Upaya Tenaga Kesehatan Amelia Berantas Mitos Kehamilan

Tenaga kesehatan Amelia, berusaha memberantas mitos-mitos kehamilan di kalangan ibu hamil Pontang, Serang, Jawa Barat.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 06 Des 2016, 12:30 WIB
Diterbitkan 06 Des 2016, 12:30 WIB
Amelia Yuniarti saat memberikan konsultasi gizi.
Amelia Yuniarti saat memberikan konsultasi gizi.

Liputan6.com, Jakarta "Ibu hamil itu tidak boleh makan belut, nanti anak enggak punya tulang".
"Ibu hamil itu tidak boleh makan terong, nanti anak gosong, atau badannya biru-biru'.

Mitos-mitos kehamilan seperti di atas sering diungkapkan ibu hamil kepada nutrisionis dan tenaga kesehatan, Amelia Yuniarti, saat masa awalnya bekerja 2010 di Puskesmas Pontang, Kabupaten Serang, Jawa Barat.

Awalnya, wanita yang akrab disapa Amel ini, berpikir hal itu hanya ada di segelintir desa saja. Namun ibu hamil dari wilayah lain sering mengungkapkan mitos-mitos kehamilan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.

"Pernah suatu ketika ada ibu hamil cerita kalau tidak boleh makan cumi saat hamil, padahal sesungguhnya ia suka. Tapi oleh ibunya dilarang makan cumi karena nanti anaknya lembek. 'Ya, ikuti saja takut kualat sama ibu' kata ibu itu," tutur Amel saat dihubungi Health-Liputan6.com ditulis Selasa (6/12/2016).

Alhasil banyak ibu hamil di daerah dekat laut ini asupan proteinnya terbatas hanya pada tempe dan tahu. Padahal, ibu hamil sebaiknya juga mendapatkan protein yang berasal dari hewan seperti ikan, daging, atau belut.

"Produk hewani itu tinggi protein yang baik untuk pertumbuhan janin. Lalu ada omega-3 juga yang berperan untuk merangsang serabut otak janin sehingga tumbuh baik dan sempurna," kata wanita kelahiran 2 Juni 1983 ini.

Secara perlahan Amel meluruskan mitos-mitos kehamilan yang diyakini para ibu hamil, baik pada saat penyuluhan maupun konsultasi gizi di puskemas. Penjelasan diawali dengan bertanya terlebih dahulu. jadi tidak langsung memaparkan teori.

"Kalau saya sih sambungkan dengan teori. Saya tanya kepadanya 'Ibu tahu enggak, protein paling banyak dari makanan apa?' Misalnya dia jawab tempe tahu. Lalu, kalau hemoglobin rendah harus makan apa selain ati ayam? Misal ia jawab 'daging, ayam, ikan'," contoh Amel.

Saat menjawab ikan, baru Amel menanyakan kembali apakah cumi juga makanan laut seperti ikan. Nah, dengan cara seperti ini para ibu hamil mulai berpikir ulang mengenai mitos yang mereka dengar dari orang-orang tua di desa. 

"Biasanya setelah kami bertemu, 2-3 kali konsultasi gizi, mereka ngerti (bahwa mitos itu tidak benar). Ada yang bilang 'Oh, ternyata selama ini saya rugi banget ya enggak makan ikan, cumi, terong'. Kini, mereka tahu manfaat makanan tersebut," katanya.

Ajak ibu hamil konsultasi gizi

Ada lima kasus kematian ibu nifas dari sekitar 180-an ibu hamil di Kecamatan Pontang pada 2015. Angka kematian ibu ini termasuk tinggi di Kabupaten Serang. Tenaga kesehatan di Puskesmas Pontang pun berupaya menekan angka kematian ibu saat atau sesudah melahirkan lewat pelayanan antenatal care (ANC) terpadu.

Jika dulu hanya melibatkan dokter dan bidan yang memeriksa ibu hamil, kini nutrisionis pun turut berperan serta. Hal ini dilakukan mengingat potensi kematian bisa juga dari mana saja. Amel pun memanfaatkan kesempatan itu semaksimal mungkin dalam memberikan informasi gizi ibu hamil.

"Kalau di klinik gizi kami membantu pengaturan menu pada ibu hamil, pengukuran lingkar lengan, pengukuran berat badan tinggi badan, konsulitasi gizi, pemberian pemberian makanan tambahan," kata Amel.

Ya, tak dipungkiri para ibu hamil yang datang ke puskesmas masih kurang pengetahuan makanan yang harus diasup. Kurangngya pengetahuan tentang asupan makanan pada ibu hamil juga menyebabkan kondisi hemoglobin rendah alias anemia.

Banyak yang berpikir, kalau mereka lemas atau lesu itu gara-gara kehamilan. Padahal ini bisa jadi karena hemoglobin rendah.

"Ternyata ibu hamil, setelah dirujuk ke puskesmas, mereka enggak tahu kalau HB mereka rendah," kata wanita 33 tahun ini.

Ada risiko besar bila seorang ibu anemia, salah satunya mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga meningkatkan risiko melahirkan prematur dan berat badan lahir rendah. Selain itu, anemia meningkatkan risiko kematian ibu yang diakibatkan pendarahan terutama pada kondisi anemia berat.

Untungnya, para ibu hamil di Kecamatan Pontang bisa diajak berdiskusi dan kerja sama. Banyak yang disiplin mengonsumsi makanan beragam sesuai saran Amel. "Saat dicek kembali mereka yang patuh dengan menu gizi yang disarankan dalam 1-2 bulan, alhamdulillah ada perubahan tingkat hemoglobin," kata ibu satu putra dan satu putri ini.

Berkat program optimalisasi klinik gizi dalam ANC terpadu, Amel pun berhasil menjadi salah satu tenaga kesehatan teladan tingkat puskesmas dari Kementerian Kesehatan di Agustus 2016.

 

KASIH, ajak keluarga peduli ibu hamil

Untuk menekan angka kematian pada ibu hamil, Puskesmas Pontang pun melibatkan keluarga untuk peduli. Sehingga ada program pelatihan bagi suami, ayah, ibu, mertua dari ibu hamil bernama KASIH yakni Kelas Sayang Ibu Hamil, di puluhan posyandu yang ada di Kecamatan Pontang.

"Jadi keluarga kami kasih edukasi, apa itu kehamilan, tanda-tanda kehamilan, makanan apa yang buat ibu hamil bagaimana tanda wanita akan melahirkan," kata Amel.

Amel tak sendiri dalam melaksanakan program KASIH, ada juga tenaga kesehatan lain seperti bidan dan perawatan. Tugas Amel sendiri adalah memberikan edukasi mengenai gizi yang diperlukan ibu hamil.

Amelia Yuniarti

"Ini juga jadi ajang meluruskan mitos-mitos mengenai makanan bagi ibu hamil kepada orangtua maupun mertuanya," kata wanita lulusan Jurusan Kesehatan Gizi Universitas Esa Unggul Jakarta ini.

Amel pun berharap semoga tidak ada lagi ibu hamil dengan kualitas gizi buruk maupun kematian ibu nifas di kecamatan tempatnya bekerja. Ia meyakini, kerja sama lintas sektor baik dari tenaga kesehatan, pemerintah setempat, dan masyarakat jadi kuncinya. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya