Liputan6.com, Jakarta Serangan udara Israel menghancurkan satu-satunya laboratorium di Gaza Palestina untuk memproses tes COVID-19. Padahal sejak COVID-19 pertama kali muncul di Jalur Gaza yang diblokade, mereka sudah kekurangan pasokan medis, sehingga hanya dapat melakukan sejumlah kecil tes COVID-19, menurut laporan para pejabat di Gaza.
Dilansir dari NYTimes, serangan itu sebenarnya menargetkan gedung di Kota Gaza, namun pecahan puingnya terbang sampai ke seberang jalan dan mengenai laboratorium serta kantor administrasi Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, kata Dr. Majdi Dhair, direktur kementerian pengobatan preventif.
Baca Juga
Bahkan seorang pegawai kementerian sampai dirawat di rumah sakit karena kondisinya yang terkena pecahan peluru yang menghantam kepalanya dan kini dalam kondisi gawat darurat, kata Dr. Dhair dalam wawancara telepon pada hari Selasa.
Advertisement
Sementara itu, tentara Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang serangan itu. Sejak Israel memulai kampanye pembomannya di Gaza pada 10 Mei, pihak militer hanya mengatakan bahwa serangan udaranya hanya ditujukan pada militan dan infrastruktur mereka.
Adapun menurut laporan Dr Dhair, ia meyakinkan bahwa peralatan di lab tidak rusak, meskipun dibutuhkan setidaknya satu hari untuk membersihkan kerusakan dan mempersiapkannya untuk memproses tes COVID-19 lagi. Sementara itu, tim medis akan berhenti memberikan tes.
Â
Simak Video Berikut Ini:
Sementara lab tidak bisa digunakan untuk tes lain
Selain itu, menurut direktur kementerian departemen pengendalian infeksi, Rami Abadla, untuk sementara lab juga tidak dapat memproses hasil untuk tes lain, seperti HIV, hepatitis C dan sebagainya.
Selama seminggu terakhir, pihak berwenang di Gaza telah melakukan tes pada rata-rata 515 warga Palestina setiap hari. Untuk jumlah warga yang telah divaksin, menurut data resmi hanya 1,9 persen dari dua juta orang Gaza yang sepenuhnya divaksinasi pada hari Senin, dibandingkan dengan 56% di Israel.
Setelah lonjakan kasus pada bulan April, yang sebagian besarnya karena varian di Inggris yang sangat mudah menular, infeksi baru di Gaza baru-baru ini turun ke tingkat yang dapat dikelola, kata para ahli kesehatan. Akan tetapi, serangan udara Israel yang menghancurkan bangunan, menyebabkan kerusakan yang meluas dan menyebabkan lebih dari 200 orang tewas pada hari Senin, yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera memperingatkan bahwa kasus COVID-19 masih bisa meningkat lagi.
Di sisi lain, warga Palestina yang belum divaksin berkumpul di sekolah-sekolah yang dikelola oleh badan bantuan PBB di Gaza, yang diubah menjadi tempat perlindungan bom de facto.
Menurut direktur operasi badan PBB, Matthias Schmale, sekolah-sekolah itu bisa berubah menjadi kluster COVID-19 baru.
Advertisement