Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan RI kini tengah menelaah hasil laboratorium soal penyebaran virus Japanese Encephalitis (JE) di Bali.
"Masih ditelaah. Kami minta ke Balai Besar Lab Kesehatan untuk dicek," kata Nila di Gedung Kementerian Kesehatan pada Jumat (9/11/2018) seperti dilansir ANTARA, Jumat (9/11/2018).
Baca Juga
Sebenarnya pemerintah, kata Nila, sudah melakukan imunisasi JE di Bali untuk mencegah penyebaran virus ini. Sementara di Sulawesi Utara, laporan sudah didapatkan bahwa tidak ada kasus penularan virus JE di sana.
Advertisement
Sebelumnya, pemerintah Australia menyampaikan peringatan kepada warganya yang sedang melakukan wisata ke Bali agar berhati-hati dengan lonjakan kasus virus yang menyerang otak ini.
"Japanase encephalitis salah satu virus yang masih berisiko di Indonesia, termasuk Bali," tulis smartraveller.gov.au yang dilihat pada Jumat, 9 November 2018.
Pemerintah Australia pun menyarankan agar warganya selama melancong ke Bali dan wilayah Indonesia lain berusaha untuk menghindari gigitan nyamuk dan sebelum pergi berkonsultasi dengan dokter soal vaksinasi virus ini.
Apa itu JE?
Seperti dilansi Sehat Negeriku milik Kementerian Kesehatan RI, Japanese Encephalitis adalah penyakit radang otak (Ensefalitis) yang disebabkan oleh virus JE.
Manusia dapat terinfeksi virus JE karena ini merupakan penyakit bersumber binatang (zoonosis) yang ditularkan melalui vektor penyebar virus JE yaitu nyamuk Culex yang terinfeksi virus JE. Jenis nyamuk ini merupakan yang biasa ditemukan di sekitar rumah antara lain area persawahan, kolam atau selokan (daerah yang selalu digenangi air).Â
Nyamuk Culex sifatnya antrosoofilik yang tidak hanya menghisap darah binatang tapi juga darah manusia, karena itulah melalui gigitan nyamuk dapat terjadi penularan JE dari hewan kepada manusia. Namun, manusia merupakan dead-end host untuk JE, artinya manusia tidak menjadi sumber penyebaran virus JE.
Advertisement