Mana Lebih Baik untuk Kesehatan, Madu atau Gula?

Pemanis alami seperti madu tak lebih baik dibandingkan gula.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 21 Sep 2015, 16:33 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2015, 16:33 WIB
Studi: Madu Tak Lebih Baik dari Gula
Sebagai pemanis alami, madu dianggap aman jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih. Ternyata tidak juga. (Foto: Everwell)

Liputan6.com, New York- Sudah bukan rahasia lagi bila konsumsi gula yang berlebih terkait dengan meningkatnya risiko penyakit obesitas dan jantung. Karena alasan tersebut, orang lebih memilih mengonsumsi pemanis alami seperti madu.

Namun, baru-baru ini sebuah studi kecil yang didanai National Honey Board menemukan fakta madu tak lebih baik dari gula maupun sirup jagung seperti dituliskan dalam Women's Health dikutip Senin (21/9/2015).

Para peneliti meminta 55 peserta mengonsumsi dosis harian madu, gula, dan sirup jagung tinggi fruktosa selama dua minggu. Sesudah itu, peneliti membandingkan gula darah, insulin, berat badan, kolesterol, dan tekanan darah.

Setelah melakukan analisis, peneliti mendapati dampak yang ditimbulkan ketiga jenis pemanis tersebut kurang lebih sama. Berat badan tidak bertambah namun tingkat trigliserida (lemak darah yang menjadi tanda risiko penyakit jantung) meningkat tiga kali lipat seperti yang ditulis dalam penelitian yang dipublikasikan The Journal of Nutrition ini.

Selain itu, fakta lain pun mengungkapkan perbandingan madu yang tak selalu lebih baik dari gula. Salah satunya, pakar gizi asal London, Inggris, Ian Marber mengungkapkan satu sendok teh madu alami mengandung 22 kalori, sedangkan satu sendok teh gula pasir 16 kalori. (Baca: 4 Fakta, Madu Tak Lebih Baik dari Gula)

Gula

Para pakar kesehatan mengungkapkan rata-rata batasan konsumsi gula sekitar 4 sendok makan atau 50 gram per hari. Hal ini sudah termasuk didapatkan dari buah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya