Liputan6.com, Jakarta Tes darah ternyata bisa digunakan untuk mendeteksi orang dengan Alzheimer. Penelitian ini meningkatkan harapan untuk cara diagnosis sederhana dari masalah demensia ini.
Pada Selasa lalu, para peneliti mengumumkan bahwa sebuah tes darah eksperimental mampu mengidentifikasi orang dengan Alzheimer dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki demensia dengan akurasi antara 89 hingga 98 persen.
Baca Juga
"Data itu terlihat sangat menggembirakan," kata Eliezer Masliah, kepala ilmu saraf di US National Institute on Aging dilansir dari AP News pada Kamis (30/7/2020).
Advertisement
Masliah mengatakan bahwa meski pengujian baru semacam ini tampaknya lebih sensitif dan bisa diandalkan daripada metode sebelumnya, namun percobaan pada populasi yang lebih besar dan beragam masih perlu dilakukan.
Hasil studi ini didiskusikan di Alzheimer's Association International Conference yang diadakan secara daring. Beberapa hasilnya dipublikasikan di Journal of the America Medical Association.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Mengukur Protein
Tahun lalu, para ilmuwan melaporkan hasil dari tes eksperimental yang mengukur versi abnormal dari amiloid, salah satu dari dua protein yang menumpuk dan merusak otak pasien Alzheimer.
Dalam studi terbaru, para peneliti berfokus pada protein lain yaitu tau. Mereka menemukan bahwa salah satu bentuknya yang disebut p-tau217 adalah indikator yang lebih andal. Beberapa perusahaan dan universitas pun dilaporkan telah mengembangkan tes eksperimental p-tau217.
Oskar Handsson dari Lund University di Swedia melakukan penelitian demensia pada 1.400 orang yang terdaftar di Swedia, Arizona, dan Kolombia. Mereka termasuk orang tanpa gangguan, gangguan ringan, Alzheimer, serta penyakit neurologis lainnya.
Tes p-tau217 mengungguli tindakan lain untuk mendeteksi peserta mana yang memiliki Alzheimer yang kemudian diverifikasi dengan pemindaian otak.
Advertisement
Berharap Bisa Digunakan Secara Luas
Beberapa peserta di Arizona bersedia mendonorkan otak mereka apabila meninggal dunia sehingga peneliti dapat menunjukkan bahwa tes darah saat mereka hidup sangat terkait dengan bukti penyakit ke depannya.
Selain itu dalam bagian lain dari studi ini di Kolombia menemukan tanda-tanda penyakit kognitif pada 20 tahun sebelum gejala yang diantisipasi muncul pertama kali, dalam mutasi genetik.
"Membedakan patologi penyakit Alzheimer dari jenis gangguan kognitif lainnya merupakan langkah penting dalam memajukan pemahaman kita tentang bagaimana penyakit ini berdampak pada mereka yang hidup dengan kondisi itu," kata Jeffrey Dage yang juga terlibat dalam studi ini dikutip dari Fox News.
"Seiring dengan kemajuan penelitian dan kami dapat mengidentifikasi Alzheimer lebih awal, kami berharap dapat menyesuaikan kemajuan pengobatan di masa depan dengan pasien yang tepat pada waktu yang tepat."
Maria Carillo, chief science officer Alzheimer Association mengatakan bahwa hasil temuan ini cukup bagus dibandingkan dengan studi sebelumnya. Para peneliti pun berharap agar tes semacam ini bisa digunakan secara luas dalam dua tahun mendatang.