Israel Minta Warga Sipil di Utara Gaza Menyingkir: Sekarang Waktunya Perang

Militer Israel mengungkapkan bahwa mereka akan beroperasi secara signifikan di Kota Gaza dalam beberapa hari mendatang dan warga sipil hanya dapat kembali ketika ada pengumuman terbaru.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 13 Okt 2023, 13:17 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2023, 13:11 WIB
Israel Kepung Jalur Gaza Palestina
"Hukum kemanusiaan internasional sudah jelas: kewajiban untuk selalu berhati-hati untuk menyelamatkan penduduk sipil dan objek-objek sipil tetap berlaku selama serangan terjadi," tegas Turk dalam pernyataannya. (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel pada Jumat (13/10/2023), menyerukan seluruh warga sipil Gaza yang berkisar lebih dari 1 juta orang untuk pindah ke wilayah selatan kota itu dalam waktu 24 jam.

Seruan tersebut muncul menyusul berkumpulnya tank-tank Israel di dekat Jalur Gaza, yang diyakini menandai semakin dekatnya invasi darat.

"Sekarang adalah waktunya untuk berperang," ungkap Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, seperti dilansir Reuters setelah pada Kamis (12/10), jet-jet tempur Israel terus menggempur Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas pada Sabtu 7 Oktober.

Militer Israel mengungkapkan bahwa mereka akan beroperasi secara signifikan di Kota Gaza dalam beberapa hari mendatang dan warga sipil hanya dapat kembali ketika ada pengumuman terbaru.

Merespons pernyataan Israel, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggarisbawahi bahwa operasi signifikan Israel di Gaza tidak mungkin terjadi tanpa konsekuensi kemanusiaan menghancurkan.

"PBB dengan tegas meminta agar perintah semacam itu, jika memang benar, dibatalkan untuk menghindari hal yang bisa mengubah situasi yang sudah berupa tragedi menjadi bencana," ungkap juru bicara PBB Stephane Dujarric.

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan menggambarkan tanggapan PBB terhadap peringatan dini Israel kepada penduduk Gaza "memalukan".

Sementara itu, seorang pejabat Hamas dilaporkan mengatakan bahwa peringatan tersebut adalah propaganda palsu dan dia mengimbau warga Gaza agar tidak terkecoh.

Israel telah berjanji untuk memusnahkan kelompok militan Hamas pasca serangan 7 Oktober, namun invasi darat ke Gaza dinilai menimbulkan risiko serius mengingat Hamas memiliki sejumlah sandera.

Lembaga penyiaran publik Israel, Kan, melaporkan bahwa jumlah korban tewas di Israel meningkat menjadi lebih dari 1.300 orang. Adapun pihak berwenang Gaza mengatakan lebih dari 1.500 warga Palestina terbunuh.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Gaza Diblokade Total, Stok Makanan dan Air Hampir Habis

Pemukiman Warga Palestina Hancur
Warga Palestina memeriksa kehancuran besar-besaran akibat serangan udara Israel di distrik al-Rimal, Kota Gaza, pada 10 Oktober 2023. (MAHMUD HAMS/AFP)

Israel telah menerapkan blokade atau pengepungan total Gaza, yang merupakan rumah bagi 2,3 juta orang.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan bahan bakar yang menggerakkan generator darurat di rumah sakit di Gaza dapat habis dalam beberapa jam dan Program Pangan Dunia PBB (WFP) memperingatkan bahwa persediaan makanan dan air bersih nyaris habis.

"Penderitaan manusia yang disebabkan oleh eskalasi ini sangat menjijikkan dan saya mohon kepada semua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil," kata Direktur Regional ICRC Fabrizio Carboni.

Di Tel Aviv, dalam upaya untuk membangun dukungan, pemerintah Israel menunjukkan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan para menteri pertahanan NATO gambar-gambar anak-anak dan warga sipil lainnya yang menurut mereka dibunuh oleh Hamas dalam serangan 7 Oktober.

Blinken mengatakan bahwa mereka menunjukkan jasad bayi yang "penuh dengan peluru", tentara yang dipenggal, dan anak-anak muda yang dibakar di dalam mobil mereka.

"Ini benar-benar melampaui apapun yang dapat kita pahami," kata Blinken.

Seperti negara lain di seluruh dunia, Blinken mendesak Israel untuk menahan diri, namun dia juga menegaskan kembali dukungan AS, dengan mengatakan, "Kami akan selalu berada di sisi Anda."

Pada Jumat, Blinken dijadwalkan bertemu dengan Raja Yordania Abdullah dan Kepala Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, sebagai bagian dari tur Timur Tengah-nya yang disebut bertujuan menghentikan perang Hamas Vs Israel.

Blinken juga berencana mengunjungi sejumlah sekutu utama AS, yaitu Qatar, Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab. Beberapa di antaranya memiliki pengaruh terhadap Hamas, kelompok yang didukung oleh Iran.

Panglima militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi mengakui bahwa pihaknya mengambil pelajaran dari kegagalan keamanan di sekitar Gaza yang memungkinkan serangan Hamas pada 7 Oktober.

"Kami akan belajar, menyelidiki, tapi sekarang adalah waktunya perang," katanya.


Bantuan AS untuk Israel Tanpa Syarat

Warga Tinggalkan Gaza
Orang-orang pindah ke daerah yang lebih aman di wilayah Palestina pada hari ke-5 pertempuran antara Israel dan gerakan Hamas. (Mohammed ABED/AFP)

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan bahwa militer AS tidak memberikan syarat apapun atas bantuan keamanannya kepada Israel, namun mengharapkan militer Israel "melakukan semuanya dengan benar" dalam perangnya melawan Hamas.

Austin dijadwalkan berada di Israel pada Jumat dan berencana bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Hamas meminta warga Palestina untuk bangkit pada Jumat sebagai protes atas pengeboman Israel. Kelompok itu mendesak warga Palestina untuk berbaris ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur dan bentrok dengan pasukan Israel di Tepi Barat yang diduduki.

Pada Kamis malam, Parlemen Israel telah menyetujui pemerintahan persatuan darurat yang di dalamnya termasuk sejumlah anggota oposisi berhaluan tengah, untuk menunjukkan tekad bersatu negara tersebut dalam melawan Hamas.

Human Rights Watch pada Kamis, menggemakan pernyataan Palestina, yaitu menuduh Israel menggunakan bom fosfor putih dalam operasi militernya di Gaza dan Lebanon. Mereka menekankan bahwa penggunaan senjata tersebut menempatkan warga sipil pada risiko cedera serius dan jangka panjang.

Militer Israel mengklaim tidak mengetahui soal penggunaan senjata yang mengandung fosfor putih di Gaza.

Korea Utara pada Jumat membantah bahwa senjatanya digunakan oleh Hamas dalam serangan terhadap Israel. Pyongyang mengatakan bahwa klaim yang dibuat dalam beberapa laporan media adalah upaya AS untuk mengalihkan kesalahan atas konflik tersebut ke negara ketiga.

Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya