Eliminasi Tuberkulosis 2030, Kemenkes Rencanakan Skrining Besar-besaran

Guna menangani tuberkulosis (TB) di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) merencanakan skrining besar-besaran.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 23 Mar 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2022, 17:00 WIB
Rumah Sehat, Tuberkulosis, TB, TBC
Ini kamar tidur Nurdin dan istri. Letaknya ada di lantai dua. Jendelanya ada di samping kanan. Jika dulu mereka tidur di satu area yang sama, sudah dua tahun terakhir mereka tidur di kamar masing-masing (Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Guna menangani tuberkulosis (TB) di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) merencanakan skrining besar-besaran.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes RI Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes, hal ini dilatarbelakangi penemuan kasus TB di Indonesia yang belum maksimal.

“Memang kita merencanakan (skrining besar-besaran) dari arahan Pak Menteri Kesehatan,” kata Didik dalam seminar virtual Kemenkes, Selasa (22/3/2022).

“Kita kan punya gap untuk penemuan kasus, ada 824 ribu sekian tapi yang ketemu sekitar 500 ribu sekian sehingga ada gap sekitar 300 ribu sekian yang harus kita temukan segera,” tambahnya.

Untuk bisa menemukan 300 ribu kasus tersebut salah satu upayanya adalah mencoba untuk betul-betul melakukan skrining. Sejauh ini, pihak Kemenkes tengah mengupayakan pengadaan alat tes TB agar skrining bisa dilakukan tahun ini.

“Untuk kapan tepatnya, tentu saja tahun ini kita upayakan karena proses masih terus berjalan. Dengan ditemukannya gap ini tentu saja akan cepat mengeliminasi TB di 2030 sesuai target nasional dan global.”

Simak Video Berikut Ini

Integrasi Penanganan

Didik menambahkan, TB dan COVID-19 sama-sama menyerang saluran pernapasan dan penanganan COVID-19 yang terbukti efektif dapat juga diterapkan pada pasien TB.

“TB dan COVID-19 sama-sama menyerang pernapasan kita, oleh karena itu kita banyak belajar dari COVID-19 dengan segala peralatan yang ada jadi kita bisa saling berintegrasi. Bisa melakukan skrining di awal walaupun tentu saja pengobatannya berbeda.”

Pengobatan TB dengan COVID-19 berbeda lantaran keduanya timbul akibat penyebab yang berbeda pula. TB disebabkan oleh bakteri dedangkan COVID-19 disebabkan virus.

“Tetapi di dalam hal penanganan atau penanggulangannya kita bisa berintegrasi dalam hal menemukan kasus baru, skrining dengan pemeriksaan di laboratorium yang hampir sama.”

Daerah dengan Kasus TB Tinggi

Didik mencatat, daerah yang paling banyak melaporkan kasus TB sejauh ini adalah di Indonesia Timur seperti Papua.

“Di daerah timur yang cukup banyak,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Substansi Tuberkulosis dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA, IVb, menambahkan, di daerah Papua lebih spesifik yang kasusnya tinggi adalah TB HIV. Sedangkan insiden TB yang tinggi sebenarnya terkonsentrasi di Pulau Jawa.

“DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, pokoknya di daerah-daerah yang padat yang mungkin Perilaku Hidup Bersih Sehat atau PHBS-nya kurang baik, kumuh padat, kumuh miskin di situlah potensi penularan TB-nya tinggi,” ujar Tiara.

 

Infografis 3 Kombinasi Vaksin Booster COVID-19 Januari 2022

Infografis 3 Kombinasi Vaksin Booster Covid-19 Januari 2022
Infografis 3 Kombinasi Vaksin Booster Covid-19 Januari 2022 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya