Pakistan Alami Krisis Air hingga Gandum, Hidup Warga Semakin Sulit

Menurut laporan UN's Global Water Security 2023 Assessment, Pakistan berada dalam kategori sangat tidak aman untuk urusan air.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 12 Mei 2024, 15:03 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2024, 15:03 WIB
Ilustrasi Sumber Energi Air (Sumber : Pixeles)
Ilustrasi Sumber Energi Air (Sumber : Pixeles)

Liputan6.com, Karachi - Di antara berbagai krisis yang dihadapi Pakistan saat ini krisis air dan gandum sangat berdampak signifikan terhadap pembangunan sosial, lingkungan, dan ekonomi.

Pemerintahan secara berturut-turut telah bertindak untuk mengatasi masalah ini, meskipun mereka mengetahui bahwa kelangkaan air pada akhirnya akan menjadi tantangan yang sangat besar.

Menurut laporan UN's Global Water Security 2023 Assessment, Pakistan berada dalam kategori sangat tidak aman air.

Laporan tersebut menyoroti penurunan drastis ketersediaan air per kapita di Pakistan, yang telah menurun lebih dari 80% dalam 70 tahun terakhir, dikutip dari laman islamkhabar, Minggu (12/5/2024).

Sementara itu, para petani penghasil gandum di Pakistan telah turun ke jalan karena tertundanya pengadaan gandum bahkan ketika mayoritas penduduk berjuang untuk mendapatkan cukup gandum untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Mereka telah mengumumkan pemogokan nasional mulai tanggal 10 Mei 2024 untuk memprotes impor gandum.

Kelangkaan air adalah kenyataan di Pakistan meskipun negara tersebut menghadapi banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2022, yang menenggelamkan sepertiga daratannya.

Selanjutnya pada April 2024, Pakistan mengalami hujan lebat yang berujung pada banjir bandang. Pakistan terus berjuang mengatasi kekurangan air, situasi yang diperkirakan akan memburuk pada tahun 2035 akibat perubahan iklim.

Kelangkaan air juga terkait dengan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera, diare, demam berdarah, dan malaria.

Para ahli menghubungkan krisis air dengan faktor-faktor seperti pengabaian pemerintah, korupsi, dan kebijakan yang mendukung pertanian intensif air.

Uzair Sattar, peneliti di Stimson Centre, menekankan bahwa kerawanan air dapat memperburuk tantangan sosio-ekonomi dan politik yang ada di Pakistan.

 

Kota Karachi Paling Terkena Dampak Kekurangan Air

Ilustrasi penyaringan air bersih
Ilustrasi penyaringan air bersih. (Gambar oleh Jonas KIM dari Pixabay)

Ibu kota keuangan Pakistan, Karachi, termasuk yang paling terkena dampak kekurangan air.

Selain itu, pemerintah juga dikritik karena tidak memberantas mafia air, yang memperburuk kelangkaan air.

Selama Ramadhan tahun ini, pemerintah Pakistan tidak mampu menyediakan pasokan air yang cukup bagi masyarakat.

Sebagian besar penduduknya masih belum memiliki akses terhadap air minum yang aman, dan Pakistan mengalami kekurangan ketersediaan air sebesar 30 persen untuk musim tanam mendatang.

Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya telah memperingatkan bahwa Pakistan mungkin akan mencapai tahap kelangkaan air absolut pada tahun 2025.

Faktor-faktor seperti pertumbuhan populasi yang pesat memperburuk masalah ini, berdampak pada kesehatan, pendidikan, dan mata pencaharian.

 

Praktik Pertanian di Pakistan

Pertanian.
Ilustrasi petani sedang berada di sawah. (Foto: Istimewa)

Praktik pertanian di Pakistan, yang sangat boros air, menghadapi tantangan keberlanjutan di tengah perubahan iklim.

Peringatan dari Dewan Penelitian Sumber Daya Air Pakistan sejalan dengan prediksi IMF bahwa negara tersebut dapat menghadapi kekeringan parah pada tahun 2025 jika tidak mengambil tindakan signifikan.

Namun, respons pemerintah masih lemah. Para ahli menegaskan kembali bahwa kombinasi peningkatan populasi, urbanisasi, industrialisasi yang tidak diatur, dan infrastruktur pengelolaan air yang tidak memadai merupakan faktor-faktor penting yang memperburuk situasi.

Ketahanan pangan Pakistan juga terancam karena negara tersebut menjadi negara pengimpor gandum untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Hal ini menimbulkan protes dari para petani. Menyusul banjir dahsyat di Pakistan pada tahun 2022, pertanian gandum terganggu dan menyebabkan kelangkaan pada awal tahun 2023.

Hujan yang tidak tepat waktu (April 2024) semakin mengganggu produksi gandum dan meningkatkan biaya operasional serta menurunkan hasil.

Al Jazeera melaporkan bahwa meskipun Pakistan mengonsumsi sekitar 30 juta ton gandum setiap tahunnya, hanya 26,2 juta ton yang diproduksi pada tahun 2022, sehingga menaikkan harga dan mengakibatkan antrean panjang orang yang mencoba membeli gandum.

 

Kelangkaan Gandum

Preman Mencuri Jalan
Aksi Preman Mencuri Jalan Menjadikannya Ladang Gandum (Ilustrasi: Unsplash)

Kelangkaan gandum dalam sejarah telah menyebabkan masyarakat Pakistan menuntut pemerintah mengumumkan darurat pertanian.

Kekurangan pasokan pangan di tengah krisis ekonomi telah memberikan kontribusi besar terhadap penderitaan masyarakat.

Situasi baru-baru ini telah berubah menjadi gambaran menyedihkan tentang orang-orang di Pakistan yang bersaing untuk mendapatkan gandum bersubsidi, yang mengakibatkan antrean panjang, kejar-kejaran truk gandum, dan desak-desakan yang mematikan.

Perlu dicatat bahwa Pakistan berada di peringkat 102 dari 125 negara dalam Indeks Kelaparan Global tahun 2023. Kekurangan gizi akibat asupan kalori yang tidak mencukupi merupakan salah satu elemen utama, dan gandum merupakan sumber kalori utama bagi masyarakat Pakistan.

Gandum, yang merupakan makanan pokok bagi sebagian besar warga Pakistan, menyumbang sebagian besar asupan kalori. Pertumbuhan produksi gandum yang lebih lambat membuat Pakistan bergantung pada impor.

Infografis Manfaat Mandi Air Dingin dan Panas
Infografis Manfaat Mandi Air Dingin dan Panas. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya