BA.4 dan BA.5 Masuk Indonesia, Vaksinasi Booster Harian Malah Menurun Terutama Pasca Lebaran

Kasubdit Dukungan Kesehatan Satuan Tugas COVID-19 Nasional Alexander K. Ginting S. Mengatakan bahwa vaksinasi dosis ketiga alias booster harus dikejar karena masih mengalami penurunan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 16 Jun 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2022, 21:00 WIB
Kemenkes
Staf Khusus Menkes RI Bidang Pembangunan dan Pembiayaan Kesehatan Kemenkes Alexander Kaliaga Ginting meminta tenaga kesehatan yang kontak dengan pasien COVID-19 dites PCR dua minggu sekali saat berkunjung ke RSUP H. Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, Selasa (6/10/2020). (Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta - Kasubdit Dukungan Kesehatan Satuan Tugas COVID-19 Nasional Alexander K. Ginting S. Mengatakan bahwa vaksinasi dosis ketiga alias booster harus dikejar karena masih mengalami penurunan.

“Vaksinasi booster harus kita kejar karena hanya 5 provinsi yang baru mencapai target di atas 60 hingga 70 persen. Selebihnya masih mengalami penurunan,” ujar Alex dalam konferensi pers FMB9ID_IKP Kamis (16/6/2022).

Ia menambahkan, target capaian vaksinasi dosis ketiga menurun seiring dengan pelonggaran persyaratan pasca Lebaran.

“Oleh karena itu kita harus membangun pada masyarakat untuk bisa mengikuti program pemerintah dalam vaksin ketiga tersebut. Artinya, jangan karena ada syarat perjalanan maka kita vaksinasi, tapi utamakanlah vaksinasi itu sebagai perlindungan diri dan keluarga kita.”

Demikian pula protokol kesehatan, lanjutnya, itu juga adalah bagian dari perlindungan diri sendiri dan keluarga.

“Hal tersebut yang harus terus kita sosialisasikan. Pelonggaran dalam masa transisi pandemi ini tetap kita upayakan tapi sepanjang kita masih dalam situasi pandemi artinya penularan masih ada di masyarakat, prokes dan vaksinasi harus menjadi target utama kita.”   

Alex kemudian membahas soal BA.4 dan BA.5. Menurutnya, pandemi ini belum berakhir dan virus Corona masih terus bermutasi dan berevolusi serta menimbulkan varian baru.

Varian-varian ini ada yang semakin lemah ada pula yang semakin kuat. Contoh yang semakin kuat adalah subvarian BA.4 dan BA.5 yang berpotensi menimbulkan penularan sporadis.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


20 Kasus Terdeteksi di Indonesia

FOTO: Waspada Ancaman Omicron hingga Februari Mendatang
Kepadatan calon penumpang kereta Commuter Line (KRL) di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Data sementara Kementerian Kesehatan hingga 10 Januari 2022, total ada 506 kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menyampaikan bahwa kasus infeksi BA.4 dan BA.5 sudah terdeteksi di Indonesia.

Menurutnya, awalnya pasien yang terinfeksi subvarian Omicron ini ditemukan di Bali 4 orang, 4 lagi di DKI Jakarta, kemudian ada tambahan 12 orang pada tanggal 12 Juni dari daerah Jawa Barat.

“Semuanya saat ini sudah selesai isolasi mandirinya dan dinyatakan sembuh. Rata-rata semuanya bergejala ringan.”

“Kecuali satu orang umur 20 tahun perempuan di Jakarta memang ada keluhan sesak napas sehingga dia masuk ke kategori sedang, tapi Alhamdulillah hari ini sudah dipulangkan dan sudah sembuh.”

Dari data 20 orang yang terinfeksi BA.4 dan BA.5, 3 di antaranya adalah anak-anak usia di atas 5 hingga 12 tahun.

“Tiga anak-anak dan sisanya dewasa dan semua sudah vaksinasi. Ada yang sudah booster ada yang belum.”

Syahril juga menyinggung terkait Whole Genome Sequencing (pengurutan gen menyeluruh/WGS). Menurutnya, WGS diambil oleh Kementerian Kesehatan untuk deteksi menyeluruh terutama kepada 5 provinsi yang tingkat kasusnya tinggi.


Strategi Kemenkes

Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso
Direktur RSPI Sulianti Saroso Mohammad Syahril berbicara dalam jumpa pers PERSI dan Lifebuoy di Jakarta, Jumat, 13 Maret 2020. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Kelima provinsi yang dimaksud adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

“Whole Genome Sequencing dilakukan untuk memastikan apakah saat ini pasien-pasien sudah subvarian BA.4 atau masih campuran sehingga kita saat ini masih menunggu rincian hasil pemeriksaan.”

Salah satu pasien diketahui merupakan Warga Negara Asing (WNA) yang terinfeksi di Bali. Terkait hal ini, Syahril mengatakan hingga saat ini memang ada kebijakan yang diterapkan untuk pertemuan internasional.

“Untuk pertemuan-pertemuan internasional termasuk di Bali itu dilakukan tes antigen, apabila positif maka dilakukan tes PCR. Nah untuk Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) secara umum itu diimbau adanya peningkatan kewaspadaan di seluruh pintu masuk.”

Strategi lain untuk menghadapi BA.4 dan BA.5 yakni Kemenkes sudah membuat suatu edaran yang dikirim ke seluruh dinas kesehatan dan rumah sakit untuk mewaspadai potensi lonjakan kasus akibat BA.4 dan BA.5.

Dalam edaran tersebut, dinas kesehatan dan rumah sakit diminta untuk menyiapkan seluruh sumber dayanya untuk memberikan suatu layanan.

“Dari hulu ke hilir sebetulnya sistem sudah terbentuk ya, jadi kita melakukan tracing dan testing kemudian di tingkat rumah sakit dengan pengalaman yang lebih dari 2 tahun ini kita sudah mempunyai kesiapan yang lebih baik.”

“Dari sumber daya manusianya, sarana prasarana, alat medis, alat pelindung diri maupun sistemnya. Jadi mudah-mudahan kita lebih siap apabila terjadi lonjakan kasus lagi.”


Imbauan Menkes

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meninjau pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Sekolah Ursulin pada Kamis, 25 Maret 2021. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Melihat kasus yang terus meningkat, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam kesempatan lain mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan konsisten menjalankan protokol kesehatan.

“Teman-teman tetap kita konsisten, di luar kita bisa membuka masker tapi begitu masuk kembali ke ruangan diharapkan dan disarankan kembali memakai masker.”

“Kita harus tetap waspada, karena mudah-mudahan Indonesia sudah baik sekarang, karena kita bukan negara yang sangat agresif untuk membuka, tetap waspada dan hati-hati.”

Imbauan waspada dan hati-hati dari Budi bukan tanpa alasan. Subvarian yang kini sedang banyak diteliti memang diketahui tak bisa dianggap remeh.

Menurut ahli epidemiologi Dicky Budiman, COVID-19 varian atau subvarian apapun jika dibiarkan maka dampaknya terhadap organ tubuh akan serius.

“Kalau tubuh terinfeksi secara berulang, dampaknya akan serius pada organ. Semakin ke sini, COVID-19 semakin terbukti dapat memicu dampak serius jangka panjang bukan hanya pada organ paru saja tapi juga organ yang tak diduga sebelumnya seperti otak, saraf, bahkan gangguan pertumbuhan bayi bagi ibu hamil,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Kamis (16/6/2022).

Infografis Boleh Lepas Masker Kode Keras Pandemi ke Endemi Covid-19
Infografis Boleh Lepas Masker Kode Keras Pandemi ke Endemi Covid-19 (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya