Dihukum Squat Jump 1.000 Kali, Remaja di China Divonis Cacat Seumur Hidup

Proses hukum mengenai kasus di China ini tengah berlangsung.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 04 Okt 2024, 19:10 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2024, 19:10 WIB
Anak Usia 6 Tahun Lumpuh Akibat Dipaksa Melakukan Gerakan Split
Ilustrasi kursi roda. (dok. pixabay/Novi Thedora)

Liputan6.com, Beijing - Seorang remaja berusia 13 tahun di China didiagnosis menderita rhabdomiolisis, setelah dipaksa melakukan 1.000 squat jump sebagai hukuman selama kamp musim panas.

Rhabdomiolisis adalah kondisi ketika otot rangka mengalami kerusakan dengan cepat.

Dilansir Oddity Central, Jumat (4/10/2024), kasus yang dialami pria bernama Lu ini menjadi sorotan setelah ibunya mengungkapkan cerita tragis tentang bagaimana putranya mengalami hukuman fisik yang dapat membuatnya cacat seumur hidup.

Kejadian ini berlangsung pada musim panas lalu, ketika anak laki-laki tersebut mengikuti kamp selama tujuh hari. Di mana ia berinteraksi dengan anak-anak lain dan terlibat dalam aktivitas fisik.

Segalanya berjalan baik hingga hari kelulusan, ketika orang tua menerima foto dari upacara tersebut. Dalam foto itu, terlihat mata putranya merah dan ekspresi sedih.

Ayahnya menyadari bahwa salah satu kakinya terlihat lemas, tetapi saat mereka bertanya kepada penyelenggara kamp, mereka diberitahu bahwa semuanya baik-baik saja.

Ketika mereka datang untuk menjemputnya, mereka baru menyadari betapa serius kondisi putranya karena hanya duduk di kursi dan hampir tidak bisa berdiri.

Dihukum Squat Jump 1.000 Kali

Ilustrasi cedera lutut.
Ilustrasi cedera lutut. Photo by Terry Shultz on Unsplash

Setelah menanyakan kepada anak mereka, kedua orang tua itu mengetahui bahwa sebelum upacara kelulusan, salah satu guru menemukannya berbicara dengan anak-anak lain selama latihan dan memerintahkannya untuk melakukan 1.000 squat jump sebagai hukuman.

Setelah mencapai 200 squat, ia terjatuh ke tanah karena nyeri otot, tetapi alih-alih dibantu, guru tersebut malah menendangnya dan membiarkannya merangkak di lantai sambal menahan rasa sakit. Ia baru dibantu bangkit dan duduk di kursi ketika upacara kelulusan dimulai, hanya karena orang tua mulai datang.

Ketika remaja tersebut mengeluh tentang rasa sakit yang parah, ayahnya meminta salah satu guru kamp untuk menemaninya ke rumah sakit terdekat guna memeriksa kakinya.

Hasil Diagnosa

Ilustrasi perawatan cedera engkel kaki
Ilustrasi perawatan cedera engkel kaki. (Image by Freepik)

Mereka pergi ke Rumah Sakit Rakyat Kabupaten Jiaxiang, di mana ia didiagnosis dengan cedera otot sederhana dan diberikan salep. Namun, dalam beberapa hari berikutnya, rasa sakit di kakinya semakin parah sehingga ia tidak bisa berjalan atau tidur di malam hari.

Akhirnya, orang tuanya membawanya ke Rumah Sakit Afiliasi Jining Medical College di mana dokter mendiagnosisnya dengan rhabdomiolisis.

Rhabdomiolisis adalah kondisi yang mengancam jiwa yang biasanya disebabkan oleh latihan intensitas tinggi dalam waktu singkat. Kondisi ini menyebabkan kerusakan otot rangka yang cepat dan jika tidak diobati dapat mempengaruhi hati dan ginjal.

Dalam kasus remaja ini, kondisi tersebut disebabkan oleh jumlah squat yang sangat banyak. Situasinya sangat serius sehingga dokter langsung menempatkannya di kursi roda.

Tidak Sepenuhnya Pulih

Ilustrasi rumah sakit/Pixabay StockSnap
Ilustrasi rumah sakit/Pixabay StockSnap

Setelah 13 hari perawatan di Rumah Sakit Afiliasi Jining Medical College, remaja tersebut diperbolehkan pulang, tetapi ia tidak sepenuhnya pulih.

Kini berusia 14 tahun, anak laki-laki tersebut masih tidak dapat menjalani kehidupan normal dan kemungkinan besar tidak akan bisa Kembali melakukan aktivitas fisik yang berat. Otot-otot kakinya kini mengalami atrofi dan ia mengalami kerusakan pada hati serta ginjal.

Ibu Lu menyatakan bahwa setelah pengalaman mengerikan dengan putra mereka, mereka mencoba menemui pihak penyelenggara kamp mengenai kondisi fisik yang dialami anak mereka.

Meskipun semua orang awalnya membantah melakukan kesalahan, ketika anak-anak lain mengonfirmasi ceritanya, mereka akhirnya mengakui hukuman fisik tersebut.

Setelah negosiasi, kesepakatan dicapai antara orang tua dan penyelenggara kamp dan proses hukum sedang berlangsung.

 

 

Infografis Kasus-Kasus Terkait Guru
Infografis Kasus-Kasus Terkait Guru. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya