Ilmuwan Desain Pakaian Luar Angkasa yang Bisa Ubah Urine Jadi Air Minum

Perancang pakaian tersebut berharap bahwa desain yang baru akan membantu para astronot mengatasi masalah dehidrasi.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Jul 2024, 20:35 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2024, 20:35 WIB
FOTO: Kasus Harian COVID-19 di Kanada Terus Bertambah
Seorang pelanggan yang mengenakan masker mengabadikan foto pakaian luar angkasa di CF Toronto Eaton Center, Toronto, Kanada, 6 Oktober 2020. Hingga Selasa (6/10/2020) sore waktu setempat, Kanada melaporkan 170.945 kasus COVID-19 termasuk 9.527 kematian. (Xinhua/Zou Zheng)

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok ilmuwan tengah mengembangkan pakaian luar angkasa yang dapat mengubah urine menjadi air minum. Pakaian tersebut dapat digunakan oleh para astronot saat melakukan perjalanan ruang angkasa yang panjang pada ekspedisi bulan yang akan datang.

Ide tersebut terinspirasi dari film ilmiah klasik "Dune" yang mengumpulkan urine, memurnikannya, dan dapat mengembalikannya ke astronot melalui tabung minum dalam waktu lima menit.

Perancang pakaian berharap inovasi tersebut dapat digunakan sebelum akhir dekade ini dalam program Artemis NASA, yang berfokus pada pembelajaran bagaimana hidup dan bekerja dalam jangka waktu lama di dunia lain.

"Desainnya mencakup kateter eksternal berbasis vakum yang mengarah ke unit gabungan osmosis maju-mundur, menyediakan pasokan air minum secara terus-menerus dengan berbagai mekanisme keamanan untuk memastikan kesejahteraan astronot," kata Sofia Etlin, peneliti di Weill Cornell Medicine dan Cornell University sekaligus salah satu desainer setelan tersebut, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (13/7/2024).

NASA sedang mempersiapkan misi Artemis III pada tahun 2026, yang bertujuan untuk mendaratkan awak di kutub selatan bulan, dengan ambisi meluncurkan misi berawak ke Mars pada tahun 2030-an.

Urin dan keringat sudah didaur ulang secara rutin di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), namun Etlin mengatakan sistem serupa diperlukan ketika astronot melakukan ekspedisi.

"Astronot saat ini hanya memiliki satu liter air di kantong minuman mereka," kata Etlin.

"Ini tidak cukup untuk rencana perjalanan ruang angkasa ke bulan yang berlangsung lebih lama, yang dapat berlangsung 10 jam, dan bahkan hingga 24 jam dalam keadaan darurat."

Diharapkan Atasi Masalah yang Dialami Astronot

Ilustrasi astronot di luar angkasa. (Brian McGowan/Unsplash)
Ilustrasi astronot di luar angkasa. (Brian McGowan/Unsplash)

Ada juga keluhan yang sudah lama ada mengenai solusi pengelolaan limbah saat ini, yang disebut dengan pakaian dengan daya serap maksimum (MAG), yang pada dasarnya adalah popok dewasa.

Pakaian tersebut dilaporkan rawan bocor, tidak nyaman dan tidak higienis, sehingga menyebabkan beberapa astronot membatasi asupan makanan dan minuman sebelum berjalan di luar angkasa sementara yang lainnya mengeluhkan infeksi saluran kemih (ISK).

"Jika Anda memberi NASA miliaran dolar, Anda akan mengira mereka tidak akan menyimpan popok tersebut," kata Etlin, yang mensurvei astronot saat meneliti desain baru.

"Kebocoran MAG adalah hal yang lumrah," imbuhnya.

"Para astronot berbicara tentang bagaimana pada titik tertentu mereka tidak dapat lagi membedakan apakah itu urin atau keringat. Mereka seperti: 'Ya, saya seorang astronot dan ini adalah beban yang harus saya tanggung.'"

Etlin berharap para astronot komersial di masa depan kemungkinan besar tidak akan mengalami hal tersebut lagi.

Prof Christopher Mason, dari Weill Cornell Medicine, penulis senior studi tersebut, mengatakan: "Bahkan tanpa adanya planet gurun besar, seperti di Dune, ini adalah sesuatu yang lebih baik bagi para astronot."

Sistem Kerja Pakaian Astronot

Upacara wisuda calon astronot Angkatan 2022 di European Astronaut Center di Cologne, Jerman, Senin 22 April 2024. (AP/Martin Meissner)
Upacara wisuda calon astronot Angkatan 2022 di European Astronaut Center di Cologne, Jerman, Senin 22 April 2024. (AP/Martin Meissner)

Sistem stillsuit yang diusulkan terdiri dari kumpulan cangkir silikon yang dibentuk agar pas di sekitar alat kelamin, dengan bentuk dan ukuran berbeda untuk wanita dan pria. Ini terkandung di pakaian dalam yang terbuat dari beberapa lapis kain fleksibel.

Cangkir silikon terhubung ke pompa vakum yang mengaktifkan kelembapan yang secara otomatis menyala segera setelah astronot mulai buang air kecil. Setelah dikumpulkan, urin dialihkan ke sistem filtrasi untuk didaur ulang menjadi air dengan efisiensi 87 persen. Sistemnya menggunakan sistem osmosis untuk mengeluarkan air dari urin, ditambah pompa untuk memisahkan air dari garam.

Mengumpulkan dan memurnikan 500ml urin hanya membutuhkan waktu lima menit. Dalam penerapannya, air yang dimurnikan dapat diperkaya dengan elektrolit dan dikembalikan ke astronot sebagai minuman energi.

Sistem ini berukuran 38cm kali 23cm kali 23cm, dengan berat sekitar 8kg, yang dinilai cukup efisien dan ringan untuk dibawa di bagian belakang pakaian antariksa. Tim berencana merekrut 100 sukarelawan di New York pada musim gugur untuk menguji kenyamanan dan fungsionalitas sistem.

"Sistem kami dapat diuji dalam simulasi kondisi gayaberat mikro, karena gayaberat mikro adalah faktor ruang utama yang harus kami perhitungkan," kata Mason.

"Tes-tes ini akan memastikan fungsionalitas dan keamanan sistem sebelum digunakan dalam misi luar angkasa yang sebenarnya."

Infografis: Kirim Astronot Bukan Prioritas Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Kirim Astronot Bukan Prioritas Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya