5 Fakta Menarik tentang Gugus Bintang Pleiades

Pleiades masuk ke dalam kategori asterism di rasi Taurus, yaitu kumpulan bintang yang merupakan bagian dari satu atau lebih rasi bintang yang tercatat IAU

oleh Switzy Sabandar diperbarui 19 Mar 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2024, 01:00 WIB
Tsunami Palu LAPAN
Citra satelit pleiades tanggal 30 September 2018, setelah gempa. (LAPAN)

Liputan6.com, Jakarta - Gugus bintang Pleiades atau Messier 45 merupakan kumpulan bintang yang berjarak 444 tahun cahaya dari Bumi. Gugus ini memiliki ribuan bintang dalam kelompoknya, tujuh bintang yang paling terang di gugus ini adalah Alcyone, Electra, Merope, Maia, Taygete, Calaeno and Asterope.

Di lokasi yang minim polusi cahaya, manusia bisa mengamati ketujuh bintang ini dengan mata telanjang. Melansir laman Live Science pada Senin (18/03/2024), meski termasuk dalam kategori rasi bintang, Pleiades tidak termasuk dalam 88 bintang yang tercatat dalam International Astronomical Union (IAU).

Pleiades masuk ke dalam kategori asterism di rasi Taurus, yaitu kumpulan bintang yang merupakan bagian dari satu atau lebih rasi bintang yang tercatat IAU. Berikut fakta menarik tentang gugus bintang Pleiades.

1. Bintang 7 Saudari

Gugus Pleiades terikat erat dengan mitologi Yunani. Pleiades merupakan nama bagi tujuh bersaudari, yakni Alcyone, Electra, Merope, Maia, Taygete, Calaeno dan Asterope. Mereka merupakan anak dari Atlas (yang memanggul bola dunia di atas bahunya) dan Pleione.

Ketujuh saudari tersebut diangkat ke langit dan dijadikan bintang oleh Zeus (raja para dewa), mengingat saat itu mereka diburu oleh Orion (sang pemburu). Karena mitologi tersebut, ada dua versi mengenai arti nama Pleaides.

Pertama, nama Pleiades dapat dimaknai sebagai “anak-anak Pleione”. Kedua, Pleiades dalam bahasa Yunani Kuno berasal dari kata “Plein” yang berarti berlayar, menandakan musim pelayaran di Laut Mediterania.

2. Memiliki Banyak Nama

Dapat diamati dengan mata telanjang, Pleiades tidak hanya terkenal dalam mitologi Yunani. Dalam legenda suku Aborigin, tujuh bintang ini disebut sebagai “Yunggarmurra Water Girls”.

Bintang ini lekat kepercayaan bahwa bintang-bintang tersebut merupakan tujuh saudari yang memakai mantel tertutup kristal. Di Indonesia, Pleiades dikenal dengan nama Lintang Wuluh atau Lintang Kartika yang berarti “bintangnya bintang”.

Tujuh bintang paling terang dalam gugus ini juga diasumsikan sebagai tujuh bidadari khayangan dalam legenda Jaka Tarub. Di India, gugus ini dikenal dengan nama “Kritikka” yang diambil dari nama dewa pelindung bangsa Tamil, Kartikeya.

Sedangkan di Jepang, dikenal dengan nama “Subaru” yang berarti bintang yang berkumpul.

 

Terbuka

3. Gugus Bintang Terbuka

Pleiades telah menarik perhatian para astronom sejak masa lampau. Galileo Galilei, salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah astronomi, adalah orang pertama yang mengamatinya melalui teleskop pada Maret 1610.

Galileo menyebut Pleiades mengandung 36 bintang dalam catatan pengamatannya, membawa klaster ini ke dalam sorotan dunia ilmiah. Pleiades merupakan gugus bintang terbuka.

Artinya, bintang-bintang di dalamnya lahir dari sebuah awan raksasa berisikan gas dan debu pada waktu yang berdekatan. Hal ini menjadikan bintang-bintang Pleiades memiliki posisi yang stabil.

Astronom memperkirakan Pleiades terbentuk sekitar 100 juta tahun yang lalu dan akan menghiasi langit malam hingga 250 juta tahun ke depan. Sebagian besar bintang dalam gugus ini masuk ke dalam tipe B yang cenderung panas.

Bintang gugus ini juga cemerlang dan berwarna kebiruan dengan magnitudo 3 sampai 6. Bintang-bintang di Pleiades tentunya jauh lebih terang dari Matahari.

Tetapi, lebih mudah kehabisan bahan bakar serta memiliki waktu hidup yang lebih singkat dari Matahari.

4. Tanda Mulai Bertanam

Sejak zaman dahulu, keberadaan bintang sering dijadikan sebagai penanda, baik itu untuk menunjukkan arah atau menunjukkan musim. Sebagaimana Pleaides yang dikaitkan dengan waktu berlayar di Laut Mediterania.

Di Indonesia, kemunculan Pleaides dijadikan sebagai tanda bercocok tanam. Musim tanam (pranata mangsa) ini berkaitan dengan kebudayaan masyarakat Jawa.

Apabila Pleiades dan Orion muncul di ufuk timur saat fajar atau sebelum matahari terbit sekitar bulan Juni, berarti musim tanam yang baru sudah dimulai. Penanda ini digunakan masyarakat untuk memulai menggarap sawah dan membersihkan hama.

 

Cara Menemukan

5. Cara Menemukan Pleiades

Pleiades dapat diamati dengan mencari rasi bintang Taurus. Gugus ini berada di depan Aldebaran, bintang paling terang di rasi Taurus.

Di Indonesia, pada bulan Mei—Juni Pleiades terbit hampir bersamaan dengan Matahari. Sekitar September-Desember, gugus ini berada di atas dan dapat diamati di langit malam, lalu tenggelam saat Matahari terbit di bulan Desember.

Cara lainnya adalah dengan terlebih dahulu mencari rasi Orion. Tarik garis imajiner ke atas dari tiga bintang terang Orion yang berjejer, yakni Alnitak, Alnilam, dan Mintaka.

Tarik hingga menemukan bintang paling terang lainnya, yakni Aldebaran. Lalu carilah gugus bintang Pleiades di sekitarnya.

Aldebaran sendiri memiliki arti “pengikut” dalam bahasa Arab, karena bintang ini selalu ditemukan mengikuti Pleiades, dan terbit setelah Pleiades.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya