimpin dalam memerangi banjir, mengutamakan keselamatan dan harta benda rakyat, dan berusaha untuk meminimalkan semua jenis kerugian," tulis media China.
Banjir telah menyebabkan kerugian ekonomi senilai 227,8 juta yuan di Distrik Wanzhou yang terletak di timur laut Chongqing.
Xi Jinping juga meminta Markas Besar Pengendalian Banjir dan Bantuan Kekeringan Negara serta kementerian untuk meningkatkan koordinasi serta peringatan mereka.
Cuaca Ekstrem Membawa Kehancuran
Dalam beberapa pekan terakhir, China telah menyaksikan hujan lebat yang memicu banjir dahsyat dan tanah longsor mematikan, sementara hujan es dan suhu tinggi yang tidak biasa telah membawa kesengsaraan ke banyak bagian negara itu.
Banyak orang menduga bahwa itu adalah hasil dari pemanasan global.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa peningkatan suhu global — yang sebagian besar disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil — meningkatkan kemungkinan peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir bandang dan gelombang panas yang dialami banyak negara Asia dalam beberapa pekan terakhir.
Hujan deras minggu ini di Chongqing dikatakan sebagai salah satu bencana alam paling mematikan yang terjadi di China sejauh ini.
Advertisement