Liputan6.com, Bandunga Masyarakat Jawa Barat juga merasakan suhu lebih dingin dari biasanya pada malam hingga pagi di beberapa hari terakhir. Terkait hal itu Dinas Kesehatan Jawa Barat menerbitkan imbuan kepada masyarakat pada saat memasuki cuaca ekstrem saat ini.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Berli Hamdani tidak menutup kemungkinan suhu lebih dingin terjadi pada siang hari terutama di kawasan pegunungan. Berli meminta kepada masyarakat agar menyiapkan perlengkapan penangkal dingin saat beraktivitas di luar ruangan.
Baca Juga
"Jadi pertama tentunya kita harus menyiapkan pakaian yang sesuai. Apakah itu suhunya sangat dingin, berarti kita harus menggunakan baju cukup tebal," pesan Berli di Kantor Gubernur Jawa Barat, Bandung, ditulis Rabu (26/6/2019).
Advertisement
Selain pakaian, ia juga mengingatkan agar tetap minum secukupnya walau suhu sedang dingin.
"Itu harus benar-benar kita ukur karena dehidrasi itu tidak terjadi hanya pada kondisi panas. Tapi juga pada kondisi dingin, jadi bisa saja dia mengalami kekurangan cairan tetapi dia tidak menyadarinya karena suhu disekitarnya dingin, dia tidak merasa kegerahan, dia tidak merasa apa-apa," lanjutnya.
Mesti Makan Buah dan Sayur
Faktor penting lainnya yang harus diperhatikan adalah mengonsumsi buah-buahan dan sayuran. Dua sumber pangan ini dapat menyimpan air cukup lama dalam tubuh. Cairan yang mencukupi dalam tubuh, bisa mengantisipasi terjadinya dehidrasi dan syock pada tubuh.
Orangtua yang memiliki bayi juga perlu diperhatikan asupan makannya.
"Untuk orangtua yang memiliki bayi, diminta agar tidak putus memberikan ASI. Karena suhu ASI akan hangat yang berasal dari tubuh, seperti inkubator menjaga suhu tubuh bayi. Jangan lupa menggunakan pakaian hangat saat keluar ruangan agar tidak hipotermia," katanya.
Sedangkan bagi lansia, harus tetap diingatkan untuk tetap mengkonsumsi air," ujar Berli.
Advertisement
Cuaca Ekstrem Diprediksi Hingga September
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofosika (BMKG), suhu dingin di Pulau Jawa di malam hingga pagi hari diprediksi sampai bulan September 2019.
BMKG menyatakan cuaca ekstrem ini disebabkan adanya pergeseran massa udara dingin dan kering dari Australia ke Asia yang melewati wilayah Indonesia. Belum lagi saat kemarau sekarang, tutupan awan sedikit. Bisa dikatakan tidak ada awan sama sekali, sehingga bumi ini semacam tidak berselimut.
Saat ini dibulan Juni menjelang tanggal 23 lalu, posisi matahari berada terletak di titik terjauh dari katulistiwa 23,5 derajat Lintang Utara. Hal itu menyebabkan benua diutara panas dan tekanan udaranya rendah kelembabannya pun rendah.
Ini memicu pergerakan massa udara Australia yg dingin dan kering, kelembaban udaranya tinggi bergerak menuju Utara melewati equatorial sehingga suhu dinginnya terasa di wilayah Jawa secara umum.