Liputan6.com, Tallahassee - Seiring dengan persiapan NASA untuk melakukan perjalan baru ke Bulan yang akan diluncurkan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 50 tahun terakhir, sebuah teori baru muncul mengatakan bahwa para astronot mungkin akan menghadapi ancaman sandblast atau ledakan pasir.
Fisikawan University of Central Florida, Phil Metzger, mengatakan bahwa temuan terbaru mengenai potensi bahaya debu Bulan yang sangat beracun dan bergerak cepat, yang dikenal dengan istilah “ledakan pasir”, menunjukkan bahwa para astronot mungkin membutuhkan standar keamanan yang lebih baik untuk bertahan hidup.
Baca Juga
Mengutip dari WION, Minggu (9/6/2024), para peneliti telah mengetahui bahwa perlengkapan yang digunakan astronot bisa rusak akibat semburan pasir roket yang akan membuat erosi yang besar.
Advertisement
Namun, ketika mempelajari bagaimana hal itu bisa terjadi, mereka menemukan bagaimana langkah yang tepat untuk mempersiapkan perlengkapan dan astronot.
Teori baru ini juga menimbulkan pertanyaan tentang apakah perlindungan yang ada saat ini cukup memadai untuk bertahan dari akibat ledakan pasir.
Apa Cara Terbaik agar Tetap Aman dari Ledakan Pasir?
Dalam kebijakan NASA, Metzger ikut berpendapat bahwa pendaratan di Bulan tidak boleh mendarat dalam jarak hampir 1,2 mil atau 1,93 km dari lokasi pendaratan Apollo untuk melindungi tempat itu dari ledakan pasir.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan di Scientific American, sepertinya batas panjang Bulan tidak memiliki ukuran yang pasti atau tetap. Penentuan batas panjang tersebut didasarkan pada apa yang bisa dilihat oleh orang setinggi 183 cm ketika melihat ke arah Bulan.
Bisa Jadi Karena Efek Kecepatan Roket
Ada juga teori tentang bahaya ledakan pasir tersebut, namun bagi Metzger, angka-angka itu tampaknya tidak pas.
Menurut teori terbaru yang dipublikasikan di Jurnal Icarus (jurnal yang berfokus pada penelitian planet), Metzger mengatakan bahwa efek dari kecepatan roket yang sangat besar adalah alasan terjadinya gerakan debu ke atas, bukan hanya pengikisan permukaan dan pencampuran debu di lapisan atas Bulan.
Penemuan ini menunjukkan bahwa mekanisme yang terlibat dalam interaksi roket dan debu di Bulan lebih kompleks daripada yang sebelumnya.
Berdasarkan teori tersebut, butiran-butiran kecil yang dipercepat dalam debu Bulan kemungkinan bergerak dengan kecepatan empat hingga sepuluh kali lebih tinggi dari yang sebelumnya dipahami oleh para ilmuwan. Akibatnya, pesawat ruang angkasa dan pakaian antariksa harus dilengkapi dengan perlindungan tambahan.
"Jumlah kerusakan yang mungkin ditimbulkan oleh debu bulan pada pesawat ruang angkasa," Metzger memperingatkan. "Bisa jadi jauh lebih buruk daripada yang kita yakini."
Advertisement
4 Misteri Bulan yang Berhasil Dipecahkan Ilmuwan
Sementara itu, Bulan merupakan satu-satunya satelit alami yang dimiliki Bumi. Bulan juga merupakan satelit terbesar kelima di tata surya.
Satelit alami ini memiliki diameter 3.476 km, atau setara dengan 0,27 kali diameter bumi. Bulan tidak memiliki atmosfer di permukaannya, namun suhu permukaannya dapat mencapai -230°C hingga 123°C.
Bulan juga memiliki gaya gravitasi, yaitu sebesar 0,16 kali gravitasi Bumi. Melansir laman NASA pada Jumat (3/5/2024), para ilmuwan mendapat petunjuk pertama tentang asal-usul bulan pada Juli 1969.
Para ahli terus melakukan penelitian untuk mengungkap misteri tentang bulan yang seolah tidak pernah habis, bahkan hingga saat ini. Melansir laman Space, berikut misteri Bulan yang berhasil dipecahkan ilmuwan:
1. Misteri Sisi Gelap Bulan
Bulan memiliki beberapa bagian gelap dipermukaannya. Sisi gelap bulan merupakan salah satu misteri terbesar hingga saat ini.
Sisi gelap permukaan bulan selalu dikaitkan dengan berbagai teori konspirasi, seperti keberadaan alien. Sisi gelap bulan sebenarnya mengacu pada belahan bagian bulan yang menghadap jauh dari sudut pandang bumi.
NASA sudah lama meneliti sisi gelap bulan, NASA menyebut ada kesalahpahaman akan hal ini. Sisi gelap bulan yang berada pada titik terjauh dengan bumi seharusnya memang lebih cocok disebut sebagai sisi jauh Bulan.
Sisi gelap bulan tidak selalu tetap gelap sepanjang waktu. Bagian gelap tergantung dengan fase bulan yang dilihat dari bumi.
Pada fase bulan baru, bulan berada di tengah-tengah antara matahari dan bumi. Sisi terjauh bulan yang biasanya terlihat gelap justru disinari matahari dan bagian yang terlihat di bumi adalah gelap.
Para ahli menilai, sisi gelap bulan memiliki suhu yang sangat dingin dan berpotensi memiliki air di bawah kawahnya.
2. Misteri Kawah-Kawah di Bulan
Mulanya, tidak diketahui dengan pasti apa yang menjadi penyebab dari terbentuknya kawah di permukaan bulan. Bahkan, menurut perkiraan ilmuwan NASA, jumlah kawah di bulan 180 kali lebih banyak ketimbang di bumi.
Menurut NASA, bumi dan bulan sering kali dihantam oleh batuan luar angkasa selama 4,5 miliar tahun sejak awal terbentuknya. Namun, bumi lebih beruntung karena memiliki mekanisme alam untuk menghilangkan kawah akibat tubrukan meteor.
Mekanisme alami tersebut adalah erosi, tektonik, dan vulkanisme atau proses keluarnya magma menutupi permukaan bumi. Proses ini lah yang tidak dimiliki bulan, sehingga bekas tabrakan dengan objek luar angkasa lainnya tetap meninggalkan jejak.
3. Misteri Objek Asing di Permukaan Bulan
Ada sebuah citra dari objek asing misterius yang pernah ditangkap oleh Badan Antariksa Nasional China (CNSA) beberapa waktu lalu. Bentuk dari objek tersebut memang tampak sempurna dan mirip kotak buatan manusia.
Namun, pada saat itu, pihak CNSA belum memberikan respons apapun terkait hal ini. Melansir Science Alert pada Jumat (03/05/2024), objek tersebut akhirnya diketahui sebagai batuan solid yang ada di permukaan bulan.
Penampilan geometrisnya yang memiliki sudut tajam diakibatkan oleh ilusi optik yang timbul dari perspektif, cahaya, dan bayangan. Klarifikasi ini dilakukan oleh CNSA setelah mereka mengirimkan rover tanpa awak bernama Yutu-2.
4. Misteri Tentang Inti Bulan
Menurut NASA, bulan memiliki inti yang terdiri dari besi dan nikel. Inti bagian dalam merupakan massa yang padat dengan diameter sekitar 480 kilometer.
Pada awalnya, ilmuwan dan para ahli hanya melakukan analisa dan prediksi yang berkaitan dengan inti dari Bulan. Berdasarkan seismometer yang dipasang di bulan dalam misi Apollo, didapatkan data bahwa di bawah permukaan bulan juga kerap terjadi gempa akibat kekuatan gravitasi bumi.
Dengan data tersebut didapatkan pula bukti bahwa inti bulan memiliki kombinasi yang padat dan solid tergantung dari kedalamannya.
Advertisement