Mana yang Bikin lebih Cepat Gemuk, Mi Instan atau Gorengan?

Menurut Anda, gorengan (lemak tinggi) atau mi instan (karbohidrat tinggi) yang lebih cepat membuat gemuk?

oleh Fitri Syarifah diperbarui 16 Mar 2017, 12:30 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2017, 12:30 WIB
Gorengan atau Mi Instan yang Bikin Cepat Gemuk?
Gorengan atau Mi Instan yang Bikin Cepat Gemuk? Foto: Love Food

Liputan6.com, Jakarta Menurut Anda, gorengan (lemak tinggi) atau mi instan (karbohidrat tinggi) yang lebih cepat membuat seseorang obesitas atau kegemukan? Faktanya, dua makanan ini ternyata paling banyak dikonsumsi di Indonesia dan sama-sama berisiko menyebabkan obesitas.

Merujuk pada Calorie Intake and Physical Study yang dilakukan oleh Ir. Helda Khusun, MSc, PhD, asupan kalori orang dewasa di Indonesia 51,4% disumbang oleh karbohidrat (nasi, mi instan, mi, roti), 14,5 persen protein dan yang cukup mengkhawatirkan adalah 34,2% dari lemak.

"Pola makan yang tidak direkomendasikan sangat tinggi seperti gorengan (77,5%), minuman dengan gula tambahan (77,4%), makanan manis (37,7%) dan keripik (27,9%)," katanya di sela-sela temu media di Manhattan Hotel, ditulis Kamis (16/3/2017).

Ironisnya, pola makan ini tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang rutin sehingga menimbulkan risiko obesitas yang berujung pada sejumlah penyakit.

"Survei menunjukkan, hanya 28% orang yang melakukan aktivitas fisik di perkotaan. Sedangkan 59,4% dikategorikan memiliki gaya hidup sedentari (sering duduk, bekerja di depan komputer dan sebagainya selama lebih dari enam jam)," katanya.

Menurut Helda, pada laki-laki, makanan seperti mi instan, keripik dan teh manis berasosiasi pada obesitas. Mereka yang sedentary berisiko 1,5 kali lipat obesitas.  Kecenderungan ini juga hampir sama pada wanita.

"Pada wanita, kurangnya aktvitas fisik (misalnya olahraga) juga meningkatkan risiko 2,7-3 kali menjadi gemuk dibandingkan yang sering ebrolahraga," ujarnya.

Kajian studi ini, kata Helda, dilakukan dengan menggunakan 864 sampel di Indonesia, berusia 18-45 tahun di Jakarta Timur, Bandung, Surabaya, Makassar dan Medan.

"Untuk mencegah obesitas, kami menyarankan pentingnya memonitor keseimbangan asupan dan keluaran kalori dengan menurunkan konsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi gula serta perubahan perilaku yang lebih aktif dengan menambah kegiatan bergerak seperti olahraga untuk pembakaran kalori," pungkasnya.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya