Liputan6.com, Jakarta Siapa saja bisa tertular malaria. Namun, penyakit yang disebabkan parasit Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles, paling rentan menimpa usia-usia rentan seperti anak-anak dan orang lanjut usia. Selain tentu saja, orang-orang yang tinggal atau sedang bepergian ke daerah yang endemis malaria.
Pada anak, tak hanya lebih mudah terinfeksi, tapi mudah juga mengalami komplikasi serius akibat malaria ini.
Malaria sudah dikenal sejak lama di dunia tetapi sampai sekarang masih sering ditemui dan menjadi ancaman bagi manusia. Hampir setengah jumlah penduduk dunia hidup di daerah endemis malaria, yaitu negara-negara yang angka kejadian malarianya cukup tinggi.
Advertisement
Baca Juga
Indonesia adalah salah satunya. Hal ini dapat dikatakan penduduk Indonesia berisiko mengalami malaria, baik orang dewasa maupun anak-anak. Lalu apakah gejala malaria yang dirasakan sama atau berbeda?
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2015 terdapat 214 juta kasus malaria baru di seluruh dunia. Pada tahun yang sama, terjadi 438.000 kasus malaria yang berujung pada kematian.
Wilayah dengan angka kematian tertinggi adalah Afrika, yaitu 90 persen, diikuti oleh Asia Tenggara, yaitu sebanyak 7 persen. Di Indonesia sendiri, prevalensi malaria pada tahun 2014 adalah 6 persen.
Lima provinsi dengan insiden prevalensi tertinggi adalah Papua, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku.
Gejala Malaria pada Anak
Gejala malaria akan muncul sejak 10-14 hari setelah gigitan nyamuk. Gejala klasiknya adalah demam yang bersifat periodik, menggigil, dan keringat dingin. Sayangnya, pada anak gejala tersebut sering kali tidak khas atau malah tidak tampak, sehingga membuat diagnosis relatif lebih sulit. Anak yang mengalami malaria akan menunjukkan gejala sebagai berikut:
● Demam
Pada orang dewasa, demam yang muncul adalah demam periodik, yaitu naik dan turun dengan pola tertentu, misalnya suhu akan naik setiap 48 jam lalu turun kembali. Gejala ini tak demikian dengan anak. Alih-alih bersifat periodik, anak yang terkena malaria akan mengalami demam hingga 40 derajat Celcius yang terjadi terus-menerus sepanjang hari.
● Flu-like symptoms
Selain demam, anak juga dapat mengalami berbagai gejala yang menyerupai flu seperti batuk, pilek, dan hidung berair selama satu hingga dua hari.
● Muntah dan buang air besar cair (diare)
Muntah sangat sering terjadi pada anak yang mengalami malaria. Gejala tersebut disertai diare ringan hingga sedang. Diare biasanya berwarna hijau gelap dan berlendir. Bila terjadi secara terus-menerus, kedua gejala ini dapat berujung pada dehidrasi.
● Kulit kuning (ikterus)
Parasit penyebab malaria dapat bersarang pada hati dan menyebabkan kerusakan sel hati. Akibatnya, tidak jarang penderitanya mengalami kulit dan mata berwarna kuning. Selain itu, perutnya pun mungkin tampak membesar akibat pembengkakan hati.
● Kejang
Kejang juga sering terjadi pada anak yang menderita malaria. Kejang bisa terjadi, bahkan tanpa didahului demam. Hal tersebut terjadi karena infeksi parasit sudah mencapai sistem saraf. Selain kejang, anak juga dapat mengalami gangguan kesadaran seperti mengigau, bicara melantur, hingga tidak sadarkan diri.
Penulis : dr. Sepriani Timurtini Limbong/ Klik Dokter
Advertisement