Mengapa Ilmuwan Tidak Bisa Memprediksi Gempa Bumi?

Hingga saat ini, para ilmuwan belum bisa memprediksi gempa bumi. Mengapa demikian?

oleh Teddy Tri Setio Berty Diperbarui 16 Mar 2025, 20:41 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2025, 20:41 WIB
ilustrasi gempa bumi
Gempa bumi merupakan bencana alam yang paling rawan terjadi di Indonesia. (Foto: Unsplash/Shefali Lincoln)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pada Oktober 2012, pengadilan Italia menjatuhkan hukuman kepada enam ilmuwan dan seorang pejabat pemerintah -- semuanya adalah anggota Komisi Nasional untuk Prakiraan dan Pencegahan Risiko Besar -- atas tuduhan pembunuhan karena diduga meremehkan informasi pada hari-hari menjelang gempa bumi dahsyat yang melanda L'Aquila pada tanggal 6 April 2009.

Puluhan ribu bangunan hancur, 1.000 orang terluka, dan 308 orang meninggal, demikian dikutip dari laman Mentalfloss, Senin (17/3/2025).

Pengadilan meyakini hal itu terjadi karena para ilmuwan tidak berbuat cukup banyak untuk memperingatkan warga sipil tentang risiko gempa besar.

Kasus tersebut menimbulkan kontroversi yang hebat di komunitas ilmiah dan menyoroti fakta aneh tentang gempa bumi secara umum.

Lalu menimbulkan pertanyaan, apakah para ilmuwan tidak dapat memprediksi di mana atau kapan gempa akan terjadi?

Gempa Bumi: Bagaimana Cara Kerjanya?

Selama berabad-abad, orang bertanya-tanya apa yang menyebabkan Bumi berguncang. Pada tahun 1960-an, para ilmuwan akhirnya sepakat dengan teori lempeng tektonik, yang menyatakan bahwa permukaan Bumi terbentuk dari lempeng-lempeng -- lempengan batu padat -- yang bergerak relatif satu sama lain di atas material inti luar yang lebih panas dan cair.

Saat lempeng-lempeng ini bergerak, mereka meluncur melewati dan saling bertabrakan; di batas lempeng-lempeng ini terdapat patahan, yang memiliki tepi kasar dan saling menempel sementara bagian lempeng lainnya terus bergerak.

Ketika ini terjadi, energi yang biasanya menyebabkan lempeng-lempeng bergerak melewati satu sama lain tersimpan, hingga akhirnya, gaya lempeng yang bergerak mengatasi gesekan pada tepi patahan yang bergerigi.

Patahan tersebut terlepas dan melepaskan energi tersebut, yang terpancar keluar melalui tanah dalam bentuk gelombang, yang menyebabkan gempa bumi saat gelombang mencapai permukaan.

Untuk menemukan episentrum gempa -- tempat di permukaan Bumi, tepat di atas hiposentrum, tempat gempa dimulai -- para ilmuwan mengamati gelombang yang dihasilkan oleh gempa tersebut.

Gelombang P bergerak lebih cepat, dan mengguncang tanah terlebih dahulu; gelombang S datang berikutnya. Semakin dekat Anda dengan episentrum gempa bumi, semakin dekat kedua gelombang itu akan menghantam.

Dengan mengukur waktu antara gelombang pada tiga seismograf, para ilmuwan dapat melakukan triangulasi lokasi episentrum gempa.

 

Promosi 1

Tantangan Prediksi

Ilustrasi gempa bumi
Ilustrasi gempa bumi (Photo: AFP/Frederick Florin)... Selengkapnya

Meskipun para ilmuwan membuat model gempa bumi yang canggih dan mempelajari sejarah gempa di sepanjang garis patahan, tidak seorang pun memiliki pemahaman yang cukup tentang kondisi -- material batuan, mineral, cairan, suhu, dan tekanan -- di kedalaman tempat gempa dimulai dan berkembang untuk dapat memprediksinya.

"Kita dapat membuat gempa bumi dalam kondisi terkendali di laboratorium, atau mengamatinya dari dekat di tambang yang dalam, tetapi itu adalah situasi khusus yang mungkin tidak terlalu mirip dengan patahan rumit yang ada di kedalaman kerak tempat gempa bumi besar terjadi," kata Michael Blanpied, koordinator asosiasi Program Bahaya Gempa Bumi USGS, mengatakan kepada Mental Floss pada tahun 2012.

"Pengamatan kita terhadap gempa bumi selalu dari kejauhan, dilihat secara tidak langsung melalui lensa gelombang seismik, patahan permukaan, dan deformasi tanah. Untuk memprediksi gempa bumi, kita perlu memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana gempa bumi terjadi, apa yang terjadi sebelum dan selama awal gempa bumi, dan apakah ada sesuatu yang dapat kita amati yang memberi tahu kita bahwa gempa bumi akan segera terjadi. Sejauh ini, tidak ada satu pun dari hal-hal tersebut yang diketahui."

Menurut Blanpied, pemahaman saat ini adalah bahwa gempa bumi dimulai atau bernukleus dari yang kecil, di bagian patahan yang terisolasi, dan kemudian tumbuh dengan cepat.

"Nukleasi itu dapat terjadi di mana saja, dan bahkan ketika kita memiliki contoh gempa bumi yang berulang, gempa bumi itu mungkin bernukleus di tempat yang berbeda," katanya.

"Jika ada proses yang terjadi dalam hitungan detik sebelum gempa bumi, proses itu mungkin sangat halus dan sulit diamati melalui bermil-mil batuan padat, terutama ketika kita bahkan tidak tahu di mana harus melihat."

Tantangan lainnya: Gempa besar dan kecil mungkin tidak dimulai secara berbeda.

"Jika semua gempa bumi dimulai dari kecil, dan beberapa gempa bumi hanya membesar, maka prediksi mungkin tidak akan berhasil, karena kita sama sekali tidak tertarik untuk memprediksi ribuan gempa bumi kecil yang terjadi setiap hari."

Infografis Korban Gempa Bumi Cianjur Jawa Barat Magnitudo 5,6
Infografis Korban Gempa Bumi Cianjur Jawa Barat Magnitudo 5,6 (Liputan6.com/Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya