Liputan6.com, Beijing - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada Minggu (5/11/2023) berjanji untuk bekerja secara konstruktif dengan China. Pernyataannya muncul ketika kedua negara berupaya mencairkan hubungan yang membeku.
Albanese berbicara pada pembukaan China International Import Expo (CIIE) di Shanghai, menandai hari pertama kunjungan kenegaraannya ke mitra dagang terbesar Australia.
Baca Juga
Top 3 Berita Hari Ini: Wamen Pariwisata Minta Maaf Usai Diprotes karena Angkat Lagi Wacana Wisata Halal di Bali
Remaja Australia Diprediksi Banyak yang Libur Nataru di Bali, Diperingatkan Soal Asuransi dan Hormati Budaya Lokal
Cassius Buaya Penangkaran Terbesar di Dunia Mati Usia 110 Tahun dengan Bobot Nyaris 1 Ton
"Keterlibatan ekonomi yang konstruktif antar negara membantu membangun hubungan … itulah sebabnya pemerintah yang saya pimpin akan terus bekerja secara konstruktif dengan China," kata Albanese, seperti dilansir CNA, Senin (6/11).
Advertisement
Albanese akan menghabiskan empat hari di China, membagi waktunya antara Shanghai dan Beijing.
Ini adalah kunjungan pertama pemimpin Australia ke China dalam tujuh tahun terakhir. Kedua negara disebut tengah berupaya memperbaiki keadaan setelah perselisihan diplomatik yang berdampak pada perdagangan bernilai miliaran dolar.
Meski demikian, pemerintahan Albanese dilaporkan tidak hanya mengupayakan hubungan yang lebih bersahabat dengan China, namun juga melawan pengaruh China yang semakin besar di Pasifik.
Perkembangan kawasan Asia Pasifik, tegas Albanese, adalah lensa yang Australia gunakan untuk melihat masa depan.
"Dan bahwa hubungan Australia dengan China adalah bagian penting dari semua ini," ujar Albanese, yang turut memuji hubungan yang matang antara Beijing dan Canberra, yang didorong oleh sifat ekonomi yang saling melengkapi.
Perubahan Besar
Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa Albanese akan bertemu dengan para pemimpin China dan melakukan pertukaran pandangan mendalam mengenai isu-isu bilateral serta isu-isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama.
"Hubungan China-Australia yang sehat dan stabil sejalan dengan kepentingan mendasar kedua negara dan masyarakat," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.
Suasana ramah ini merupakan perubahan besar dibandingkan tiga tahun lalu, ketika hubungan bilateral berada dalam kondisi yang sangat buruk.
China menerapkan pajak yang sangat tinggi terhadap sejumlah komoditas Australia pada tahun 2020 setelah pemerintah Australia yang saat itu konservatif melarang raksasa teknologi Huawei melakukan kontrak 5G dan menyerukan penyelidikan terhadap asal usul COVID-19.
Namun, di bawah pemerintahan liberal Albanese, tarif hukuman tersebut telah dicabut, dan Beijing juga mengindikasikan akan menghapuskan hukuman serupa terhadap anggur Australia.
Advertisement
PM Li Qiang: China Tulus Ingin Bekerja Sama
Albanese termasuk di antara segelintir kepala negara yang hadir pada pembukaan CIIE, sebuah acara yang disebut-sebut oleh Beijing sebagai platform kerja sama ekonomi internasional.
Penyelenggara mengatakan lebih dari 3.400 peserta pameran akan berpartisipasi dalam CIIE tahunan keenam, yang berlangsung hingga Jumat (10/11) dan merupakan edisi pertama pameran tersebut yang diadakan sejak China melonggarkan kontrol perjalanan pandemi yang ketat.
CIIE digelar ketika kepercayaan bisnis asing melemah di China, raksasa perekonomian kedua dunia, seiring dengan peringatan kamar dagang Amerika Serikat dan Eropa dalam beberapa bulan terakhir bahwa perusahaan-perusahaan semakin berupaya mengalihkan investasinya dari Tiongkok.
Perdana Menteri Li Qiang mengatakan kepada para tamu pameran pada Minggu bahwa China berkomitmen untuk membuka dan meningkatkan akses pasar bagi investor internasional.
"China tulus ingin bekerja sama dengan negara-negara lain untuk saling bertemu dan mencapai prestasi bersama dalam panggung keterbukaan yang besar," kata Li Qiang.